Rahasia Buku Diary Part 7
? Pagi itu aku mengenakan spanrok abu – abu dengan blouse putih yang ditutupi lagi oleh blazer berwarna abu- abu, sama dengan spanrok yang kukenakan.
“Kenapa tadi kamu bengong ketika melihatku sudah dandan begini ?” tanyaku yang sudah duduk di samping Ivan yang tengah mengemudikan mobilku.
“Pakaian itu … membuat Pampam jadi cantik plus sesuatu, “ sahut Ivan tidak formal -formalan lagi padaku.
“Plusnya apa ?” tanyaku.
“Mmm … maaf ya … cantik plus seksi abis. “
Aku cuma tersenyum. Ivan bilang aku ini seksi abis. Apalagi kalau dia tahu bahwa saat ini aku sengaja tidak mengenakan celana dalam … pasti tambah lagi komentarnya … !
“Ohya … kamu udah ketemu mamaku lagi ?” tanyaku tiba – tiba berbelok ke topik Mama.
“Belum. Kan kalau mau ketemu Tante Rini harus dibarengi putrinya. “
“Kamu udah tau nama mamaku segala ya ?”
“Iya. Kemaren dia nelepon. Dia nanya apa gak kangen sama Tante Rini ? Nah saaat itulah saya tau siapa nama beliau. “
“Kamu kalau kangen sama mamaku, datang aja sendiri. Asalkan jangan di jam kerja aja. Kemaren kamu kan dapet libur dua hari. Kenapa gak pergi aja sendiri ke sana ?”
“Belum dapet ijin dari Pampam sih gak berani. Kalau sudah dikasih ijin gini, mungkin besok atau lusa akan dateng ke sana malem – malem. “
Aku tidak menyahut. Karena lampu merah di depan menyala. Sehingga Ivan harus menghentikan mobilku. Pada saat itulah aku diam – diam menarik spanrokku ke atas. Lalu kutarik tangan kiri Ivan sambil berkata, “Tempo hari aku sempat megang kontolmu. Sekarang giliranmu … “
Telapak tangan Ivan kutempelkan di permukaan memekku yang tidak bercelana dalam ini.
Ivan terkejut setelah menyadari bahwa tangannya sedang menempel di permukaan kemaluanku. “Pam … oooo …. oooooh … Pampam … ti … tidak pake celana dalem ?”
“Iya … kalau gak pake celana dalem gini lebih seksi apa malah menakutkan ?”
“Iii … iiini sih super seksiiiiii … oooo …. oooooohhhhhhhh…. “ jemari Ivan mengelus – elus mulut memekku. Tapi lampu merah sudah berganti jadi lampu kuning, lalu lampu hijau pun menyala.
“Ayo jalan lagi. Sudah hijau tuh, “ kataku sambil menjauhkan tangan Ivan dari kemaluanku. Spanrokku juga kubetulkan lagi.
Ivan segera menjalankan lagi mobilku. Sambil bergumam, “Apakah ini sebagai lampu hijau juga bagi saya Pam ?”
“Lampu hijau apa ? Itu tadi lampu hijaunya udah ditinggalin, “ sahutku sambil diam – diam mengeluarkan celana dalam dari tas kecilku. Lalu kutempelkan celana dalamku ke mulut Ivan.
Ivan agak terkejut. Tapi lalu diambilnya celana dalamku sambil tetap nyetir mobilku dengan kecepatan rendah. Lalu diciuminya celana dalamku sambil bergumam, “Harum … harum sekali … “
Aku malah menunjuk ke mulut jalan yang hampir terlewati, “Pelan – pelan … itu di depan ada belokan ke kiri… !” kataku.
“Jadi belok ke kiri, ke jalan yang kecil itu ?” tanya Ivan.
“Nggak kecil – kecil amat kok. Dua truk berpapasan juga bisa lewat, “ sahutku.
Ivan membelokkan mobilku ke kiri.
“Setelah warteg itu ada gang ke kiri lagi. Tapi mobil gak bisa masuk. Tinggalin aja mobilnya, “ kataku.
“Di sini aman ? Maksudnya aman untuk ninggalin mobil di jalan ?”
“Alaaa … mobilku dicuri sih ada asuransi, “ sahutku, “Biar pihak asuransi yang nyariin malingnya. Santai aja. Eh kembaliin celana dalamku. Masa diciumin terus ?”
Ivan mengembalikan celana dalamku, lalu menghentikan mobilku di dekat mulut gang yang menuju ke rumah lama itu.
“Ayo turun Van, “ kataku sambil membuka pintu di sampingku. Dan turun dari mobilku, setelah memasukkan celana dalamku ke dalam tas kecilku.
Sambil berjalan di gang menuju rumah lama itu, kukeluarkan kunci – kunci rumah lamaku. Lalu melangkah ke depan rumahku dengan perasaan terharu. Terharu melihat rumah yang jadi tempat tinggalku sejak bayi hingga dewasa.
Lalu kubuka kunci pintu depan dan masuk ke dalam rumah lama yang bersejarah ini.
Tadinya kupikir rumah lama ini kotor dan penuh debu. Tapi ternyata bersih sekali. semua furniture kucolek – colek dengan ujung jari, untuk melihat banyak debu atau tidak. Ternyata memang tidak ada debu di rumah tua ini.
Mungkin Mama suka membersihkan rumah ini, karena Mama memegang kunci cadangan untuk pintu – pintu di rumah tua tapi bersejarah ini.
Ivan duduk di sofa yang berhadapan dengan sofaku. Dan aku jahil lagi. Sengaja aku duduk dengan kedua lutut direntangkan lebar lebar. Sehingga Ivan melotot nyaris tak berkedip … memandang ke arah kemaluanku yang sengaja dipamerkan padanya ini.
“Kenapa melototin memek terus ? Pengen jilatin ya ?” tanyaku sambil menahan tawaku.
“Kalau diijinkan sih mau banget. Mau jilatin memek Pampam, “ sahut Ivan dengan sikap malu – malu.
“Ya udah. Jilatin deh sepuasmu. Tapi aku hanya ngasih ijin menjilati doang ya. Gak pake yang lain – lain. “
“Megang pake tangan gak apa – apa kan ?”
“Boleh. Mau masukin hidung juga boleh. Yang penting jangan masukin kontol. Itu aja. “
Ivan menghampiri sofaku. Seperti sudah mau jongkok di depanku. Tapi aku berkata, “Eiiittt … nanti dulu … kunciin dulu dong pintu itu. ntarf kalau ada tamu nyelonong masuk, bisa heboh se-RW … !”
Ivan nyengir. Lalu bergegas menuju pintu depan dan memutar anak kuncinya … klik … ! Lalu menghampiriku lagi.
“Van … aku pengen memekku dijilatin, tapi pengen sambil megang kontolmu. Gimana caranya ya ?”
Ivan tmapak berpikir. Lalu menjawab, “Kalau begitu, mungkin harus pake posisi 69. Jadi saya jilatin memek Pampam, sementgara Pampam juga bisa mainin kontol saya. Gimana ?”
“Kalau begitu mendingan di kamarfku aja yok. Biar bisa sama – sama telanjang, “ ucapku sambil berdiri.
Ivan mengangguk, “Siap Bu Boss. “
Setelah sama – sama berada di dalam kamarku, Ivabn duluan melepaskan segala yang melekat di tubuhnya.
Aku pun melepaskan blazer, blouse, spanrok dan behaku. Lalu berdiri sambil bertolak pinggang, “Gimana kalau sudah telanjang gini ? Masih seksi ?” tanyaku sambil memperhatikan penis Ivan yang tampaknya sudah ngaceng.
“Sangat menggiurkan Pam. Makanya kontol saya langsung ngaceng gini nih, “ sahut Ivan sambil memegang penisnya yang memang sudah ngaceng itu.
Lalu Ivan melompat ke atas bed yang sudah berbulan – bulan tidak kutiduri itu.
“Kamu mau di bawah ?” tanyaku ketika melihat Ivan sudah celentang di atas bedku.
“Terserah … saya sih ikut keinginan Bu Boss aja. “
“Kamu bukan budakku, Van. Makanya jangan pakai istilah saya, karena saya itu berasal dari kata sahaya, yang artinya budak belian. “
“Rasa kurang sopan aja kalau pake istilah aku. Karena biar bagaimana pun Pampam ini kan istri Big Boss. “
Aku pura – pura tak mendengar ucapan Ivan itu. “Kamu yang di bawah ya. Supaya aku tidak menanggung berat badanmu, “ kataku sambil merayap ke atas perut Ivan. Lalu memegang penisnya yang panjang gede ini. Membuatku membanding – bandingkan antara penis Ivan dengan penis Walter. Rasanya sama persis … sama gede dan sama panjangnya …
Tapi yang jelas, kalau melihat penis sepanjang dan segede ini, aku suka tergiur … ingin menyelomotinya sepuasku.
Tapi kalau nonton video dewasa, aku paling tergiur pada adegan facesitting. Maka aku pun berubah pikiran. Aku menaiki perut Ivan, lalju naik lagi sehingga kedua kakiku berada di kan – kiri leher Ivan, sementara kemaluanku berada persis di atas mulut Ivan.
“Ayo facesitting dulu van … “ pintaku sambil mendekatkan memekku ke mulutnya………………………
Teman lama yang sudah menjadi anak buahku mulai menjilati kemaluanku dengan lahapnya. Sementara aku setengah duduk di lehernya, tapi tidak terlalu bertumpu, agar dia jangan sesak nafas.
Gila … begitu lahap dan gencarnya Ivan menjilati kemaluanku, sehingga aku mulai terpejam – pejam saking nikmatnya. Bahkan hidung Ivan pun berkali – kali “nyasar” untuk menggesek – gesek kelentitku.
Hanya belasan menit memekku dijilati oleh Ivan dalam posisi facesitting ini. Lalu aku memutar badanku jadi menghadap ke arah batang kemaluan Ivan. Bahkan akhirnya aku merapatkan badanku ke badan Ivan dalam posisi 69. Dalam posisi sungsang. Ivan berhadapan dengan kemaluanku yang berada di atas mjulutnya, sementara wajahku berada di atas batang kemaluan Ivan yang sangat ngaceng dan sedang kugenggam dengan sepenuh gairahku ini.
Ivan bukan hanya menjilati mulut vaginaku, lidahnya menyapu – nyapu ke sekitar kemaluanku dengan gencarnya. Bahkan terkadang ujung lidahnya menjilati mulut anusku pula. Oooo … ini luar biasa nikmatnya.
Sehingga akhirnya aku menelentang sambil berkata sambikl mengusap – usap permukaan vaginaku, “Lanjutkan Van … terserah kamu mau diapain memekku ini. Tapi kontolmu jangan dimasukin ke memekku ya … “
Tampaknya Ivan tahu apa yang harus dilakukannya. Ia menelungkup di antara kedua pahaku yang sudah direntangkan selebar mungkin. Mulutnya beraksi lagi. Menjilati kemaluanku dengan lahapnya. Jemari tangan kanannya pun mulai diselundupkan ke dalam liang memekku, lalu digerak – gerakkan seperti penis yang sedang mengentot. Sewdangkan tangan kiri Ivan digunakan untuk mengocok penisnya sendiri.
Begitu gencarnya Ivan menjilati memekku, juga menjilati kelentitku disertai dengan sedotan – sedotan kuat, sehingga kelentitku terasa jadi “mancung”. Ini membuatku tak kuat menahannya lagi. Aku memekik lirih, “Ivaaaan … “ sambil mengejang tegang. Dan … liang memekku terasa mengejut – ngejut kencang di puncak orgasmeku.
Sedetik kemudian Ivan pun memegang penisnya yang diarahkan ke kakiku. Lalu … air maninya berhamburan ke telapak kakiku. Crooot … crotttt … croootttttt … croooooottttt … croooooooooooooooottttttttttttttttt … crooooooooooooooooooooooooooootttttttt … !
Ivan pun terkapar, tengkurap lemas di sisiku. Dan aku cepat mengambil kertas tissue basah dari dalam tas kecilku, untuk menyeka telapak kakiku yang berlepotan air mani Ivan.
Sebenarnya aku merasa kasihan dengan apa yang Ivan lakukan barusan. Seharusnya air mani Ivan dimuntahkan di dalam liang memekku. Tapi begitu patuhnya ia padaku, sehingga ia tidak berani melanggar laranganku. Tidak berani menyentuhkan penisnya ke memekku.
“Biasanya kalau ngocok, kuat berapa kali sehari ?” tanyaku sambil menepuk pantat Ivan yang sedang telungkup.
“Hehehe … itu sih rahasia perusahaan Pam. “
“Aku sih cuma mau tau power kamu aja. “
“Ngocok sih gak perlu sering – sering. Kalau keseringan bisa gila nanti. “
“Daripada main sama pelacur mendingan ngocok lah. Lebih aman dari penyakit kotor. Belum lagi resiko ketularan HIV, herpes, hepatitis dan sebagainya. “
“Gak pernah nyentuh perempuan gituan. “
“Sekarang kalau disuruh ngentot mamaku masih kuat ?” tanyaku ketika Ivan sudah duduk dalam keadaan masih telanjang bulat.
“Masih kuat. Emangnya mau ditugaskan ke sana ?”
“Nanti aja. Setelah kamu pulih tenaganya, “ sahutku sambil memegang penis Ivan yang masih terkulaki lemas, “Memek mamaku enak gak ?”
“Sangat enak. Sudah punya anak tapi masih mrepet rapet. “
“Iya sih. Mamaku sudah tiga kali melahirkan, tapi pandai merawat diri. “
“Tiga kali melahirkan ? Bukannya Pampam ini anak tunggal ?”
“AKu punya dua orang adik cowok. Kukun dan Ajie. Tapi sejak mereka berumur tujuhbelas dan delapanbelas sudah pada kerja di kapal. Makanya lama gak pulang – pulang. Waktu aku kwin sama Pak Mathias juga, mereka gak bisa hadir. “
“Adik – adik Pampam kerja di kapal pesiar ?”
“Bukan. Mereka kerja di kapal barang, bolak – balik dari Eropa ke Afrika. Kadang kapalnya bawa lokomotif, kadang bawa mesin. Pokoknya mereka kerja di kapal pengangkut barang – barang berat. “
“Biasanya kalau kerja di kapal, sembilan bulan di laut, tiga bulan di darat. “
“Bisa lebih lama lagi. Buktinya sekarang … sudah dua tahun mereka gak pulang – pulang. “
“Gak apa – apa. Yang penting sekalinya pulang bawa duit banyak. “
“Kalau mereka pulang, aku mau rekrut untuk bekerja di perusahaanku. “
“Perusahaan Big Boss memang besar sekali. “
“Itu perusahaan suamiku. Nanti beda lagi perusahaan suamiku dan perusahaanku sendiri. “
“Wow … Pampam mau buka perusahaan sendiri ?”
“Iya. Berkat dukungan suamiku juga sih. Sekarang surat badan hukumnya belum terbit. Kalau sudah terbit, nanti kamu juga akan kuaktifkan di perusahaanku. Haaaiiii … kontolmu sudah keras lagi Van. “
“Iya … abis … dipegang – pegang sama Pampam terus … jadi bangun lagi deh … hehehee … “
“Nanti spermanya lepasin di memek mamaku aja ya. “
“Ya … ikut perintah Bu Boss aja … “
Aku tercenung sesaat. Lalu … entah kenapa aku jadi ingin … ingin sekali merasakan nikmatnya dientot oleh penis sepanjang dan segede punya Ivan itu.
Karena itu kudorong dada Ivan sehingga teman lamaku itu celentang. Dan sambil berjongkok dengan kemaluan berada di atas penis ngaceng Ivan, aku berkata, “Mau nyobain kontolmu sebentar aja ya … “
“Iya, “ sahut Ivan dengan sorot bingung.
Sambil memegang penis Ivan, kuturunkan badanku, sehingga penis Ivan menyruak masuk ke dalam liang memekku. “Van … ooooh … kontolmu memang gede banget Van … “ rintihku pada saat penis Ivan baru masuk kurang dari setengahnya.
Lalu kunaikkan lagi memekku, sehingga penis Ivan terlepas dari memekku. “Hihihihiii … takut tembus ke jantung … karena selain gede, panjang sekali sih. “
Lalu aku menelentang sambil mengusap – usap memekku. “kamu gak pengen nyobain ngentot memekku Van ?” tanyaku dengan senyum menggoda.
“Pengen sih pengen. Tapi kan Pampam melarang masukin kontolku ke memek Pampam.”
“Kamu bisa merahasiakannya kalau kuijinkan ngentot memekku ?”
“Siap. Sangat bisa merahasiakannya. “
“Termasuk mamaku juga jangan sampai tau. “
“Siap Pam. “
“Ya udah … masukin deh kontolmu. Soalnya aku juga jadi horny berat nih. Tapi memekku jangan dijilatin lagi, masih basah sekali. Langsung masukin aja kontolmu … “
“Iya Pam … iyaaa … “ sahut Ivan terdengar gugup. mungkin karena ia tidak menduga kalau aku akan ngasih ijin untuk mengentotku. Soalnya sudah kepalangan basah sih.
Ivan berlutut sambil mengarahkan moncong penisnya ke mulut vaginaku yang sudah agak ternganga ini, karena aku merentangkan pahaku selebar mungkin. Sebagai tanda “welcome” buat kehadiran penis Ivan di dalam liang memekku.
Dan … penis Ivan mulai menerobos liang memekku yang masih basah akibat orgasmeku tadi. Memang seret masuknya, saking gedenya penis teman lamaku itu. Tapi setelah penis panjang gede itu masuk setengahnya, Ivan mulai memaju mundurkan penisnya perlahan – lahan dan pendek – pendek jaraknya.
Namun beberapa detik kemudian, liang memekku sudah beradaptasi dengan ukuran penis Ivan yang dahsyat itu.
Ooooh … edan… ! Gesekan demi gesekan penis Ivan di liang memekku, luar biasa enaknya … !
Aku pun mulai melontarkan rintihan yang tidak mempedulikan lagi siapa Ivan dan siapa diriku sekarang, “Dudududuuuuuh …. Ivaaaan … aaaaaa …. aaaaah …. kontolmu ini …. luar biasa enaknya Vaaaaan … aaaaah … gede bangeeeeet … pa … panjang bangetttt Ivaaaaan …… ayo entotin terus Vaaaan … entoooot teruuuuussss … edaaaaan … edaaaaan … luar biasa enaknyaaaaaaa Vaaaan …aaaaaah … entot teruuuuusssss … iyaaaaaaaaaaa … iyaaaaaaaaaaa … entoooooooottttttttttttttt … entooooooottttttttt … enak Vaaaaaaannnnnnnnn … entottttttttttttttttt …. entoooooottttt terussssssss …. “
Ivan pun masih sempat menyahut terengah, “Me … memek Pampam juga … eeee … enak sekaliiiiii…. uuuuuugghh ….uuuuuughhhhhh…… ‘
Bersambung