Status Berkelas Part 24

Just for Nada II, Scene 3

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.20. Sudah hampir dua jam para pasangan diluar rumah asyik dengan dunianya masing-masing. Satu per satu mereka kembali ke dalam ruangan dan membaur bersama yang lain. Yang paling parah adalah Khusna dan Hajar yang nampak kusut mawut seperti baru bangun tidur. Entah apa yang telah mereka lakukan di luar sana, hanya mereka berdua yang tahu.. dan juga Dana ?

“Wes ta pacarane?”, tanya Angga menggoda. Semua tak menjawab, hanya senyum simpul yang mewakili jawaban mereka.

“Lhukkk koen.. Kas..Kasino.. iku Hajar mari koen apakno?, masa’alah.. kok mudal-madul koyok ngunu.. lhah dalahhh”, Indra mulai lagi dengan celotehnya yang bikin panas telinga. Tapi kali ini Khusna memilih diam. Ia menunduk menghindari tatapan mata Pak Ali. Hajar sekejab berlari ke kamar mandi membenahi rambut dan pakaiannya. Sontak seluruh isi ruangan tertawa tak terkecuali Pak Ali yang geleng-geleng melihat polah kaum mudayang dimabuk cinta.

“Wes ndang dirabekno ae Pak.. bahaya iki”, imbuh Indro dibalas lemparan tongkat satpam dari tangan Nada. Semua makin tergelak.

“Tapi aku bahagia melihat kalian. Hajar bisa lebih riang semenjak ada Khusna. Bapak masih ingat, sejak perceraian bapak dulu Hajar lebih banyak murungnya”, suara tenang Pak Ali merubah suasana yang sebelumnya penuh canda menjadi hening dalam ketakziman.

“Bapak.. sampun (jangan) cerita lagi yang ituu.. Hajar malu”, rengek Hajar.

“Nduk.. kowe ki wes dewasa. Ora pantes merengek seperti itu. Malu sama mas-mas dan mbak-mbak disini hahaha dasar manja”, nasehat Pak Ali.. santai tapi tepat sasaran.

“Iih bapak mahh.. Hajar kan masih kecill !!”, lagi-lagiHajar merajuk manja. Wajar sebagai anak bungsu mungkin oa merasa paling muda, paling kecil diantara semuanya. Termasuk buah montok di dadanya, meski wow keren tapi masih kalah gede dibanding para seniornya haha.

“Kecil kecil !!, kecil gundulmu !.. hahaha.. kecil kok wes ambung-ambungan karo (ciuman sama) Khusna sampai pakaianmu menclek kabeh (awut-awutan) ga karuan gitu”, mata Pak Ali melotot jenaka, sekedar menggoda Hajar. Tak ada kemarahan yang mendasarinya. Ia tahu Khusna laki-laki yang baik dan bertanggungjawab.

“Woooh… laki-laki baik gundull mu Pak !!”, serobot TS gusar ??

Khusna dan Hajar serta merta tertunduk malu.
“Ngimpi opo reeek.. sampai ditelanjangi gitu sama Pak Ali di depan semuanya”, batin Khusna sungkan plus malu tingkat nasional.

“Mampus koen Kas… wkwkwk. Kayak aku gini lho, berduaan sama Najar tapi sopan hahaha”, suara Indra muncul menyeruak, mencari celah, mengadu domba?

“Lhahdalah nak Indra.. ojo seneng disik (jangan senang dulu). Nasibmu kuwi ra jelas. Wong anakku wes duwe bojo (sudah punya suami) kok digendak (dipacari). Yen Dion bali (pulang) iso kiamat kowe, iso nyemplung sumur kowe (bisa nyebur sumur kamu) frustasi.. hahahaha”, kali ini Indra menerima semprotan hangat dari bapaknya Najar. Setali tiga uang dengan Khusna, si Indro pun tertunduk malu.

“Ora ah… hahahaha.. aku guyon (becanda) kok nak Khusna.. nak Indra. Wes mengalir saja. Jalani yang ada. Bapak bukan kompeni yang galak kok hahaha. Kalau memang jodoh melalui jalan ini lalu bapak mau bilang apa?. Bukan begitu Na Danaa..??!”, lirikan mata Pak Ali tertuju pada Dana yang sedari tadi hanya diam, sesekali tertawa mendengar candaan yang ada.

“Injih Pak.. leres saetu (iya Pak, benar sekali)”, jawab Dana singkat.

“Injih opo? Hayoooh… hahaha. Injih bar nembak Nada to (Iya habis nembak Nada kan) ?. Bapak sudah sepuh nak. Paling paham progress semacam itu. Itu lihat Nada mesam-mesem sumringah, ga seperti tadi pas datang wajahnya, lungset (lesu)”, analisa seorang bapak yang sudah lama mengunyah asam garam dunia. Cespleng banget.

Waaaaa…

Semua berteriak gembira ?

———–

“Sebentar.. aku mau ngomong serius bentar”, Angga mengambil alih pembicaraan. Suasana menjadi hening, menunggu Angga melanjutkan ucapannya.

Angga segera menceritakan permasalahan yang sedang dihadapi Nada terkait ancaman Pras. Wajah-wajah tegang mulai bermunculan. Terlebih wajah Dana yang seperti tak terima jika pacar barunya diganggu oleh orang lain. Hanya Indra yang masih terlihat santai. Berbicara tentang kekerasan, mungkin Indra lah yang paling tinggi jam terbangnya. Dia hanya tersenyum simpul, segenggang rencana sudah bertengger di otaknya.

“Hmm sangat rumit…”, desah Pak ali berkomentar.

“Waahh.. ojok khawatir Nad.. kami siap berjuang demi kamu dan Dana ?“, Khusna berdiri, wajahnya menegang.

Semua ikut berdiri mendukung apa yang dikatakan Khusna.
Ke empat pria yang ada, kecuali Pak Ali bersepakat untuk akan saling bantu dalam menjaga Nada.

“Mengenai strategi penumpasan gerakan pengganggu keamanan akan kita bicarakan menyusul mengikuti perkembangan informasi selanjutnya”, Indra menyeringai seram. Darah bertarungnya terpanggil untuk menuntaskan permasalahan ini.

———

Realita..
Bukan mimpi,
Bukan imaji,
Tapi nyata.

Biarkan jiwaku jiwamu terbang merangkai semua,
Menemukan serpihan asa,
Meniti jejak yang tergambar disana.

Tak cukup bualan dan cerita,
Langkah pasti itu jawabannya,
Tak usah pula takut merengkuhnya.

Kita hanya bidak kecil di tengah semesta,
Pahit getir semua merasa,
Tak guna melemah lalu kemudian sirna,
Genggamkan tanganmu acungkan ke udara,
Hari ini aku berjuang untuk masa depan,
Membunuh kelam.

(Puisi : Bidak Semesta – FigurX 2020)

——-

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *