Status Berkelas Part 5
Penasaran 2
Sisipan Kosakata
Beberapa kosa kata khas Suroboyoan :
“Pongor, Gibeng, Santap, Waso (istilah untuk
Pukul atau Hantam);
“kathuken” berarti “kedinginan” (bahasa Jawa standar : kademen);
“gurung” berarti “belum” (bahasa Jawa standar: durung);
“gudhuk” berarti “bukan” (bahasa Jawa standar: dudu);
“deleh” berarti “taruh/letak” (delehen=letakkan) (bahasa Jawa standar: dekek);
“kek” berarti “beri” (kek’ono=berilah) (bahasaJawa standar: wenehi);
“ae” berarti “saja” (bahasa Jawa standar: wae);
“gak” berarti “tidak” (bahasa Jawa standar: ora);
“arek” berarti “anak” (bahasa Jawa standar: bocah);
“kate/kape” berarti “akan” (bahasa Jawa standar: arep/ape);
“lapo” berarti “sedang apa” atau “ngapain” (bahasa Jawa standar: ngopo);
“opo’o” berarti “mengapa” (bahasa Jawa standar: kenopo);
“soale” berarti “karena” (bahasa Jawa standar: kerono);
“atik” (diucapkan “atek”) berarti “pakai” atau”boleh” (dalam kalimat”gak atik!” yang artinya “tidak boleh”);
“longor/peleh” berarti “tolol” (bahasa Jawa standar: ******/ndhableg);
“cek” (“e” diucapkan seperti kata “sore”) berarti “agar/supaya” (bahasa Jawa standar:ben/supados);
“gocik” berarti “takut/pengecut” (bahasa Jawa standar: jireh);
“mbadok” berarti “makan” (sangat kasar) (bahasa Jawa standar: mangan);
“ciamik soro/mantab jaya” berarti “enak luar biasa” (bahasa Jawa standar: enak pol/enakbanget);
“rusuh” berarti “kotor” (bahasa Jawa standar: reged);
“gae” berarti “pakai/untuk/buat” (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=kanggo, buat=gawe);
“andhok” berarti “makan di tempat selain rumah” (misal warung);
“cangkruk” berarti “nongkrong”;
“babah” berarti “biar/masa bodoh”;
“matek” berarti “mati” (bahasa Jawa standar:mati);
“sampek/sampik” berarti “sampai” (bahasa Jawa standar: nganti);
“barekan” berarti “lagipula”;
“masiyo” berarti “walaupun”;
“nang/nak/nok” berarti “ke” atau terkadang juga”di” (bahasa Jawa standar: menyang);
“mari” berarti “selesai”;(bahasa Jawa standar: rampung);
“mene/kesuk” berarti “besok” (bahasa Jawa standar: sesuk);
“maeng” berarti tadi.
“koen” (diucapkan “kon”) berarti “kamu” (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala sebagai pengganti “koen”, kata “awakmu” juga digunakan. Misalnya “awakmu/koen wis mangan ta?” (Kamu sudah makan kah?”) Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti “badanmu” (awak = badan)
“lading” berarti “pisau” (bahasa Jawa standar: peso);
“lugur” berarti “jatuh” (bahasa Jawa standar: tiba/rigel);
“dhukur” berarti “tinggi” (bahasa Jawa standar: dhuwur);
“thithik” berarti “sedikit” (bahasa Jawa standar: sithik);
“temen” berarti “sangat” (bahasa Jawa standar: banget);
“pancet” berarti “tetap sama” ((bahasa Jawa standar: tetep);
“iwak” berarti “lauk” (bahasa Jawa standar: lawuh, “iwak” yang dimaksud disini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan,”mangan karo iwak tempe”, artinya Makan dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
“engkuk” (u diucapkan o) berarti “nanti” (bahasa Jawa standar: mengko);
“ndhek/nang” berarti “di” (bahasa Jawa standar:”ing” atau “ning”;
“nontok” lebih banyak dipakai daripada”nonton/melihat”;
“yo’opo” (diucapkan yak opo , pengucapan huruf O seperti kata suroboyo) berarti”bagaimana” (bahasa Jawa standar: “piye” atau “kepiye”;
“peno”/sampeyan (diucapkan pe no; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata meja) artinya kamu
“jancuk” ialah kata kurang ajar yang sering dipakai seperti “fuck” dalam bahasa Inggris; merupakan singkatan dari bentuk pasif “diancuk”; variasi yang lebih kasar ialah “mbokmu ******, makmu kiper, dengkulmu sempal, matamu soak”; oleh anak muda sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
“waras” ialah sembuh dari sakit (dalam Bahasa Jawa Tengah sembuh dari penyakit jiwa)
“embong” ialah jalan besar / jalan raya
“nyelang” artinya pinjam sesuatu
“parek/carek” artinya dekat
“ndingkik” artinya mengintip
“semlohe” artinya sexy (khusus untuk perempuan)
“diencuk” yg artinya ‘disetubuhi’ (‘dientot’ bahasa betawinya).
Orang Jawa (golongan Mataraman) pada umumnya menganggap dialek Suroboyoan adalah yang terkasar, namun sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang. Sikap basa basi yang diagung-agungkan Wong Jawa, tidak berlaku dalam kehidupan Arek Suroboyo. Misalnya dalam berbicara, Wong Jawa menekankan tidak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena dianggap tidak sopan. Tapi dalam budaya Arek Suroboyo, hal tersebut menandakan bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara.Tapi kata jancuk juga dapat diartikan sebagai tanda persahabatan. Arek-arek Suroboyo apabila telah lama tidak bertemu dengan sahabatnya jika bertemu kembali pasti ada kata jancuk yang terucap, contoh:”Jancuk yo’opo khabare rek suwi gak ketemu!”
Jancuk juga merupakan tanda seberapa dekatnya Arek Suroboyo dengan temannya yang ditandai apabila ketika kata jancuk diucapkan obrolan akan semakin hangat. Contoh: “Yo gak ngunu cuk critane matamu mosok mbalon gak mbayar”. Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam mengekspresikan kata ‘sangat’, mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa menambahkan kata sangat (banget atau temen) dengan menambahkan vokal “u”, misalnya “sangat panas” sering diucapkan “puanas”, “sangat pedas” diucapkan “puedhes”, “sangat enak” diucapkan “suedhep”. Apabila ingin diberikan penekanan yang lebih lagi, vokal”u” dapat ditambah. Hawane puanas (udaranya panas sekali), Sambele iku puuuedhes (sambal itu sangat sangat pedas sekali)
Selain itu..salah satu ciri lain dari bahasa Jawa dialek Surabaya, dalam memberikan perintah menggunakan kata kerja, kata yang bersangkutan direkatkan dengan akhiran -no. Dalam bahasa Jawa standar, biasanya direkatkan akhiran -ke
“Uripno (Jawa standar: urip-ke) lampune!” (Hidupkan lampunya!)
“Tukokno (Jawa standar: tukok-ke) kopi sak bungkus!” (Belikan kopi sebungkus!).
Demikian, dan jika ada yang belum jelas silahkan ditanyakan.
Setelah kejadian show Dana di cafe yang menggemparkan dunia persilatan, Nada urung memesankan gorengan untuk Hajar. Entah karena Nada malu atau bisa jadi mangkel (mangan tekel, hehe). Alhasil Hajar terpaksa potong kompas meminta nomer Hp Dana pada Nada untuk kemudian menghubungi sendiri.
Buah dari tehnik tingkat tinggi Dana dalam bertransaksi, ia berhasil melakukan penawaran handal sehingga akhirnya keluarga Hajar tidak hanya memesan gorengan, namun juga segala menu santap malam untuk suguhan acara reunian ayah Hajar.
“Eh Crut, jaremu wingi Nada kate pesen gorengan yo?, sido ta gak ?”, Khusna melontarkan pertanyaan saat ia sedang singgah di lapak Dana. Selain Khusna juga terlihat Indra sedang duduk diatas motornya seperti biasa, sembari menyulut sebatang rokok.
“Oh iku ta?, yang mau pesen itu teman dia yang kemarin diajak ke cafe. Ini aku wes WA an karo temannya Nada”, jawab Dana kepada Khusna.
“Arek sing putih mingit-mingit koyok putri barbie iku yo?”, tanya Khusna lagi dengan nada penasaran.
“Hahaha Gathel.. Koen mesti naksir nang de’e ketoke yo Thel?”, terdengar Indra menimpali dengan pandangan penuh selidik.
“Cuk.. Menengo ae koen hehe”, balas Khusna menuding Indra yang sedang nyengir meledek.
“Ngene lho rek, ternyata teman Nada yang bernama Hajar itu pesan banyak makanan, tidak sekedar gorengan. Katanya sih sekalian buat suguhan makan malam tamunya!”, serobot Dana ditengah aksi saling semprot antara kedua sohibnya.
“Pesan banyak jaremu ndes?, wooo aku ga percoyo!. Aku yakin sing bener iku koen telah merayu calon pembeli dengan segudang tehnik marketing. Lak iyo to?, hancuk raimu des.. Koyok ga ngerti kebiasaanmu ae aku iki!, Indra sang penyelidik selalu saja tahu intrik sohib-sohibnya hanya dengan melihat mimik muka saat berbicara.
“Cuk ngerti ae telek siji iki hehe!”, Dana tertawa renyah menerima tuduhan telak nan akurat dari Indra.
“Gae kapan iku No?, aku ikut nganterin ya!?, sekalian bawa mobilku biar bisa buat ngangkut makanannya!”, Lagi-lagi Khusna penasaran dan bertanya ini-itu membuat Dana Indra tersenyum geli.
“Rebo. Terserah deh kalau mau ikut. Ojo telat. Jam 2 siang seluruh menu harus sudah siap meluncur!”, jawab Dana seriously.
“Modus.. Moduss. Ati-ati No. Koen digae kendaraan pemulus rencana haha!, tapi aku melok pisan yo hahaha”, seloroh Indra dengan jahil.
“He koen ojok melok-melok pedekate cak !, bagianku iki!”, sergah Khusna menghalangi sepak terjang Indra dalam memburu mangsa.
“Sori.. Aku bukan tipe begitu lah yauw. Tenang.. Tak dukung 1000 persen su!, Indra menepuk pundak Khusna sahabatnya itu untuk memberikan efek penenangan. Terlihat Dana juga mengacungkan jempolnya mendukung perkataan Indra.
“Suwun dulur, koen kabeh ancen konco kenthel koyok umbel!…” ucap Khusna yang langsung disambut respon mimik ingin muntah dari kedua sahabatnya.
“J*ncuk, kosakatamu nggilani cuk.. Huekk”, Indra memotong kalimat Khusna yang belum selesai sambil berjongkok ke arah selokan di belakang lapak. Sepertinya ia terlihat bersiap muntah. Mungkin dia hamil hehe.
“Iyo sori likk. Sebenarnya aku iki rodok terkesiap waktu melihat sosok gadis di samping Nada yang menerima pot bunga itu. Areke kayaknya juga ngelirik-ngelirik ke arahku. Yooo.. Dongakno mugo-mugo jodo ngunu lho rekk!”, lanjut Khusna lagi. Nun jauh di tepi selokan masih terlihat Indra yang memerah wajahnya.
“Eh Sebentar, aku lupa belum tanya ke Dono Sugentho sesuatu. Eh No, koen wingi kok tiba-tiba bisa nyanyi uenak gitu?, kapan belajarnya? kok koen ga pernah crito?”, Khusna mengintrogasi Dana gara-gara suara emasnya yang luar binasa.
“Hehe, oh itu ta?. Aku biyen vokalis grup band jaman SMA, the best grup band level SMA se-Surabaya versi Jawapos. Kadang yo aku bagian drum kalau drummernya pas k.o”, ungkap Dana membuat kaget kedua sahabatnya yang tak menyangka bahwa si tukang gorengan ternyata memiliki sederet talenta.
“Wahh.. Manteb cuk. Kene cek iso nggae grup dewe. Kayak grup DOT jaman dulu itu lho cuman 3 personilnya!”, sambung Indra memberikan ide.
“Hehe.. Usul yang bagus. Sayangnya aku ra minat!”, komentar Dana dengan muka not interested.
——-
Rabu telah tiba..
Matahari cukup terik menyinari persada. Semilir angin menyusup diantara kehangatan sinar matahari, menambahkan nuansa rasa sejuk sepoi.
Lalu lalang kendaraan masih saja tidak berkurang meski suhu udara bisa dibilang cukup tinggi. Terlebih volume kendaraan di jalan-jalan protokol Surabaya. Begitu pula dengan kondisi jalan raya di wilayah kediaman Dana. Jalan yang terbagi dua oleh perempatan Dharmawangsa – Pucang itu terlihat cukup padat. Khusna yang berhenti di sebuah gang bergambar reog terlihat agak kesusahan memarkirkan kendaraannya.
Jam masih menunjukkan pukul 13 lewat 2 menit, tapi pendekar Khusna sudah duduk manis dalam mobilnya di depan gapura gang rumah Dana.
“Loha paijo!, wes siap ta menu nya?. Iki aku di depan gang reog. Tak jemput kesitu atau koen sing kesini?”, Khusna menghubungi Dana melalui Hpnya.
“Jam berapa iki ndul !?, cepet banget datangnya. Yo koen sing kesini to !. Mosok aku jalan mbetotong bawa barang segini banyaknya??”, terdengar suara Dana dari seberang telepon.
——-
Singkat kata singkat cerita, mobil Khusna baru saja berhenti di alamat yang tertulis pada WA Dana.
“Permisi pak, mau nganter pesanan buat mbak Hajar. “, ucap Dana kepada seorang sekuriti di gerbang rumah besar bergaya romawi.
“Mas Danu ya?, silahkan mas langsung saja ke arah pintu utama. Saya telponkan ke dalam. Kayaknya mbak Hajar lagi tidur. “, jawab pak sekuriti sopan.
“Dana pak.. Bukan Danu.. Hehe. Iya Pak saya tunggu saja dimobil sambil ngadem, Matur nuwun pak”, imbuh Dana.
Sekian menit menunggu..
“Mas Deni, ditunggu aja di kursi taman.. Ini mbak Hajarnya lagi mandi kata Nyonya. Santai dan sabar ya mas, mandinya luama biasanya. Ga tau deh apa aja yang digosok kok lama gitu”, pak sekuriti mengetok kaca mobil berikut menjelaskan dengan bibir yang agak mengulumkan senyum. Dengan melihat penjelasannya, bisa jadi pak sekuritipun tak luput dari yang namanya kemecer pada sosok Hajar si aduhai. Bisa jadi Hajar juga menjadi bidadari dalam lamunan syahwat sekuriti tersebut.
“Dana pakkk, bukan Deni… Baiklah pak, kami tunggu ditaman”, Dana mulai puyeng dengan daya ingat pak sekuriti. Anggukan Indra dan Khusna mengisyaratkan untuk mengiyakan tawaran sekuriti.
Taman milik keluarga Hajar Maya Saridewi cukup luas. Mungkin kisaran 7×15 meter memanjang ke belakang berjajar dengan posisi rumah. Di bagian paling depan dihiasi pohon-pohon kecil sebangsa palem yang berbaris rapi. Diantara pohon palem ada metamorphosis (upss keliru).. maksudnya ada jalan setapak selebar setengah meter yang berkelok-kelok seperti ular di atas rerumputan hias yang terpangkas sama tinggi. Agak ketengah terdapat kolam air mancur dikelilingi berbagai bunga warna-warni nan elok. Di bagian sisi sebelah kanan berjejer dua gazebo yang terletak tepat di sisi kanan dari bangunan rumah Hajar. Salah satu gazebo berhadapan dengan sebuah jendela nako, namun posisinya sedikit lebih tinggi dari tubuh orang dewasa.
“Hanjrit, suwe iki sawangane Jo !. Ah.. Ngapain juga tadi aku ikut”, Indra terlihat gundah dan gusar. Ia paling tidak suka dengan yang namanya menunggu.
“Dikandani ga usah ikut.. Ngeyel koen ndes!”, jawab Khusna sembari mencibir ke Indra.
“Bukan gitu Jehh. Iki Jam 3 aku onok latihan karate. Ngerti dhewe kan koen lek sebentar lagi ada kompetisi karate tingkat Jawatimur!”, ungkap Indra sedikit lemas tak bergairah. Apakah dia cacingan?
“Gampang lah Ndro, engkok lek jam 3 durung beres yo nyegat o bemo nang ngarep. Lyn O lewat sini kok. Turun di GOR kan bisa”, Dana mencoba menengahi serta memberikan solusi kepada Indra.
“Iya sih. Tapi seragamku dirumah!”, sergah Indra.
“Telp adikmu, suruh nganter ke GOR bajunya!”, lanjut Khusna dan langsung disambut senyuman lebar oleh Indra.
Saat mereka baru saja duduk di gazebo, terdengar suara aneh dan ganjil sekaligus janggal. Bertiga mereka celingukan mencari sumber suara itu. Bahkan Indra dengan konyolnya melongok kebawah gazebo (model rumah panggung yang ada kaki-kaki dan kolongnya) berharap menemukan sesuatu di bawah sana.
Masih saja belum menemukan sumber suara yang muncul membuat trio DKI menjadi semakin penasaran. Hingga tanpa sengaja Indra menengadahkan wajahnya dan menemukan jendela nako dengan posisi terbuka tepat disamping gazebo dimana mereka duduk sesuai instruksi bapak komandan peleton sekuriti. Berbekal rasa penasaran, Indra mencoba naik ke sandaran tempat duduk gazebo yang memanjang seperti layaknya poskamling. Dilongoknya nako yang terbuka itu dan sekonyong-konyong ia mendelik seketika. Tanpa bersuara ia colek kedua rekannya seperjuangan untuk ikut naik. Saat semua sudah dalam posisinya, ketiganyapun terpana dengan mulut menganga lebar.
ketiganyapun terpana dengan mulut menganga lebar…
Jendela nako tersebut ternyata adalah jendela dari sebuah ruangan kamar dengan ukuran yang cukup luas. Layaknya sebuah kamar hotel first class lengkap dengan bed kingsize, kamar mandi dalam, AC, dan segala kelengkapan komplit yang akan memanjakan pemilik ruangan untuk betah tinggal di dalamnya.
Yang sangat mencengangkan bagi Dana dkk bukanlah perlengkapan kamar yang serba wah tersebut, melainkan adalah yang terjadi di atas ranjang berukuran besar tersebut.
Nampak sepasang insan sedang memadu kasih. Bermesraan saling meluapkan gelegak hasrat satu sama lain. Belaian, candaan, dan cumbuan silih berganti mewarnai moment indah mereka. Tawa, pekik, desah, dan rintih terlepas dari bibir yang sedang mereguk manisnya madu cinta.
Seorang gadis molek dan cantik sedang berdiri pasrah dalam balutan lingerie tipis berwarna hitam gelap. Dibagian bawahnya terlihat hanya terbungkuskan G-String mini yang tak mampu lagi menutupi putih dan padatnya paha indah berikut bongkahan buah pantat yang sangat-sangat menggetarkan imron.
Gadis itu belum terlalu tua, mungkin hanya selisih 2 tahunan diatas Hajar. Wajahnya pun tidak jauh beda dengan Hajar yang secantik barbie. Bahkan bisa dibilang mereka 11-12 memiliki kemiripan yang cukup mencolok. Yang sedikit membedakan hanyalah postur dan bukit buah dada ranum dari si gadis nampak berukuran sedikit lebih daripada Hajar.
“Cuook, asli.. Uayu temen rekk. Seksi pisan. Sopo iku jehh?”, (Anjrit, asli… Cantik banget yah. Seksi juga. Siapa sih dia bro?) bisik Indra ke telinga Khusna yang serta merta dibalas sikutan maut di rusuk Indra hingga ia meringis kesakitan.
“Heh.. Menengo talahh!”, (Heh.. Tutup mulutmu!) Khusna mendelik sadis ke arah Indra yang masih meringis.
“*su.. Ojok nemen-nemen lek nyikut cuk!, iso ambrol dodoku! Aduhh..”, (*njing.. Jangan kenceng-kenceng siku mu itu!, bisa hancur dadaku! Aduhh..) Indra mengelus kesakitan rusuknya.
Gadis yang tengah berdiri seksi di tepi kasur tersebut nampak meronta dan mendesis menerima belaian di bukit pertemuan antara kedua kakinya, Sesekali pria yang memeluk di hadapan sang gadis menyambar bibir kekasihnya itu hingga terdengar kecipak suara ciuman bibir yang panas.
“Ehmm mas.. Ssstt ah”, desah sang gadis seksi menggetarkan gendang telinga trio DKI yang masih terus mengintip tanpa disadari oleh empunya kamar.
Perlahan dan pasti si pria menuntun gadis cantik tersebut melepaskan lingerie yang menutup dadanya. Mak jendull..(Ctuing) Terlompatlah dua bukit berdaging ranum dengan puncak yang masih terlihat segar menggoda berwarna pink kemerah-merahan. Bentuknya kencang dan montok jarang terjamah.
Sang pria beruntung dengan buas langsung mencaplok (Nyosor) satu bukit menggoda sambil tangannya asyik meremas gemas bukit lainnya. “Ahmm… Ahhh”, gadis itu menggeliat molek menikmati getaran-getaran halus dari titik rangsang di sekujur tubuhnya yang terasa meletup-letup menghantar impuls gairah.
Dengan sedikit dorongan mas pria memposisikan mbak gadis menunduk bertumpu siku pada bibir kasur dan mengisyaratkan pula agar menurunkan lepas G-String yang masih menempel erat di pinggul gitar super wow.
Momen slow motion pelepasan G-String ini begitu terlihat mengesankan di mata Dana and the genk karena kebetulan sekali buah pantat indah yang sedang nungging tersebut menghadap tepat ke arah nako dimana trio sembret bersarang.
“Opo iku Kas??.. Eh eh.. Ngimpi opoo aku wingi..??!”, (Apaan tuh Kas??.. Eh eh.. Mimpi apa aku semalam..??!) Indra kembali bersuara demi mendapati pemandangan menakjubkan terhampar di hadapannya.
“Koen pingin konangan ta?, menengo po’o rekkk!”, ( Kamu ingin ketangkap basah kah?, diamlahh kawan!) lagi-lagi Khusna mendelik memperingatkan Indra agar tidak mengacaukan pengintipan berhadiah.
Kini mbak cantik telah terlihat polos tanpa penutup apapun. Tubuhnya yang putih ditunjang kebersihan dalam merawatnya membuat tubuh yang polos tersebut terlihat sangat indah bersinar.
Kembali mas beruntung itu mendekati pujaan hatinya dan menghamburkan lumatan dahsyat di bibir tipis yang ada dihadapannya. Kedua tangannya meremas serta memilin kedua bukit aduhai dengan bertubi. Tak terelakkan lagi, kecipak bibir dan lidah yang beradu kembali terdengar. Gumam desah sang dewi menyelingi perciuman mereka.
Tak mau kalah, bidadari gemulai mencoba meraba tubuh kekasihnya yang bertelanjang dada dan masih menggunakan celana jeans. Dengan agak terburu-buru ia bantu si pria melepaskan kaitan ikat pinggangnya. Tak berhenti disitu, dengan cekatan ia turunkan celana berikut lapisan kain yang ada didalamnya sekaligus. Sebentuk serdadu bertopi baja, mengkilat, dan mengacung keras terlihat melompat sigap dari balik celana.
“Wkkwk.. Cilik tibakno manuk e.. Hehe!”, (wkkwk.. Ternyata kontinya kecil hehe) reflek Indra kembali berulah tanpa bisa menahan diri begitu melihat serdadu yang ukurannya sangat biasa.
“Eh su.. Muliho kono!, nggateli koen iku, Rame ae!”, (Eh *njing.. Pulang sana! Payah kau, berisik mulu!) Khusna sekali lagi berbisik galak. Indra menyadari keteledorannya dan segera mengunci mulut rapat-rapat.
Mbak bidadari melirik genit pada serdadu yang baru saja lepas bebas dari sangkarnya. Meski sedikit terbesit rasa kecewa pada batang yang berukuran kurang menyenangkan tersebut, ia tetap saja melanjutkan niatnya untuk berjongkok dan membelai serdadu koplo.
Bibir tipis seksi sang gadis perlahan terbuka menjulurkan lidah mengecapi ujung batang bertopi yang nampak lembab berlapis precum bersinar memantulkan terpaan cahaya lampu kamar. Beberapa saat kemudian ia menekan masuk mister serdadu mengisi rongga mulut sembari jemari lentiknya mengocok lembut batang kaku tersebut.
“Ehh dik.. Uenak temen kenyotanmuuu hemmm”, (Ehh dik.. Enak banget kulumanmu itu hemm) si pria blingsatan menerima rangsang pada wilayah sensitifnya.
Tak ingin pertahanannya bobol duluan, si pria menarik kekasihnya menuju ke tempat tidur. Ia telentangkan kemudian dibukanya kedua kaki jenjang mulus milik sang bidadari hingga mempertontonkan belahan lembab yang masih terlihat muda dan kencang. Tak ada bulu pubis sedikitpun padanya. Yang ada hanya keindahan.
“Auuuchh… “, si cantik melenting keras tatkala lidah kekasihnya tiba-tiba menyapu hangat labia mayora berwarna pink miliknya.
“Eehm mas.. Wenakk e mass.. Auhh”, (Eehm mas.. Enak sekali ma.. Auhh) gadis cantik pujaan DKI mulai merancau manja menikmati kuluman dan jilatan yang terjadi di seantero belahan bukit berbulu.
“Iyahh mas.. Teruss ahm awwh sttt”, bisikan gairah mendesak sang gadis menyuarakan kenikmatannya.
“Mass.. Lebokkno ae pentunganmu.. Akhuu ga kuatt.. Ayohh”, (Mass.. Masukin aja pentunganmu.. Akhuu ga kuat..Buruan) si cantik mengiba agar kekasihnya segera melakukan penetrasi demi mengobati rasa geli yang teramat sangat terasa di selangkangannya.
Akhirnya mas itu mengalah. Ia letakkan kedua kaki mulus si gadis di bahunya. Dengan posisi berdiri di tepi kasur ia sodok lubang surgawi si cantik. Sekali tekan amblaslah serdadu dalam lumatan bibir nikmat berklitoris.
“Nah gituu mashh.. Ayo mass ahh ssssh”, bidadari cantik kian mendesah meresapi intercouse yang sedang terjadi. Berlanjut ia rasakan hentakan demi hentakan memompa bagian ternikmat di tubuhnya. Sepertinya ia ingin sekali merasakan bagian terdalam dari lubang miliknya tergesek serdadu kekasihnya, namun tak jua dapat tergapai.
“Ayooh mas.. Dorong yang ddalamh dongg.. Ahhss.. Auhh kurang..auuh masukk lebihh dalamm”, meski sang gadis telah mengangkat tinggi-tinggi pinggulnya setiap kali hentakan terjadi namun belum juga ia mampu menggapai hasrat orgasme yang di tunggu.
“auhhh aaaahhhh”, belum lama sang gadis mencoba menyusun kenikmatan agar dapat mencapai puncak, tak disangka sang pria telah mengejang terlebih dahulu. Plopp.. Terdengar tarikan cepat dari pertemuan dua kelamin. Sedetik kemudian pria tersebut mengerang sembari menyemprotkan lahar putih hangat di perut ramping kekasihnya. Tersirat kekecewaan sang bidadari…
“Hayoo… lagi lapooo peno cak!??”, (Hayoo.. lagi ngapain kamu mas!??) gedubrakk…spontan ketiga pemuda melompat ke tempat duduk gazebo saat mendengar suara bentakan di belakang mereka.
“Ehh Hajar.. Sudah lama disini??”, basa-basi Dana untuk menutupi rasa malunya.
“Yahh.. 2 menitan lah”, balas Hajar sinis sembari berkacak pinggang.
“Duhh.. Mateng koenn. Sampek ngamuk, rugi olehku masak. Iso-iso malah tekan Nada.. Juurr ajur”, (Duhh.. Msti aku. Kalau sampai dia marah, bisa rugi nih masakanku. Bisa-bisa juga diceritakan ke Nada.. Hancurrr) gumam Dana dalam hati menyalahkan dirinya sendiri yang kurang kontrol.
“Hihihi.. Ojok ngompol mas!. Guyonn. Aku ga ngamuk kok. Santai ae”, (Hihihi.. Jangan ngompol mas!. Becanda doang. Aku ga ngamuk kok. Santai aja) tiba-tiba Hajar tersenyum cekikian yang malah membuat ketiga pria mesum menjadi bingung.
“Hehee ojok mengkeret ngunu talah.. Hahaha”, (Hehee jangan ketakutan gitu dong.. Hahaha) imbuh Hajar lagi dengan tawa riang.
“Yang sampean intip iku mbakku, jenenge mbak Najar. Umure 2,5th diatasku. De’e jek buru rabi sebulan wingi. Isih seneng-seneng e kelon mas, jadi harap maklum. Aku kadang yo ngintip kok hehe. Lha salahe dewe, mereka ga lihat waktu dan sikon.. Asal ah-uh thok ae”, (Yang kamu lihat itu kakakku. Namanya kak Najar. Umurnya 2,5th diatasku. Dia baru aja nikah sebulan ini. Masih seneng-senengnya temanten baru tuh, jadi ya harap maklum. Aku kadang juga ngintip hehe. Nah salah sendiri, ga bisa liat waktu dan keadaan.. Asal sruduk aja) Hajar mendekati Dana dan teman-temannya sembari bercerita perihal kakaknya.
“Oh iyo lali.. Kenalno iki konco-koncoku mbak..”, (Oh iya lupa… Kenalkan ini teman-temanku mbak..) Dana mengalihkan pembicaraan agar ia tidak terus menerus merasa kikuk setelah ketahuan mengintip kegiatan asyik masyuk sepasang sejoli yang ternyata adalah kakaknya Hajar.
“Iki Indro, trus iki Kasino…”, (Ini Indro, dan ini Kasino..) Dana menunjukkan satu persatu sahabatnya. Terlihat mereka saling berjabat tangan, dan yang paling lama bersalaman include saling tatapan mata adalah Khusna. Mencurigakan..
“Gusti Pengerann.. Ualus temen tangane. Aduh mripate iku.. Esem e iku.. Nggarai atine tambah dag-dig-dug plas. Uayu temen ancen arek siji iki!”, (Yaa Allah.. Halus banget tangannya. Aduh matanya.. senyumnya.. Bikin hatiku semakin bergetar. Emang cantik banget nih bidadari!) batin Khusna yang sepertinya mendapat respon positif dari Hajar. Terbukti tatapan Khusna yang sangat dalam ke arah Hajar dibalas dengan tatapan serupa olehnya.
“Waduhh mirip grup warkop yang udah almarhum itu ya nama-namanya hihi, jangan-jangan mas Dana dipanggilnya Dono yaa??”, komentar Hajar pada nama Indro dan Kasino yang memang jelas-jelas menjiplak.
“Hanjrit.. Almarhum jare..!”, (Busyet.. Almarhum katanya..!) bisik Indro ke telinga Dana yang ternyata terdengar oleh Hajar dan disambut dengan senyum geli Hajar yang malah terlihat manis sekali.
“Mok jeneng celukan mbak, gae seru-seruan ae hehe”, (Hanya nama panggilan mbak, buat seru-seruan aja hehe) balas Dana dengan tatapan gimanaaa gitu ke arah Hajar yang alhasil mendapatkan hadiah jitakan ringan dari Khusna yang merasa cemburu. Sebaliknya Hajar, hanya melihat jitakan itu sebuah bentuk keakraban saja.
“Eh mas Dana.. Dimasukkan aja ke ruang tamu barangnya”, Hajar memberikan instruksi setelah teringat kembali pada tujuan utama Dana datang kesana. Hari itu Hajar yang imut semakin terlihat bersinar dalam balutan kaos putih ketat yang menyuguhkan padat dan bulatnya tonjolan bukit dada dipadu dengan celana jeans belel berwarna orange juice. Meski bukitnya tak sebesar Nada ataupun kakaknya yang bernama lengkap Najar Rina Mahadewi, namun bulatannya sungguh ideal, tegak, dan pas banget. Rasanya terlihat segar sekali.
Dengan cekatan tanpa menunggu kedua kalinya, Dana dibantu dua sahabatnya segera mengangkat tetek-bengek di mobil menuju ruang tamu. 2-3Kali balik beres deh. Tapi ada satu yang tidak beres, yaitu solah polah Khusna yang lain daripada biasanya. Setiap mengangkat makanan melintasi Hajar, ia seperti terhipnosis menoleh ke arah Hajar tiada henti. Hajarpun demikian, asyik beradu mata dengan Khusna tanpa kata-kata.
“Uwis mbak. Mari kabeh. Total e kabeh 720 ewu. Tapi engkok lek wis mari ojok lali dibalekno rek panci-panciku!”, (Sudah mbak. Beres semua. Totalnya 720 ribu. Tapi nanti kalau abis makai jangan lupa dibalikin lho panci-panciku!) ucap Dana setelah angkatan terakhir sukses ia letakkan.
“Iyo beres, mene tak telp lek kate mbalekno panci. Iki duwik e, susuk e pe’en ae mas. Eh iyo mas Dan, engkok aku esemesi nomer hape koncoe pean sing jenenge Kasino yo.. Tapi rahasia lho.. “, (Iya beres, besok saya hubungi kalau mau balikin panci. Ini uangnya, kembaliannya bawa aja mas. Eh iya mas Dan, nanti aku smsin nomer ho temanmu yang namanya Kasino itu ya.. Tapi rahasia lho..) bisik Hajar memiringkan wajahnya ke arah telinga Dana. Wangi tubuh Hajar yang hanya berjarak sekian senti dari Dana sungguh begitu melenakan. Aroma nan penuh sensualitas pekat.
Bersambung
Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂