Status Berkelas Part 12

Pusing

POV Najar

Sudah hampir seminggu ini mas Dion tak memberi kabar. Jangankan telepon, sms saja sangat jarang. Pernah sekali ia telepon, Itupun hanya sekedar memberi kabar bahwa tugas kerjanya diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan.

Pikiranku kacau. Kauangan sudah sangat menipis. Sedangkan kebutuhan harus terpenuhi. Apalagi melihat kondisi bapak yang sedang sakit membuatku jadi serba salah jika tak turut membantu Hajar memikirkan biaya obat dan makanan bapak.

Setiap kali kusampaikan kendala kebutuhan rumah tangga, mas Dion dengan berbagai alasan dan cara berusaha memberikan jawaban yang hanya bisa membuatku menunggu. Uang lembur belum cair, jatah kasbon ditutup, tabungan lagi kosong, keperluan tugas di Jakarta yang memerlukan biaya banyak, dan berbagai alasan klise lainnya kuterima tanpa harus bisa berbuat apa-apa.

Adaptasi pernikahan yang belum genap berusia 2 bulan adalah tantangan tersendiri bagi setiap pasangan. Terutama dalam hal keuangan dan kebutuhan seksual. Kebiasaan bujang terkadang membawa dampak yang signifikan dalam hal kucuran keuangan rumah tangga. Sikap ego dan enggan berbagi kadang menguasai isi pikiran. Seperti halnya mas Dion, nampaknya ia masih cukup hati-hati dalam memberikan keuangan untuk belanja. Mungkin lebih mirip jika dibilang rada pelit. Semenjak nikah belum pernah ia menanyakan kondisi kas negara. Boro-boro menanyakan, memberi saja ia tak pernah. Harusnya ia sadar, nafkah keluarga wajib ia penuhi sesuai kemampuan dia. Atau setidaknya ia jujur jika memang sedang terkendala keuangan. Tapi beberapa baju, rokok, parfum, dan segala pembelian atas nama pribadi tetap mampu ia lakukan, bahkan bisa dibilang over jika melihat dalam 2 bulan ia bisa membeli 6 stel pakaian dan ganti parfum hingga 5 kali. Belum lagi rokok produk luar negeri yang tak pernah kurang dari 3 pak dalam sehari.

Dalam hal masalah ranjang, sudah lumrah bagi pasangan yang baru menikah sedang intim-intimnya. Seakan ingin selalu mereguk air kenikmatan cinta yang telah lama didamba. Begitu juga halnya dengan diriku ini. Kuakui hasrat seksual sedang tinggi-tingginya. Ditambah lagi kepuasan bagiku yang sangat terkendala dan terhambat kebiasaan seksual mas Dion yang seolah hanya memikirkan kepuasan sendiri, setelah itu ditinggal pergi. Tak pernah aku merasakan yang namanya orgasme bercinta itu seperti apa.

Oh mas Dion. Sedang apa kamu di sana? dengan siapa?. Firasat yang seharusnya tak datang sedini ini begitu menggoyahkanku. Aku merasakan ada yang aneh dengan suamiku. Perjalanan suami istri yang berbeda dengan apa yang diceritakan kawan-kawanku. Haruskah aku curiga atas semua ini? entahlah, aku pusing dengan segala yang menyumpal di alam pikirku.

Dengan perpanjangan tugas kerja mas Dion yang belum bisa ditentukan lamanya membuatku berpikir untuk mencari kerja sambilan demi memperoleh pendapatan. Mengandalkan kiriman mas Dion seperti hampir tak mungkin. Terbukti selama dua bulan ini tak ada nafkah yang diberikan oleh mas Dion kepadaku.

Sebenarnya Hajar telah menawarkan berulang kali bantuan dana, namun aku menolaknya. Bukan aku sombong, namun lebih kepada rasa malu seorang kakak yang telah bersuami namun merepotkan adiknya. Dan lagi tentu Hajar juga memiliki kebutuhan pribadi disamping menunjang kebutuhan bapak tercinta.

Mas Dion seringkali menyarankan untuk meminta pada mama bantuan jika kami memerlukan. Kata mas Dino, bukan hal yang sulit bagi mama untuk mengeluarkan dana bagi rumah tangga kecil seperti kami. Namun saran itupun kugugurkan ketika melihat bapak yang terluka karena mama. Dalam hati aku merasa kecewa dengan pilihan jalan yang mama tempuh. Dilain sisi timbul tanda tanya dalam hati tentang saran mas Dion tersebut yang kunilai terlalu rapuh diucapkan seorang kepala rumah tangga.

Dalam kondisi dompet yang sudah benar-benar tipis aku mulai berpikir tentang menu apa yang akan kubelanja pagi ini untuk makanan bapak dan aku siang nanti. Sarapan sudah beli nasi pecel di Bu Said pinggir rumah. Makan malam nanti juga sudah dijanjikan Hajar untuk dibawakan nasi bebek gentengkali kesukaanku. Tinggal aku berpikir tentang kebutuhan makan siang.

Terlintas ide untuk pergi sejenak ke rumah Dharmahusada mengambil persediaan sayur dan bahan lauk beku yang ada di kulkas sana. Tanpa mandi aku segera berkemas dan kunyalakan Scoopy merah kesayanganku.

Jalanan pagi di daerah manukan hingga pasar kembang sungguh sangat semrawut. Pelajar berangkat sekolah, orang berangkat kantor, pedagang, becak, angkot, truk, dan beragam pengguna jalan tumpah ruah disepanjang jalan tersebut. Saat melewati pasarpun sudah pasti kemacetan tak dapat dihindarkan. Kesadaran berlalu lintas tertib seperti tak berguna lagi. Dengan perlahan dan sabar kujalankan motorku membelah keriuhan jalan.

“Pagi mbak Najar, pripun kabare bapak, sampun dangan?, (Pagi mbak Najar, gimana kabar bapak, sudah sembuh?) seorang sekuriti menyambutku dengan ramah di gerbang rumah Dharmahusada. Beliau adalah Pak Suradi, seorang sekuriti setia kepercayaan sejak jaman bapak belum cerai.

“Ahh pagi pak, kondisi bapak sudah jauh lebih baik”, jawabku sopan pada sekuriti kesayangan bapak.

Aku masuk ke dalam rumah dengan keadaan penuh kepenatan dan gerah. Segera aku menuju kamar mandi dalam yang terdapat di kamarku untuk mandi sebelum kemudian memasak di dapur.

Cess..
Begitu segar kurasakan guyuran air membasahi kepala. Kuambil sebatang sabun dan mulai kuratakan buih sabun ke seluruh tubuh. Ku genggam dan kupilin sabun sedemikian rupa untuk menghasilkan busa-busa wangi. Olesan sabun terhenti saat melewati gundukan ranum dan montok di dada. Ada suatu hawa aneh yang menyentil sensifitas diri. Remasan tangan di bukit empuk membangkitkan hasrat seksualku yang terpendam.

Ehmm.. Stt
Tak sadar bibirku mendesah pelan saat aku mencoba memilin puting pink yang perlahan mulai tegak menantang akibat ransangan tanganku.

Ouuhh ssst..
Rasa geli semakin menyeruak saat tempo remasan juga pilinan kupercepat.

Gerak tangan semakin menjalar hingga menemukan bukit berbulu halus. Sampai di ambang labia mayora kubelai area vegy dengan penuh penghayatan. Ehhmm auuhh..

Aaahsst..
Bibir ini bergetar halus mendapati tonjolan klito yang mengeras akibat rabaan tanganku.

Ooouuh ahhh.. Ehmm
Erangan semakin menjadi-jadi menikmati gerak jemari yang menari indah.

Aku teringat tentang tujuan utama kenapa aku datang ke rumah mama. Segera kupungkasi aksi individu dan mempercepat mandi. Dengan hanya berbalut handuk aku berlari menuju dapur. Kondisi rumah yang kosong tak berpenghuni membuatku sangat leluasa berpakaian model apapun, beraktifitas apapun, bahkan telanjang bulat sekalipun tanpa khawatir ada orang lain yang melihat.

Beberapa sayur dan daging kupilih di dalam kulkas dan membawanya ke meja dapur. Kesibukan kecil pun terjadi. Potong sana potong sini, goreng sana goreng sini, rebus ini dan itu, akhirnya sepanci sayur sop dan sepiring empal goreng sukses kuselesaikan. Menu makan siang ala chef Najar.. Hhemm.. Yummy.

Sembari menunggu kuah sedikit dingin, aku akan berganti pakaian sekaligus menyiapkan beberapa pakaian ganti untuk kubawa ke rumah bapak. Namun langkahku terhenti saat melihat onggokan sisa sayur mentah yang masih ada. Lebih baik kumasukkan plastik dan kubawa ke rumah manukan agar bisa dimanfaatkan untuk bahan masak esok hari. Ada brokoli, kangkung, selada, mentimun. Oh.. Mentimun.. Besar dan panjang sekali mentimun ini. Andai saja batang mas Dion sekokoh ini… Ehmm bisa ampun-ampunan aku melayaninya.. Hihi.

Setelah melihat mentimun segar yang besar tersebut, aku jadi punya ide liar. Senyum manisku sontak mengembang. Wajah centil lengkap dengan kerlingan mataku tercipta. Dengan berlari kecil aku segera berlari masuk ke dalam kamar.

Tiba di dalam kamar langsung kurebahkan tubuh dengan posisi kepala sedikit bersandar pada tepian atas tempat tidur. Tak lupa sebelumnya melucuti handuk yang kukenakan hingga tubuh molekku yang ramping dan seksi terpampang jelas tanpa tertutup sehelai benangpun. Kulit yang putih berkilau. Buah dada yang montok padat. Ramping perutku laksana gitar spanyol berbatasan langsung dengan buah pantat yang membulat aduhai.

Ehhh.. Hhemmh
Kembali remasan kulakukan dengan sangat bergairah pada buah payu ranum yang bertengger menggoda. Pilinan pada kedua puting buah payu membuat gairahku semakin melonjak drastis. Ehhmm sttt ahhh..

Remasan yang begitu kuat bercampur pilinan nakal melambungkan hasratku kian menggelora. Ouuhh eehh ahh..

Aaauhh.. Aaauh ah
kuregangkan kedua kaki selebar mungkin. nampak bibir basah mengkilap memantulkan cahaya lampu kamar.

Auhhh.. ohhhh
Desahan bibir seksi ini semakin meninggi saat jemariku dengan binal meronjok liang vegy yang mulai melembab melelehkan cairan nafsu.

Aawwh.. Stt ehh
Rasa ingin begitu meledak-ledak tatkala kacang klito menerima gosokan penuh hasrat sensual.

Dengan cepat kugosok labia minora dengan jemari lentik demi menemukan tingkat kelembaban yang lebih sempurna.. Ouhh.. Aku menjadi kelojotan dibuatnya. Ehmm ahh auhhhh sttt.. Ah ahh

Merasa sudah cukup licin dan berlendir, tanganku segera menggapai benda tumpul besar yang tadi kutemukan di dapur. Yap benar sekali, mentimun hihi..

Ooorrhhh.. Orghh
Mataku mendelik luar biasa saat batang besar mentimun dengan liar mulai menerobos masuk senti demi senti. Rasanya sungguh membuatku terbang tinggi melayang. Orrrh.. Nikmatnya… Ahhh arhh

Sensasi super jumbo yang belum pernah kurasakan sebelumnya begitu melenakan birahi. Rasa ingin menggapai kepuasan maksimal terpenuhi sudah.

Oooorrghh.. Aaauhh suaraku melengking tinggi merespon hentakan yang menyumpal penuh seisi lubang surgawi nun jauh dibawah sana. Tusukan mentimun kulesakkan lebih dalam dan dalam. Diri ini seperti merasa haus teramat sangat akan gapaian syahwat.

Aaahhh ssstt oohh
Ohh mas Dion kamu dimana saat aku butuh kepuasan hasrat??
Hikss hikss..

Desahan, rintihan, dan tangisan pilu menggema memenuhi ruang kamar. Aku tak peduli lagi jika pak Suradi sampai mendengarnya, atau bahkan berniat mengintip. Biarlah.. Aku sudah tak peduli pada semua ini. Aku sudah penat, letih, bosan, diombang-ambingkan mas Dion tanpa arah dan tujuan yang pasti. Istri namun bukan seperti istri. Hiks hik.. Aaahh uhh…ehmm ssst ah..

Sekian menit kemudian aku merasakan geli yang teramat sangat mendesak-desak dari dalam rongga cinta berkedutku. Kupercepat gerakan maju mundur mentimun untuk mengejar puncak kepuasan yang selama ini kucari. Auuhh eehhm hekk hek.. Hentakan yang begitu cepat di segala penjuru vegy sungguh membuatku merancau tak terkendali. Auuhh sshh ah..

Hingga sampai pada..
Aaaaahhhhh mas Dionnn..
Aaahhh auhhhhh ehhhm eeehm.
Puncak kenikmatan tercapai. Tubuhku mengejang hebat. Kedua kaki mulusku menjepit erat tangan yang masih berusaha menekan mentimun di liang nikmat.

Ahh…
Aku terkapar lunglai meresapi sisa-sisa kenikmatan dewi cinta yang merasuki kesadaranku. Kakiku begitu lemas. Paha dan pinggang begitu pegal rasanya. Hikss hikk.. Airmata mengalir turun mengiringi sendu hati.

——-

“Eh mbak Najar seger banget kelihatannya. Badhe mbalik teng manukan to mbak? “, (Eh mbak Najar seger banget kelihatannya. Mau balik ke manukan ya mbak?) Pak suradi menyapa ramah saat aku mendorong keluar scoopy. Senyum dan lirikan matanya yang mencuri pandang ke arah dada mengisyaratkan bahwa seolah pak Suradi baru saja melihat aktifitas binal apa yang aku lakukan. Tapi aku tak peduli. Yang pasti, sekarang aku sudah merasa begitu fresh dan tenang.

Jalanan Surabaya kulahap dengan cepat siang itu. Hanya butuh waktu sekejap untuk tiba dirumah bapak sebelum waktu makan siang.

“Nduk, teko ndi koen? Suwe men..”, (Nak, darimana kamu? Lama banget) suara bapak yang kusayang terdengar dan langsung kujawab dengan sopan.

“Saking griyo Dharmahusada pak. Nggih niku wau masak riyin teng mriko”, (Dari rumah Dharmahusada pak. Iya itu tadi masak dulu disana) sembari menjawab sekalian kutata lauk buatanku di meja makan. Tak lupa mentimun juga kubawa dan segera kuamankan ke dalam kulkas usang satu pintu milik bapak ahaii. .

Setelah ini aku harus segera berbenah rumah karena nanti sore Hajar akan datang bersama Indra dan Khusna. Hehe Indra, kamu cakep sih..baik pula.. Tapi sayang aku sudah punya suami.

Jiwa yang gersang,
Luka yang meradang,
Resahkan diam,
Guratkan kelam,

Ingin namun tak ingin,
Harap sekedar harap.

Hasrat terobati,
Upaya diri,
Gerak hati,
Lelah sanubari

Buih makna,
Murni tercipta,
Soneta cinta.

(by : Najar)

——-

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *