Status Berkelas Part 37
Dilamar, Lamaran, Melamar, Scene 2
Di ujung cerita ini
Di ujung kegelisahanmu
Kupandang tajam bola matamu
Cantik, dengarkanlah aku
Aku tak setampan Don Juan
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini ‘ku tak ragu
‘Ku sungguh memintamu
Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata dan tertidur di sampingku
Aku tak main-main
Seperti lelaki yang lain
Satu yang kutahu
Kuingin melamarmu
(Melamarmu – Badai Romantic Projects)
———-
“Jar.. kamu yakin mau masak sendiri untuk acara LAMARAN nya Dana dan Indra?”, Hera tak tega melihat Najar bakal sibuk sendiri menyiapkan segala jamuan.
“Iya mbak.. dibantu Hajar kok”, jawab Najar santai.
“Ooh gitu.. yaudah terserah kamu aja. Aku sih eman aja, kasihan kamu dik. Calon pengantin ga boleh capek-capek”, ucap Hera menggoda calon duetnya.
“Ihh mbak apaan sih”, Najar merajuk malu. Namun semakin malu semakin terlihat imut dan menggemaskan saja Najar ini.
“Berarti harus segera belanja ini.. 2 hari lagi lho acara lamarannya”, ucap Hera sedikit khawatir melihat fisik Najar. Sudah barang tentu Najar akan terforsir banget untuk mengurusnya.
“Beress mbak..Gausah khawatir. Najar kalau lihat mbak jadi hilang capeknya”, sambut Najar sambil berseloroh.
“Hahaha kamu ini hmm.. lihat kamu ngomong aja ngegemesin lho. Imut banget sih adikku sayaaang”, Hera tak bisa menyembunyikan kekagumannya pada sosok Najar. Sudah tak sabar ia untuk resmi menikahkan Najar dengan suaminya. Hmm.. mulai dah Hera kumat. Awasss.. ojok garuk-garuk silit !!!
“Hehe.. mbakku sayang juga ngangenin banget.. lup yu mbakkuuh.. mwuahh”, Najar mencium sayang pipi Hera. Ini apaan ya kok istri pertama dan calon istri kedua bisa akur banget gitu. Sepertinya Najar mulai tertular virus Hera. Virus baik hati dan tidak sombong he..
“Yaudah kalau gitu belanja ya dik. Sebentar.. Mass.. mas Angga…”, Hera berteriak memanggil suaminya.
“Apa sayang?”, Angga muncul di depan Hera serta Najar dengan memakai kaos singlet dan badan penuh keringat. sepertinya si ganteng tadi lagi angkat barbel di taman belakang rumah. Uhh seksinya.. membuat dua wanita di depan Angga menelan ludah.
“Mas, tolong anterin Najar belanja ya.. buat jamuan lamaran Dana dan Indra”, ucap Hera menyampaikan maksudnya kepada sang suami tercinta.
“Kamu ga ikut?? Bertiga yuk”, Angga merasa tidak enak terhadap Hera. Ingin sekali menjaga perasaan Hera. Tapi halooo… kisah kalian terbalik Angga. Semakin kamu lengket dengan Najar maka Hera akan semakin lengket pula. Aneh kan ya.
“Yee.. aku belum sehat sayaaang. Plis deh ah. Udah sana buruan berangkat pacaran. Ini perintah!!”, Nah nah.. beneran kumat ni Hera. Suaminya lho, disuruh pacaran ama cewek secantik Najar.
Angga segera berlalu ke kamar mandi menutupi rasa malunya. Sedangkan Najar.. plungkar-plungker, mulat-mulet, mesam-mesem, melat-melet.. sungguh, sekali ini Najar terlihat sangat nggilani.
“Ehh waitt.. tunggu Pak Angga. Tolong dipersiapkan mas-kawinnya. Ustadz Zain sudah saya kontak dan ready dalam 2-3 pekan ke depan. Akad nikah dibawah tangan dulu gapapa kan Najar sayang??!. Sambil jalan kita pikirkan untuk cetak resminya. Setidaknya sah dulu secara agama”, lagi-lagi Hera melakukan manuver mengejutkan.
“Mbak.. sebaiknya mbak dan Mas Angga ketemu bapak dulu. Biar ga salah paham”, Najar berusaha mengarahkan bagaimana baiknya.
“Ooww.. itu juga sudah dong sayang. Sehari sesudah kamu nginep disini waktu itu, Pak Ali kesini. Kita koordinasi hihi”, Hera tertawa bangga.
“Kok aku ga tahu sih?”, Angga berteriak dari depan kamar mandi.
“Ishh calon mempelai diamlah.. ini bukan urusan kalian!!”, Hera berteriak tinggi ala sinetron, senyumnya terkembang. Najar sudah terkapar hampir pingsan. Angga di depan kamar mandi sibuk berjongkok menggigit gombal mukiyo.
“Perhitunganku sudah pas banget kok. Minggu ini kita fokus acara lamaran Dana dan Indra. Minggu ke dua peresmian kantor baru Nada beserta susunan kabinetnya. Dan minggu ke tiga kalian menikah. Sempurnaaa !!!”, suhu tahu gayanya Demian saat ngomong sempurna?. Percis Hera nih juga sambil begitu. Heraa heraa.. kabelmu pedot piro sakjane nduk??!.
———-
Hari bahagia yang ditunggu pun tiba. Semua pun bersorak.. Hore, horee, horeee.
Di ruang tengah rumah Angga, duduk dengan cantiknya dua orang bidadari, Annada Kamaniai dan Andira Kirana. Hajar mengelus lembut jemari Nada untuk menenangkan rasa gugup dalam hatinya. Najar menggamit penuh kasih pinggang Dira. Dan Pak Ali merangkul mesra tubuh Angga.. iih nggilani.
Tamu yang ditunggu akhirnya tiba. Kedua orang tua Dana, adik perempuan Dana yang cantik, Dana, Indra, Khusna, dilengkapi Yosa, Dodo, dan seorang gadis manis yang sepertinya tunangan Dodo, Amanda.
Tentunya brio Khusna tak akan muat mengangkut orang segitu banyaknya. Untung ada Sinto yang bersedia meminjamkan mobil temannya yang cukup besar. Mobil yang sangat indah dengan warna merahnya yang menyala. Sebuah blangwir stok terbaru.
Kegiatan ramah tamah dan bertegur sapa mewarnai pertemuan tersebut. Semua berbahagia, hingga tiba pada acara puncak.
“Nak Angga selaku wali nikah dari Ananda Nada dan Dira. Perkenankan saya Sucipto selaku ayah kandung dari Dana, sekaligus mewakili orangtua Indra yang saat ini sedang bertugas di Aceh untuk menyampaikan LAMARAN untuk ananda Nada untuk menjadi calon istri dari ananda Dana, dan Ananda Dira untuk menjadi calon istri dari ananda Indra. Semoga permintaan kami ini diperkenankan, mengingat telah terjadinya kecocokan diantara anak-anak kita”, bapak Sucipto yakni ayahnya Dana dengan tenang dan jelas menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka ke rumah Angga.
“Terimakasih bapak atas kepercayaannya memilih adik-adik kami menjadi calon istri dari adinda Dana dan Indra. Saya sebagai kakak tertua sekaligus wali dari adik-adik saya hanya bisa tut wuri handayani. Apa yang mereka inginkan dan mereka serius melakukannya maka saya hanya bisa mendukung dan merestui. Mqka daripada itu semua, alangkah baiknya jika jawaban kita dengarkan langsung dari kedua adinda saya”, Angga menjawab dengan baik dan diplomatis. Semua mata kini tertuju pada kedua bidadari tak bersayap yang kini tertunduk malu-malu.
“Ayo Nada, Dira.. dijawab pertanyaan tamu kita”, Pak Ali sebagai satu-satunya sesepuh di pihak keluarga Angga melengkapi.
Semuanya masih terdiam. Tak ada yang berani mengeluarkan suara. Menunggu jawaban langsung dari sang putri mahkota.
“Tunggu sebentar…!!”
Sebuah kejutan yang sangat tidak di inginkan terjadi. Diambang pintu telah berdiri Khusno dan Estu. Semua terhenyak kaget. Badai dan bencana segera tergambar di wajah mereka.
“Puuuut jamputt.. onok ae rek alangane (ada aja sih halangannya). Iki seng mbaurekso gunungsari lapooo rene barang (ini penguasa gunungsari ngapain kesini segapa). Asemm!!”, Khusna ngedumel sendiri. Lirikan mata Dana memberi isyarat agar Khusna diam.
“Boleh kami masuk??”, Kusno berucap sopan. Ada intonasi baru yang sepertinya ia pelajari.
“Injih monggo romo..”, Angga cukup bijak. Dalam kondisi super genting, masih ia berusaha berpikir positif.
Sepasang manusia super dari gunungsari segera duduk manis di ruang tamu bersama seluruh tamu yang hadir. Semua mata kini tertuju pada Kusno. Indra sudah mengepalkan tangannya, siaga menunggu jika terjadi huru hara.
“Angga, Nada, Dira… romo minta maaf yang sebesar-besarnya atas perlakuan romo selama ini. Romo baru sadar setelah terjadi penangkapan atas Pras dan terlukanya Hera. Romo datang hanya ingin meminta maaf. Terserah kalian bisa memaafkan kami atau tidak. Tapi setidaknya kami bisa tenang saat meninggal nanti. Kami sudah cukup tua dan rakus menikmati dunia ini. Sekarang romo menyesal, sangatt menyesal”, suara Kusno bergetar, airmata bercucuran membasahi kulitnya yang keriput. Estu tertunduk dan terisak menahan tangis.
Semua yang ada hanya mampu diam. Tak tahu harus berbuat apa. Tapi untuk garuk-garuk silit sepertinya kondisi tak memungkinkan. Apalagi garuk-garuk tilis beregu, berkelompok, bersama-sama. Oh sudahlah.
Tanpa menunggu jawaban, Kusno beranjak berdiri diikuti Estu. Tak ada satupun yang ingin mencegah.
“Meski kami bukan orangtua kandung kalian, tapi setidaknya mohon ampuni kesalahan kami. Terimalah kami sebagai teman”, Estu angkat bicara. Ia masih menggantungkan harapan besar pada mantan anak-anak mereka.
“Romo, ibu.. duduklah.. dengarkan anak bungsu bicara. Kalian telah melengkapi kebahagiaan hari ini. Turut saksikanlah acara ini sebagai bagian dari keluarga kami. Nada mewakili kakak-kakak nyuwun pangapunten (mohon maaf) atas semua kejadian akhir-akhir ini. Kami tidak membenci romo dan ibu. Jika diperkenankan, kami ingin merawat panjenengan kekaleh (engkau berdua) di usia senja panjenengan”, Nada berdiri dan mencium kedua tangan suami istri tersebut. Angga dan Dira pun ikut berdiri dan mencium tangan-tangan keriput tersebut.
“Wadooh.. lah kok malah jadi acara tali kasih ngene rek”, kali ini Indra yang ngedumel heran, sambil garuk-garuk…..ehmm ketek. Lupa pakai deodoran pula. Jelas apek bin tengik.
“Iyo.. wes monggo dilanjutkan. Ini acara lamarannya nak… aduh maafkan romo yang dulu pernah menghina kamu nak. Ternyata malah kamu yang berhasil membongkar kedok si bajingan Pras kuwi. Romo isin rasane”, ucap Pak Kusno kepada Dana.
“Injih pak, kulo beserta teman-teman ugi nyuwun agunging samudro pangaksami (juga mohon maaf sebesar-besarnya) bilih solah polah (mungkin tingkah perbuatan) kami waktu itu membuat panjenengan soho (dan) ibu tersinggung”, Dana dengan bahasa jawanya yang sangat mlipit menjawab apa yang disampaikan Pak Kusno.
“Alus pituturmu nak.. romo penasaran kamu keturunan dari mana”, lanjut Pak Kusno keppo.
“Tepangaken dalem Sucipto, Raden Sucipto Tjhakrabumi (Perkenalkan saya Sucipto, Raden Sucipto Tjhakrabumi) garis lurus keturunan kerajaan Dhoho Kediri. Meniko Dana putro mbajeng dalem. Nuwun. (Ini Dana adalah putra kami yang sulung. Permisi)”, ayah Dana angkat bicara dan membuat kaget Kusno sang priyayi.
“Saya juga pak romo.. saya keturunan pasukan brawijaya siliwangi….”, Indra sudah gatel dan akhirnya celetuk jenaka terlontar juga.
“Horaa takoon (ga tanya) !!!”, potong Khusna disambut tawa seluruh yang hadir.
“Pangapunten.. semanten ugi kulo romo, kulo saking tlatah Lamongan. Leluhur kulo injih punika ingkang paring jejuluk Maskarebet (Maaf.. begitu juga saya romo, saya berasal dari Lamongan. Leluhur aaya adalah yang berjuluk Maskarebet)”, tiba-tiba kalimat Indra berubah, membuat Khusna balik tercengang.
“Lho keturunan Joko Tingkir… wah wahh.. calon e anak-anak angkatku wes jan top markotop kabeh. Romo bangga pada kalian”, Kusno berubah drastis sejak ia menginjakkan kaki di rumah Angga sore itu. Inilah hikmah atas segala penderitaan Nada selama ini.
“Kalau begitu kita kembali ke pokok pembahasan. Kami sedang menunggu jawaban Nada dan Dira atas Lamaran ini. Mungkin romo ada yang ingin disampaikan?”, Angga kembali mengambil alih pembicaraan.
“Wes aku tutwuri handayani wae ngger”, jawab Pak Kusno singkat.
“Nah gimana sekarang para bidadari?, ditunggu lhoo..”, lanjut Angga.
“Iish apaan sih mas Angga. Nada malu dong. Mosok udah dandan cantik begini ditolak sih ah”, pipi Nada memerah. Wajahnya tersipu.
“Idem”, Dira singkat ikut-ikutan. Semua tersenyum bahagia.
———-
Sehari setelah acara lamaran Dana..
“Romo, kami ingin mengajak romo untuk tinggal bersama di rumah yang baru. Romo dan ibu sudah sepuh. Waktunya kami yang gantian merawat”, Nada mengungkapkan maksudnya datang ke rumah Pak Kusno. Hari itu Nada, Angga, Dira, dan Hera sedang berkunjung ke rumah orangtua angkat mereka.
“Iyo romo dan ibu manut wae. Kami tak punya keluarga lagi selain kalian. Biar rumah ini kami jual, hasilnya bisa kalian gunakan untuk tambahan modal perusahaan”, kali ini Pak Kusno tak jahat lagi. Mungkin ia takut ga dimunculkan TS lagi di kisah ini sehingga akhirnya ia memilih untuk berubah menjadi pemeran baik.
“Syukurlah…”, ucap Angga gembira. Pun juga dengan Nada, Dira, serta Hera.
“Tapi begini.. romo ada pinjaman ke Pras sebesar sekian ratus juta. Tolong penjualan rumah ini dikurangi hutang itu dulu. Agar status jaminan atas pabrik plastik romo bisa terlepas. Setelah itu pabrik plastik kami serahkan ke kalian untuk kalian kelola. Romo sudah capek mikir”, lagi-lagi Pak Kusno membawa kabar gembira. Tentu saja Rapi Design Group akan menjadi lebih besar lagi jika ditambah dengan satu aset pekerjaan yakni pabrik plastik yang diberikan pak kusno. Ini sungguh nikmat yang luarbiasa.
———-
Hari ini adalah acara peresmian PT. RDG sekaligus peresmian kantor baru. Berbagai tamu berdatangan, mulai dari teman-teman Nada, teman-teman Hajar, teman-teman Angga dan Dira, konsumen dan relasi rapi design, kolega-kolega Pak Kusno dari kalangan priyayi dan berduit, kolega-kolega Pak Hadi (ayah tiri Hajar) yang juga rata-rata kelas konglomerat, Yosa beserta ayah ibunya, Dodo bersama Amandanya yang manis, Sinto didampingi selusin polisi dari Polwiltabes, tak lupa Mak Yan sang pemilik warung nasi yang selalu menjadi langganan bagi Nada dan Hajar.
Wajah-wajah sumringah Nada Cs mewarnai acara yang ada. Semua bergembira, semua ceria. Satu persatu masalah telah terurai. Berganti dengan berlapis-lapis kebahagiaan.
Trio DKI beranjak menaiki panggung. Seperti waktu itu di kafe.. Indra pada keyboard, additional pada bas dan drum, Khusna pada melody, Dana pada vokal, penonton pada lari hehe . Ga doong. Penonton pada mendekat. Mendekat untuk nimpukin pakai botol mineral dan uang recehan hahaha. Ada juga yang nimpukin pakai pembalut bekas, gathell thel thell.
Lagu pertama, lagu yang membangkitkan kenangan antara Dana dan Nada. Lagu yang juga membuat cinta Khusna dan Hajar pertama kali bersemi. Rahasia hati dari band legendaris element.
—–
Waktu terus berlalu
Tanpa kusadari yang ada hanya aku dan kenangan
Masih teringat jelas
Senyum terakhir yang kau beri untukku
Tak pernah ‘ku mencoba
Dan tak ingin ‘ku mengisi hatiku dengan cinta yang lain
‘Kan kubiarkan ruang hampa di dalam hidupku
Bila aku harus mencintai
Dan berbagi hati itu hanya denganmu
Namun bila ‘ku harus tanpamu
Akan tetap kuarungi hidup tanpa bercinta
Hanya dirimu yang pernah
Tenangkanku dalam pelukmu
Saat ‘ku menangis
—–
Nada mengalirkan airmata, pun begitu juga Hajar. Ingatan mereka melayang pada saat melihat trio DKI pentas di kafe Khusna sekitar dua tahun silam. Saat itu Dana dengan iseng namun romantis turun dari panggung dan memberikan satu pot bunga kecil pada Nada sambil terus menyanyikan lirik Rahasia hati.
Nada terperanjat, belum selesai ingatannya mengimbas masa lalu tahu-tahu Dana sudah muncul dihadapannya membawa satu baskom gorengan kemudian tersenyum menghabiskan sisa lirik lagu Rahasia hati.
“7 ribu mbak”, ucap Dana lembut.
“Kembaliannya ga usah mas”, jawab Nada tersenyum dalam tangis bahagia.
“Kali ini kembalian aku terima, selalu kembali ke hatiku ya apapun masalahnya kelak. Jangan pernah tinggalkan aku duhai bidadari calon istriku!!”, ucapan Dana disambut riuh keluarga dan penonton lainnya. Banyak yang ikut menangis terharu melihat kisah perjalanan cinta Dana dan Nada.
Gorengan itulah saksi bisu pertemuan Dana dan Nada. Berkah dari jual gorengan pula yang mempertemukan dana dan Nada. Gorengan pula yang membuat Dana berhasil mencicipi lembah nikmat Dona hahaiii..
Dana kembali ke panggung untuk melanjutkan pertunjukan. Kali ini Dana dan Khusna bertukar posisi. Dana yang memegang gitar sedangkan Khusna yang memegang setrum.
—–
Ku ingin kau mengerti
Betapa ‘ku merindukan
Saat-saat yang indah
Seperti dulu
‘Ku ingin engkau tahu
‘Ku selalu mencintaimu
Buang keraguanmu
Kau selalu di hatiku
Begitu banyak kisah
Yang kita alami
Suka pun prahara
Menari di mentari
Mendulang cinta
Kita berdua
Kubernyanyi
Kubernyanyi lagu tentang
Cerita asmara kita
Tiada pernah
Dan takkan pernah dapat kulupa
Tersimpan selalu dalam jiwa
‘Ku mencintaimu
—-
Sebuah lagu berjudul ‘Kisah’, besutan band hebat asal Surabaya, Boomerang. Penampilan yang apik. Lirik pun sangat sesuai dengan kisah trio DKI dalam menggapai cinta mereka. Terjal berliku seperti rongga liang kenikmatan Hajar hahaha. Ah TS nyerempet-nyerempet sih, kapan nih scene esdegan panasnya ??!!.
“Terima kasih kepada semua undangan yang telah hadir menyaksikan peresmian kantor kami. Mohon waktunya sejenak. Perkenankan saya menyampaikan hal penting kepada semua hadirin. Mohon semua untuk tenang..”, Khusna berbicara menggunakan mic nya. Sedangkan Nada mengernyit atas ulah Khusna. Tidak ada instruksi apapun untuk menyampaikan pengumuman. Apa maksud Khusna??
“Hal ini sangat penting dan krusial. Semoga semua yang hadir bisa menerima dan tidak terbawa emosi”, lanjut Khusna semakin membuat Nada bingung.
“Informasi penting ini berkaitan dengan saudari Hajar, manager HRD kami. Mohon saudari Hajar untuk berdiri dari kursinya”, semua mata tertuju pada sosok barbie cantik yang kini tengah berdiri dengan wajah bingung.
“Disaksikan oleh ratusan tamu undangan yang hadir, saudari Hajar Maya Saridewi, hari ini aku Khusna Dwipa Mahendra MELAMAR dirimu. Maukah engkau menjadi ibu dari anak-anakku??”, sebuah ucapan yang menggemparkan acara peresmian tersebut. Semua bertepuk tangan dan tersenyum. Hajar tersipu malu dan mengangguk kemudian pingsan.
“Lho kok pingsan??”, Khusna panik.
“Iya, pingsan bahagia..”, jawab Dana mewakili TS.
“Mana ada pingsan bahagia??”, lanjut Indra.
“Hanya ada di Gengsi Dong !!!”, hehe TS terkekeh.
——–
Bersambung
Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂