Rahasia Buku Diary Part 3

? Ketika pulang dari luar negeri, suamiku terheran – heran setelah mendengar laporanku, bahwa Boyke sudah mulai kuliah di fakultas ekonomi.

Lalu suamiku berkata, “Sudah kuduga dari semula, sebagai sarjana psikologi, Mamie pasti mampu memperbaiki sikap dan perilaku Boyke. Hahahaaaa … aku senang mendengarnya, Sayang. “

“Tapi Pap … dia meminta sesuatu sebagai kompensasinya kalau IPKnya di atas tiga terus kelak. “

“Apa yang dimintanya ? Sedan sport ?” tanya Papie.

“Bukan Pap, “ sahutku yang lalu kulanjutkan dengan bisikan di dekat telinga suamiku, “Kalau IPKnya di atas tiga terus, dia ingin menyetubuhiku Pap … “

“Haaah ?! Serius ?!” Papie tersentak kaget. Aku pun menyiapkan mental untuk menghadapi kemarahan suamiku.

“Iya. Tapi itu nanti kalau sudah dua semester baru akan keluar IPKnya. “

Papie menunduk sambil memijat – mijat keningnya sendiri. Lalu memandangku sambil berkata, “Aku harus berbesar jiwa menghadapi masalah ini. Karena biar bagaimana pun Boy itu anakku, darah dagingku sendiri. Jadi … kalau memang keinginannya seperti itu, kabulkan aja Mam. “

“Kabulkan ?!” ucapku dengan sikap seolah – olah tidak setuju pada keputusan suamiku itu. Padahal … ooo … batinku melonjak girang. Karena belakangan ini aku pun sudah mulai terobsesi oleh kegantengan dan kemudaan Boy.

“Iya. Memang kalau dipikir oleh otak picik sih, aku takkan mengijinkan. Tapi setelah dipikir secara luas, dia kan anakku sendiri. Lalu apa salahnya kalau aku berbagi rasa dengannya, agar dia semakin bersemangat kuliahnya ? Di sisi lain, dalam beberapa bulan ke depan ini aku akan semakin sibuk mewngurus bisnisku. Bahkan seminggu lagi aku akan mengunjungi beberapa negara di Eropa. Mungkin bisa tiga bulanan aku di sana. Nah … kalau Mamie kabulkan keinginan Boy, berarti Mamie takkan kesepian selama aku berada di Eropa kan ?”

“Lalu … nanti cinta Papie padaku akan pudar, karena aku dianggap istri yang serong kan ?”

“Tidak, “ Papie menggeleng, “Bahkan di dunia Barat, banyak suami yang sengaja men – sharing istrinya, justru karena ingin membahagiakan istrinya itu. Sedangkan aku men – sharing dengan anak sendiri, demi masa depan anak bungsuku itu. Kalau hal itu sudah terjadi, pasti akju akan semakin mencintaimu, sebagai istri yang bijaksana dalam menentukan langkah yang sangat krusial itu. “

“Jadi … “ lanjut Papie, “Kasih aja apa yang dia inginkan itu. Tapi semangatnya harus dipacu terus. Dan … jangan bilang – bilang kalau aku sudah ngasih ijin begini. Supaya dia tidak sewenang – wenang padamu nanti. “

Aku tertunduk, seperti bingung. Padahal hatiku sedang bersorak kegirangan. Karena aku sudah membayangkan semua itu. membayangkan segarnya daun muda seperti Boy. Kalau memakai istilah umum, aku akan menikmati segarnya brondong ganteng, dengan seijin suamiku sendiri.

“Terus … apa dia sudah dikasih ?” tanya suamiku.

“Belum lah, “ sahutku, “Kan dia janjinya juga kalau IPKnya di atas tiga terus, baru akan minta bonus istimewa itu. “

“Kalau nunggu setahun lagi, kasihan dia dong. Kasih aja nanti setelah aku terbang ke Eropa. Tapi dia harus berjanji akan mencapai nilai tinggi terus di kampusnya. “

“Memangnya kapan Papie mau terbang ke Eropa ?”

“Sekarang kan hari Selasa. Hari Senin mendatang aku akan terbang ke Eropa bersama beberapa stafku. Untuk menandatangani beberapa perjanjian di sana. “

Tiba – tiba terdengar derum motor gede Boy di pekarangan, lalu mendekat ke arah garasi.

“Nah itu Boy datang Pap, “ katgaku.

“Iya, “ Papie mengangguk, “aku akan menyambut dia dengan pelukan seorang ayah yang bangga melihat anaknya bersedia melanjutkan pendidikannya. soal yang tadi itu, aku akan pura – pura tidak tahu aja. “

Kemudian Papie melangkah ke ruang keluarga.

Karena sebelum masuk ke dalam kamarnya, Boy pasti harus melewati ruang keluarga dulu.

Pada waktu baru masuk ke ruang keluarga, Boy tampak kaget melihat papienya sudah berdiri tegak di depan matanya.

“Papie udah pulang ?” tanya Boy.

“Iya. Dari mana kamu Boy ?”

“Pulang kuliah Pap. “

“Hahahahaaaaa … akhirnya anak kesayangan papie sadar juga pada masa depannya ya ?” ucap Papie sambil memeluk Boy dengan sikap hangat sekali. “Papie bahagia sekali mendengar kamu mau kuliah seperti yang sering papie anjurkan. Syukurlah Boy. Papie gak punya ganjalan lagi sama kamu. Semoga kamu sukses kuliah dan menata masa depanmu ya. “

“Iya Pap, “ sahut Boy sambil melirik ke arahku, yang membuatnya seperti salah tingkah. Karena itu aku meninggalkan ruang keluarga, menuju ke belakang. Ke arah kolam renang yang bisa diset menjadi hangat airnya. Tapi aku masih mendengar suara Papie berkata, “Dengar Boy … untuk membuktikan kebahagiaan papie, mulai saat ini uang jajanmu dinaikkan duaratus persen. Jadi uang yang akan ditransfer kde rekening tabunganmu akan menjadi tiga kali lipat nanti. “

“Iya Pap. Terima kasih. “

Aku yang sedang berjalan menuju kolam renang, cuma tersenyum mendengar suara Papie dan Boy itu.

Tadinya aku berniat untuk melepaskan housecoatku, lalu melompat ke kolam renang. Tapi tiba – tiba Papie menghampiriku sambil berkata setengah berbisik ke dekat telingaku, “Uang belanja Mamie juga akan kunaikkan empatratus persen. Jadi mulai saat ini transferku ke buku rekening Mamie akan menjadi lima kali lipat. “

“iya, terima kasih Papie Sayaaang … “ sahutku. Dan terpaksa kubatalkan niat berenangku, karena takut Papie merasa dinomorduakan olehku. Lalu aku melangkah mengikuti Papie yang berkata sambil berjalan, “Ada oleh – oleh dari Jepang tuh Sayang. “

Pada hari Senin yang sudah ditetapkan, pagi – pagi sekali Papie sudah siap – siap mau berangkat ke bandara. Papie menerangkan bahwa rombongannya harus transit di Singapore dulu, kemudian dari Singapore terbang langsung menuju Bandara Internasional Schiphol (di selatan Amsterdam – Nederland) sebagai tujuan utamanya. Lalu dari Nederland ada beberapa negara yang bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan darat saja.

Menjelang keberangkatan Papie dan rombongannya, aku mencium bibir suamiku yang bijaksana itu, disusul dengan ucapan, “Semoga penerbangannya lancar, bisnisnya sukses dan pulang kembali dalam keadaan lancar juga, ya Papieku Sayang. “

Papie mengangguk sambil menepuk – nepuk bahuku dan berkata, “Take care ya Sweetheart. Semoga keadaan di rumah tetap damai dan nyaman selama ditinggalkan olehku. “

Sejam kemudian Boy mengetuk pintu kamarku. Setelah kusuruh dibuka pintunya, Boy pun membuka pintu dan masuk menghampiriku yang sedang duduk di pinggiran bed, “Aku mau kuliah Mamie, “ ucapnya yang disusul dengan ciumannya di tanganku.

“Iya … nanti pulangnya jangan ngeluyur dulu ya Sayang. Mamie mau mengajak ke suatu tempat nanti sore. “

“Iya Mam, “ sahut Boy sambil mengecup pipi kanan dan pipi kiriku.

Kemudian Boy berlalu.

Meninggalkanku dalam sedikit keresahan. Karena aku sudah sangat tergiur oleh kemudaan dan kegantengan Boy. Meski sudah menjanjikan baru akan “dikasih” setelah terbukti IPKnya di atas tiga, kini justru aku yang tak sabar lagi menunggunya sampai setahun lagi, setelah ada hasil ujian dari dua semesternya.

Itulah sebabnya, aku jadi gelisah dibuatnya. Dan menunggu Boy pulang rasanya lama sekali.

Untungnya jam 12.15 siang terdengar derum motor gede Boy sudah memasuki garasi. Buru – buru kubukakan pintu kamarku, untuk menyambut kedatangan sang pangeran yang sudah membuatku resah gelisah ini.

Di balik kimono sutera putih aku berdiri di ambang pintu, menunggu munculnya sang pangeran. Dan ketika ia muncul, aku langsung bertanya, “Kok tumben siang – siang begini sudah pulang ?”

“Kebetulan dosennya gak bisa datang, karena ada acara kawinan di rumahnya. Mau ngajak ke mana Mam ?”

Kutarik pergelangan tangan Boy ke dalam kamarku sambil berkata, “Mau ngajak ke sini, “ kataku.

“Heheheee … Mamie … ada – ada aja. Kirain mau ngajak ke mana. “

“Sini … mamie mau nanya, “ kataku sambil mengajak Boy duduk berdampingan denganku di sofa bedroomku.

“Mau nanya apa Mam ? Aku ini sangat setia lho sama Mamie … jangan mikir yang bukan – bukan. “

“Nggak Sayang. Mamie sangat percaya pada kesetiaanmu. Cuma mau bilang bahwa Papie di Eropanya akan makan waktu tiga bulan. “

“Asyik dong Mam. Sedikitnya aku bisa ngemut toket Mamie tiap hari selama tiga bulan. “

“Sekarang mamie mau nanya, masalah apa yang membuatmu masih penasaran ? Jawab sejujur mungkin. Apa pun jawabanmu takkan membuat mami marah. ”

“Mamie nanya masalah yang membuatku masih penasaran ? Tapi maaf ya Mam … Mamie jangan marah … mmm … yang membuatku masih penasaran ya punya Mamie itu, “ sahut Boy sambil menunjuk ke arah kemaluanku yang masih tertutup oleh kimono sutera putihku.

Aku lalu berbisik ke dekat telinganya, “Maksudmu … memek mamie ?”

“Iya Mam. Tapi Mamie kan bilang, aku baru boleh menikmati yang satu itu kalau IPK-ku tiga ke atas. Berarti aku harus menunggu setahun lagi, baru aku bisa nagih janji Mamie. “

“Kalau mamie nyuruh kamu jilatin memek mamie, mau nggak ?”

“Waaaah … mau banget Mam. Aku sering nonton filmnya … film yang jilatin memek, tapi aku belum pernah jilatin memek. Sedangkan memek Mamie … megang aja belum pernah. Baru dilihatin sekilas di puncak bukit tempo hari. “

Saat itu aku tidak mengenakan beha mau pun celana dalam. Sehingga kalau kimono ini kulepaskan aku akan langsung telanjang bulat di depan mata Boy.

Lalu kulepaskan ikatan talki kimono di pinggangku. Dan kurentangkan kedua sisi kimonoku sambil berkata, “Kalau begitu, jilatin deh memek mamie sekarang … “

“Mamie … ! Oooooh … ! “ seru Boy tertahan, sambil melompat ke depanku. Lalu duduk bersila di lantai, di antara kedua kakiku yang sudah kurenggangkan.

Lalu tangannya seperti mau menyentuh kemaluanku yang senantiasa dicukur bersih ini. “Mam … boleh aku megang memek Mamie ini ?” tanyanya dengan suara parau, dengan tangan gemetaran pula.

“Boleh. Dijilatin juga boleh … “

“Mamie … berarti aku … akju akan mendapatkan keringanan hari ini ?”

“Iya. Narapidana juga suka dikasih remisi kan ? Karena itu kamu pun boleh jilatin memek mamie sepuasnya. Bahkan boleh juga ngentot mamie sekarang. Asalkan kamu berjanji akan benar – benar membuktikan IPK-mu yang harus di atas tiga. Oke ?”

“Siap Mam!” sahut Boy sambil mengacungkan dua jari tangan kanannya.

Kemudian Boy mulai menjilati kemaluanku secara serampangan, pertanda dia memang sangat pemula. Belum pernah menyentuh kemaluan wanita seperti pengakuannya yang berkali – kali diiringi sumpah segala macam.

Maka kuberi petunjuk bagian mana saja yang harus dijilatinya.

Lalu kenapa aku seperti ngebet banget ingin agar memekku dijilati oleh Boy ? Masalahnya aku sudah tahu betapa gedenya batang kemaluan Boy itu. Lebih gede daripada penis papienya dan bahkan lebih gede daripada penis Ricky, mantan pacarku yang sudah kuputuskan itu.

Untungnya Boy cukup cerfdas. Dia cepat mengerti petunjukku. Maka mulailah ia menjilati mulut memekku dengan lahapnya. Bahkan terkadang ia bergumam sendiri. “Hmmm … memek Mamie harum sekali …. “

Tentu saja harum. Karena sesaat sebelum dia turun dari motor gedenya, aku sudah menyemprot selangkanganku dengan parfum made in France. Sehingga harumnya tersiar sampai ke kemaluanku.

Tak cuma itu. Dia juga sudah mengerti yang mana bagian kecil mungil dan bernama kelentit alias itil itu. Bagian yang paling peka di atas mulut vaginaku itu. Dan ketika dengan lahapnya dia menjilati kelentitku, yang terkadang disedot – sedotnya … aku pun mulai merintih keenakan. “Iyaaaa … aaaaaaaah…. Booooooy …. jilatin terus itilnya Booooy… enak sekali Boooooy …. aaaaahhhhh …. aaaaaaah ….. jilatin terus itilnya Booooy … iyaaa … jilatin terussssss … jilatin terusssss…. “

Setelah Boy menjilati kelentitku dengan lahapnya, terasa liang memekku mulai basah. Makin lama makin basah. Sehingga akhirnya aku minta Boy menghentikan jilatannya. Lalu aku bangkit dari sofa dan mengajak Boy pindah ke bed, dengan nafsu birahi yang sudah memuncak.

Di atas bed aku yang sudah telanjang bulat ini menyuruh Boy telanjang juga.

Lalu aku cdelentang sambil merentangkan sepasang pahaku lebar – lebar. Sementara Boy merayap ke atas perutku sambil memegangi batang kemaluannya yang sudah ngaceng berat itu.

Karena takut salah sasaran, kupegangi leher penis Boy dan kuledtakkan pada tempat yang tepat. Kemudian aku berkata, “Ayo … doronglah …. “

Boy menuruti perintahku. Ia mendorong penisnya kuat – kuat dan … blesssssssss …. penis panjang gede itu pun membenam ke dalam liang kenikmatanku. Yang kusambut dengan pelukan di leher Boy, sambvil memberikan instruksi, “Ayo … entotin kontolmu Boy … tapi jangan sampai lepas ya … nanti susah lagi masukinnya … “

O, Boy yang ganteng dan cerdas … ! Kini ia mulai mengayun penisnya, bermaju mundur di dalam liang memekku. Awalnya pelan – pelan … kemudian ia mempercepat entotannya sesuai dengan instruksi dariku.

“Mamie …. oooooo …. oooooh Maaaam …. memek Mamie enak sekali Maaaaaam …. impianku sudah menjadi kenyataan … impian untuk menyetubuhi Mamie seperti ini … dan aku jadi semakin mencintaimu Maaaam …. “ desis Boy pada waktu mulai lancar mengentotku, sambil merapatkan pipinya ke pipiku.

“Iya Sayang … mamie juga makin sayang sama kamu Booooy …. mungkin lebih sayang daripada seorang ibu kepada anak kandungnya … ayo ent terus memek mamie Boooy … entooot teruisssss … entooooooottttttttttt … Booooy … entooot terusssss … jangan mandeg – mandeg Boooy …. entooooottttttttt … entoootttttt Boooy …. entooooottttt … !“

rintihku berlontaran begitu saja dari mulutku, tanpa dapat kukendalikan lagi. karena sesungguhnyalah gesekan demi gesekan penis Boy yang panjang gede itu menimbulkan rasa nikmat yang luar biasa. Nikmat yang sulit dilukiskan dengan kata – kata belaka.

Saking enaknya, entotan Boy menimbulkan nikmat yang seolah mengalir dari ujung kaki sampai ke ubun – ubunku. Terkadang membuatku merinding. Merinding dalam syur, bukan merinding karena takut.

Semua nikmat yang kurasakan ini, akan membuatku semakin menyayangi Boy. Mungkin lebih dari sayangnya seorang ibu kepada anak kandungnya. Karena Boy seolah telah melengkapi kebahagiaanku setelah menjadi Nyonya Mathias ini.

Nikmat ini pun membuatku lupa daratan. Lupa sdegalanya. Sehingga rintihan – rintihan di luar kesadaranku berlontaran terus dari mulutku, seolah tak bisa dikendalikan lagi.

“Iya Booooy … entot terussss Boooy … entoooot teruuuussssssss …. entooootttttttttttt …. entooooottttttt … entooooottttttttttttt … kontolmu enak sekali Boooooy …. !”

Sementara Boy pun tampak seperti tenggelam dalam arus birahinya sendiri. Arus yang membuatnya berdengus – dengus terus, laksana dengus kerbau yang tengah disembelih … !

Boy pun mengikuti petunjukku. Bahwa ketika ia sedang gencar mengentotku, mulutnya terkadang nyungsep di pentil toketku yang masih kencang ini. Tanpa ragu lagi ia mengemut pentil toketku, membuatku semakin merinding – rinding dalam nikmat yang tiada bandingannya.

Keringat Boy pun mulai berjatuhan di atas dadaku, wajahku dan leherku. Bercampur aduk dengan keringatku sendiri.

Cukup lama Boy menyetubuhiku. Sampai pada suatu saat ia seperti panik. Ia mengayun penisnya dengan tergesa – gesa sambil merintih – rintih, “Oooooh Maaaam ….Maaaaaam …. aaku … mau lepas Maaaam … “

Aku pun menanggapinya dengan menggoyangkan pinggulku sedemikian rupa, sehingga terasa kelentitku bergesekan dengan kepala penis Boy terus – menerus.

“Ayo letuskan di dalam memek mamie Boy… lepasin semuanyaaaa … mamie juga mau lepasssss … ayooooo lepasiiiiin semuanyaaaaa …. “

Sesaat kemudian, aku sudah tiba di puncak nikmatku yang membuat batinkju serasa melesat ke langit tinggi … langit ketujuh, seperti yang sering dibilang oleh orang – orang tua dahulu. Inilah orgasmeku yang paling nikmat di antara orgasme – orgasme yang pernah kualami.

Boy pun berkelojotan sambil menancapkan penisnya di dalam liang sanggamaku.

Crooootttt …. crettttt … crooooootttt … crettt … croooooottttttt … cret … croooooottttt … !

Wow … terasa banyak sekali air mani yang dimuntahkan oleh moncong zakar anak tiriku ini. Membuat liang memekku seperti dilanda banjir lendir … namun sangat mengesankan bagiku.

Boy terkulai lemas di atas perutku. Dan aku merasa berterimakasih padanya, karena sudah diberikan kesempatan menikmati kejantanannya yang sangat memuaskan batinku ini.

Maka kucium bibir Boy, disusul dengan bisikan di dekat tewlinganya, “Memek mamie enak nggak Sayang ?”

“Ughhh … luar biasa enaknya… terima kasih Mam … semua ini akan membuat semangat belajarku semakin kuat. Mamie memang luar biasa baiknya padaku. Sungguh aku tak menyangka kalau hari ini bisa merasakan nikmatnya menyhetubuhi Mamie … sebagai pengalaman pertamaku merasakan menyetubuhi wanita. Sangat mengesankan Mamie … aku jadi semakin sayang dan semakin cinta kepada Mamie … “

Bersambung

Daftar Part

 

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *