Status Berkelas Part 31

Jancukan Jiwa, Scene 2

Pagi telah pergi
Mentari tak bersinar lagi
Entah sampai kapan
‘Ku mengingat tentang dirimu

‘Ku hanya diam Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu Di setiap malam
Ingin engkau datang Dan hadir di mimpiku, Rindu..

Dan waktu ‘kan menjawab
Pertemuanku dan dirimu
Hingga sampai kini
Aku masih ada di sini

‘Ku hanya diam Menggenggam menahan
Segala kerinduan
Memanggil namamu Di setiap malam
Ingin engkau datang Dan hadir di mimpiku, Rindu..

Dan bayangmu
Akan selalu bersandar di hatiku
Janjiku pasti ‘kan pulang bersamamu..

(Tentang Rindu – Virzha)

———

Najar terjaga, ada sebuah pesan whatsapp tiba-tiba masuk di pagi buta. Najar sejenak memandang jam di layar handphonenya. Ia berusaha duduk, sejenak mengumpulkan nyawa dan mulai melihat ke sekeliling. Agak jauh di ujung lorong nampak Pak Ali dan trio DKI masih asyik ngobrol ditemani beberapa gelas kopi.

Dira dan Hajar terlihat masih tidur pulas beralaskan tikar dengan bersandar pada tembok. Kaki mereka ditekuk dan dipeluk sedemikian rupa untuk menghalau dingin, nyamuk, sekaligus sebagai pengganti bantal.

Di samping tikar ada Angga, Yosa, dan Dodo yang berdiri dan ngobrol. Sepertinya para pria tak ada yang tidur. Fisik mereka cenderung lebih mumpuni dalam menahan kantuk dibanding para wanita seperti Najar, Dira, dan Hajar.

“Ehmm.. sudah mau subuh. Sopo seh WA pagi buta gini hmm”, batin Najar lirih. Ia menggeliat sejenak merasakan kakunya persendian karena tidur di tempat yang tidak umum. Sebentar ia urut pinggul belakangnya yang sedikit sakit. Mungkin Hajar dan Dira juga akan merasakannya begitu. Tikar di sisi lorong tembok adalah tempat tidur sensasional bagi mereka, bagi tubuh mereka tepatnya.

Mata Najar mengernyit saat membaca nama Pras sebagai pengirim pesan. Hatinya bergetar panik. Namun sebaris kalimat percakapan dibawah nama Pras membuat Najar menjadi lebih tenang, berganti penasaran. Ada nama Nada disana.

“Najar… iki Nada,gausah dibls. Ak shareloc, sgra ksi tau mas ang. Darurat”, Nada mengirim pesan dwngan terburu-buru sepertinya. Disusul kemudian pesan ke dua berupa share lokasi.

“Mass.. Mas Angga…”, Najar cepat berdiri berhadapan dengan Angga, Yosa, dan Dodo. Dari kejauhan, pak Ali dan yang lain ikut melangkah mendekat saat melihat Najar yang mencurigakan.

Sekilas Yosa menangkap bayangan tubuh Sinto muncul di lorong. Segera Yosa meminta Sinto untuk membawa semua wanita dan Pak Ali ke rumah dharma husada. Sinto dan anak buahnya yang akan menjaga disana.

———-

Pukul 04.05 di rumah mewah..

Nada terdiam menikmati sebungkus nasgor dingin yang diberikan Pras kepadanya sebelum kemudian Pras melangkah pergi meninggalkan ruangan. Tak lupa satu kecupan lembut ia tinggalkan di pipi Nada. Nada tak bergeming, hanya mulutnya yang masih aktif mengunyah. Sejak sore kemarin hingga pagi itu ia belum makan sama sekali.

Lima menit berlalu. Nada mendengar langkah sepatu ber hag khas milik wanita di luar ruangan. Kening Nada berkernyit, tahu bisa memahami tentang siapa yang ada diluar sana.

“Arek wedok iku nang njero ta mas ?. Wes pean apakno ae ket mambengi? (Tuh cewek di dalam ya mas?. Sudah kamu apain aja dia sejak semalam?). Hahaha.. cari kesempatan ae pean iku. Yopo rasane?. Enak mana sama kimpetku?”, si wanita yang baru datang di luar sana cukup jelas terdengar ucapannya oleh Nada.

“Heiii… rasa kimpet e sama dengan jawaban rasa kontol Dono yang waktu itu.. kamu yang tahu jawabannya !! Haha..”, Pras tersenyum sinis.

“Gausah nyocot ae koen !! (Ga usah banyak omong kamu). Tugasmu cuma patuh. Ga ada hak mu buat ngatur aku !!. Paham??!!”, Pras menambahkan ucapan sembari menyeringai geram.

“Halah terserahhh !!”, si wanita mendesau kesal kemudian melangkah menjauh. Menit berikutnya terdengar dentingan pertemuan gelas dan sendok yang menandakan bahwa wanita tersebut sedang cebok..

hahaha sedang bikin minuman lah. Ojok tegang-tegang po’o rek!!. Disruput sek kopine…☕.. Njut.

Nada semakin bertanya-tanya dalam hati.

“Dono itu tadi apakah Dana yah??.. lalu apa hubungan Dana dengan mereka??”, sulit bagi Nada untuk bisa merangkai apa yang telah ia dengar diluar ruangan.

———

Buukk !!
Arrhhh…

Bletakk..!!

Plakk

Dua penjaga di gerbang depan baru saja dilumpuhkah oleh Indra dan Yosa. Sejenak kemudian mereka berdua berlari memutar diantara kegelapan dini hari, mencari penjaga terluar lainnya di sekeliling bangunan.

Wooehh..bukk !!
Hhkk..

Satu orang di sisi timur bangunan sempat melihat Indra melintas, namun segera dibekap oleh Yosa hingga tak sadarkan diri.

Satu penjaga lagi di sisi belakang bangunan sedang asyik menikmati kopi.

Wwwing…

Taaanggg !!!

Indra melompat seketika dan muncul di hadapan si pria. Cangkir kopi sudah terlepas menghempas bumi seiring dengan keterkejutannya.

Blebbb !! Dukkk..

Kombinasi dua pukulan Indra mengirim si pria ke alam tidur. Terlelap pingsan.

Suitan panjang Indra memberi isyarat kepada yang lain untuk segera bergerak. Dari keremangan berlarian Dana, Dodo, Angga, dan Khusna menyebar mencari celah.

Dodo menyusul Yosa dan Indra menuju gerbang belakang untuk memberikan tekanan dari sisi dalam.

Dana, Khusna, dan Angga masih mengendap di sisi depan bangunan. Namun pagi yang sedikit terang membuat gerakan mereka lebih mencolok terlihat.

“Woiii..berhenti!!”, delapan orang mendekat ke arah mereka bertiga.

“Dan.. menghindar. Cari Nada”, teriak Angga pada Dana.

“Biar kami yang urus orang-orang ini !!”, lanjut Khusna memerah muka. Wajah tampannya terlihat membara.

Tanpa dikomando, empat orang langsung menghambur ke arah Angga. Ia bukan atlet beladiri layaknya Indra atau Yosa. Tapi Angga adalah lulusan sekolah penerbangan yang mana dibekali ilmu mempertahankan tubuh dan pertolongan pertama sebelum diterjunkan dalam dunia pekerjaan.

Dengan sigap ia bersiap menyambut serangan. Orang pertama maju memberikan satu pukulan ke arah wajah Angga. Dengan tenang ia sedikit bergeser ke samping kiri membuat pukulan tersebut menghempas ruang kosong beberapa centimeter di sisi kanannya.

Melihat pukulannya meleset, si pria pertama segera menyusulkan pukulan tangan kiri mengejar wajah angga. Namun Angga lebih cepat bergerak. Pukulan tangan kanannya bersarang empuk di perut si pria. Hukkk.. si pria memekik tertahan namun masih mampu bertahan.

Dengan brutal ia segera memborbardir Angga dengan beberapa pukulan sekaligus. Angga mundur beberapa jangkah menghindari serangan lawan samnil menunggu celah kesempatan.

Entah pada pukulan ke berapa si pria lengah. Angga segera memanfaatkan kesempatan itu dengan mengirim sebuah pukulan ke atas. Pukulan itu menggempur keras rahang si pria. Ia lemas dan terlempar ke belakang.

Dua pria sekaligus maju melanjutkan pertempuran. Adrenalin Angga sudah cukup tinggi untuk melawan dengan kemampuan penuh. Baku hantam silih berganti terjadi. Angga masih mampu menghindar dan menangkis serangan. Namun beberapa pukulan kedua lawannya juga mampu meluncur mulus ke wajah Angga. Wajah Angga mulai lebam, tapi ia tak peduli. Ia terus maju menggempur tanpa kenal lelah.

Disisi lain, Khusna juga berhadapan dengan empat orang lainnya. Mungkin dari ke enam pria yang berangkat kesana, hanya Khusna yang memiliki pengalaman minim dalam bertarung. Ia hanya berbekal pengalaman tawuran di jaman SMA.

Pria pertama dan kedua memburu Khusna. Beberapa pukulan di area kepala hanya ia tangkis menggunakan kedua tangannya yang mengatup erat melindungi kepalanya. Bak… buk.. jual beli pukulan terjadi. Khusna dengan pantang menyerah tetap membalas setiap pukulan yang ia terima. Bibirnya sudah mulai mengalirkan darah setelah beberapa pukulan masuk ke wilayah wajahnya. Pun juga pelipis dan alis matanya mulai menebal terkena pukulan.

Nasib baik berpihak pada Khusna. Salah satu pria terjengkang ke belakang karena kakinya terganjal kaki temannya yang lain. Khusna segera melompat menduduki tubuh yang tertelentang tersebut. Belasan pukulan keras ia lesakkan ke wajah si pria hingga meringis kesakitan dan pingsan.

Pria kedua sekejab menendang tubuh Khusna yang masih duduk diatas tubuh lawannya. Khusna terguling ke depan. Pria kedua bermaksud menirukan gerakan Khusna sebelumnya untuk duduk diatas tubuh Khusna yang terkapar. Namun Khusna lebih responsif, pria tersebut disambut dengan kaki Khusna yang terangkat tinggi. Spontan si pria terpelanting ke belakang dan mengerang memegang dagunya yang sakit bukan kepalang.

“Rasain tuh kaki ane brooo !!!”, teriak Khusna sinis.

Khusna segera berdiri kembali menyambut dua pria tersisa. Lagi-lagi Khusna dihadiahi selusin pukulan dan tendangan beruntun. Khusna kuwalahan dan terpojok kesamping dinding. Tenaganya sudah sangat terkuras untuk melayani dua pria sebelumnya.

Khusna sudah sangat terjepit dengan posisi terduduk dan kedua tangan melindungi kepala saat tiba-tiba Angga datang membantu. Nampaknya Angga sudah terlebih dulu menekuk kalah ke empat lawannya.

Angga menjatuhkan badan sambil menendang punggung kedua pria dari belakang. Kedua pria pun tersungkur menimpa tubuh Khusna.

Dengan sisa tenaga yang masih ada, Khusna segera berputar menindih salah satu pria. Begitu juga Angga yang melakukan hal yang sama. Mereka melepaskan berkali-kali pukulan pamungkas hingga lawan-lawan mereka tak sadarkan diri.

“Suwun mas..”, ucap Khusna disambut dengan senyuman oleh Angga.

———–

Bersamaan dengan yang terjadi pada Angga dan Khusna. Tiga jawara yakni Dodo, Indra, dan Yosa dihadang oleh tiga tangan kanan Pras. Bukan main-main, tiga pengawal tersebut nampak berbeda dengan anak buah yang lain.

Satu pengawal, perempuan berwajah oriental. Caranya berpakaian mengingatkan pada sosok Chun li di film Street Fighter. Rambut yang di ikat pentul dua kanan dan kiri layaknya penampilan Ziva Indonesian Idol. Rok pendek yang tak mampu menyembunyikan tampilan segitiga celana dalamnya dipadu dengan sepatu yang melilit hingga lutut.

Pengawal kedua, seorang pria bertubuh tambun. Sangat tinggi dan kekar. Mungkin tingginya mencapai 185 centimeter. Badannya gempal seperti Rambo. Tatapannya sangat bengis.

Pengawal ketiga, seorang Japanese dengan pakaian tuxedo. Sebuah tongkat melengkapi penampilannya. Wajahnya dingin tanpa ekspresi.

Dodo segera berlari menyambut mbak oriental. Satu pukulan Dodo ditepis dengan mudah oleh si mbak. Dalam sekejap tiba-tiba si cewek meluncur kebawah, menggunting kaki Dodo hingga ia terjengkang.

“Woww sadis rek.. eh mbak, iku kempas mu kliatan lho.. ati-ati kemasukan jangkrikkkk !!!”, Dodo melentingkan tubuh dan kembali cepat berdiri.

Baru saja Dodo berdiri, si cewek sudah menyerang kembali dengan beragam variasi pukulan dan tendangan. Dodo menepis dan menghindar. Pada tendangan terakhir Dodo tersudut di dinding dan menerima ikhlas kaki mulus mbak oriental meronjok perutnya.

Dodo terjongkok mual memegang perutnya yang belum sarapan. Namun si mbak tak berhenti. Lututnya melayang ke dagu Dodo dan blassstt… Dodo terkapar. Matanya berkunang-kunang. Dagunya begitu sakit.

Dalam kesadarannya yang masih tersisa Dodo melihat si mbak oriental melayang terjun menghujam ke arah tubuhnya yang terkapar. Dodo cepat berguling ke samping. Sejenak ia menjauh mengatur nafas dan mengumpulkan kesadaran.

Bersiap ilmu alat, Dodo celingukan mencari sesuatu yang bisa ia gunakan sebagai alat bertarung. Namun nihil, hanya ada kantong kresek yang terantuk di kaki kanannya.

Tak ada pilihan lain, Dodo melepas kedua sepatunya. Mengikat kedua ujung talinya sehingga terkait satu sama lain. Mirip alat ruyung namun ini berupa sepatu.

Mbak oriental yang sebenarnya cukup menarik berlari menyerang kembali. Dodo menyongsongnya. Ia lemparkan kuat ikatannya sepatu ke arah wajah si mbak mbak. Mbak itu jelas kaget kok ada sepatu melayang. Dodo dengan cepat menyusul sepatunya yang melaju. Sepatu membentur wajah mbak tersebut disusul kepalan tangan Dodo menghentak di tempat yang sama. Mbaknya pun terjatuh.

Eh mbak ini semangatnya kuat sekali, mungkin bayaran dari Pras mahal. Ia sudah berdiri lagi dan berlari menuju Dodo. Kali ini Dodo segera merunduk, melempar ikatan sepatu dalam posisi spin. Sepatu itu membelit di kaki si embak yang berlari hingga ia terjungkal.

“Wooy mbak.. kempasmu ketok maneh ikuu hahaha”, Dodo berteriak girang.

“Ayo mbak bangunlah.. aku tungguin nih”, Dodo mendekat dan mengambil sepatunya. Ia tak serta merta menindih si embak. Lawan cewek ihh, ga jentel banget jika melakukan itu.

Mbaknya kembali berdiri. Tubuhnya mulai sedikit oleng karena berulang kali terjatuh.

Dodo menyabetkan salah satu ujung sepatu sedikit melebihi kebelakang kepala mbak oriental. Mbaknya spontan menunduk karena menganggap bahwa Dodo mengincar tengkuknya. Tapi mbak cakepnya salah besar. Tangan Dodo satunya segera menangkap lemparan sepatunya sendiri. Bertepatan dengan mbaknya berusaha menegakkan kembali kepalanya, Dodo menarik kuat dua sepatu sehingga lilitan talinya mendorong kuat kepala mbak ori untuk kembali merunduk.

Brashhhh… Lutut Dodo menyambut wajah mbaknya dengan nikmat.

“Sori mbak.. kamu ayu, tapi asuu!!”, Dodo melangkah meninggalkan mbak itu yang terjungkal tanpa mampu bangun lagi.

———

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *