Merindukan Kesederhanaan Part 34
Hari Terakhir
Pukul empat lewat lima belas sore, aku menghentikan pekerjaan ku. Hari ini adalah hari terakhir ku bekerja di perusahaan ini, dan sekarang aku akan berkeliling ke seluruh divisi untuk berpamitan. Meskipun baru empat bulan aku bekerja di sini, namun aku tetap harus berpamitan. Kata Ayu, aku harus meninggalkan kesan yang baik bagi mereka, sebagai suami Ayu.
Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya, waktu bagi salah satu dari kami berdua untuk meninggalkan perusahaan ini hanya satu bulan terhitung dari tanggal pernikahan kami. Dan hari ini adalah tepat satu bulan usia pernikahan kami. Tidak terasa memang. Semuanya berjalan dengan cepat. Dan alhamdulillah masih berjalan dengan lancar.
Bagaimana dengan Kiki? Mas Riki memang sudah memberi ku nomer telpon Kiki, tapi ga tau kenapa aku tidak bisa menghubunginya. Nomer ku di blok? Bisa jadi. Aku hubungi dia lewa beberapa media sosial tetap saja tidak ada respon. Bahkan Ayu juga ikut menghubungi nya, namun tetap saja tidak ada balasan dari Kiki.
Seminggu yang lalu, ketika aku mengajukan surat pengunduran diri ku, pihak manajemen sebenarnya menyayangkan keputusan ku. Mereka menilai performa ku termasuk di atas rata-rata, apalagi bila dinilai dalam kerja team bersama Ayu, team kami sangat kompak. Tentu saja, kami memiliki chemistry yang bagus, baik itu dalam urusan pekerjaan maupun urusan ranjang. Hahaha.
Tepat jam lima aku sudah selesai menyalami semua karyawan yang ada. Semuanya, dari level Staff, SPV, Manager, hingga jajaran direksi. Termasuk juga OB dan security kantor. Semuanya aku pamitin. Aku tidak menyangka dengan reaksi mereka semua. Hampir semua merasa kehilangan. Aku jadi terharu.
Sebenarnya aku juga berat meninggalkan tempat ini, tapi bagaimana lagi? Dengan kondisi sedang berbadan dua, Ayu akan sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan baru. Bukan aku memaksanya untuk tetap bekerja, tapi memang dia yang tidak mau untuk berhenti bekerja. Ya sudah lah, apa maunya dia saja.
“Masih inget kan pesen ku semalem?” tanya Ayu begitu aku kembali ke ruangan. Bu Meily ternyata sudah balik, sekarang posisinya tinggal aku dan Ayu di ruangan kecil ini.
“Tidak boleh genit! Tidak boleh ganjen! Kalau ada yang genit atau ganjen, digenitin balik!”
“Apaan?”
“Eh salah, maksudnya di abaikan, hehehe.”
“Pinter! Pokoknya awas kalau macem-macem!” ancam Ayu.
“Iya-iya… khawatir banget sih? Aku ga akan macem-macem kok sayaaang,” balas ku sambil bangkit dan berjalan mendekat ke arah tempat duduknya, melewati samping kirinya lalu berhenti di belakangnya. Ku rapatkan badan ku hingga menempel ke sandaran tempat duduknya. Tangan ku kemudian mendarat di pundaknya.
“Aahhsshh…” tiba-tiba Ayu mendesah pelam saat ku berikan sedikit remasan di pundaknya. Pikiran ku langsung tergelitik untuk memberinya sebuah keisengan.
“Enak yang?” tanya ku dengan lembut.
“He’eh…” balasnya pelan, dan halus.
“Kamu kecapean pasti, udah sih kerjanya jangan diporsir. Inget lho, kamu sekarang bukan cuma harus menjaga kondisi tubuh kamu sendiri, tapi kandungan kamu juga. Aku ga mau kamu dan calon bayi di kandungan kamu ini kenapa-napa. Apalagi aku udah ga di sini lagi, ga bisa mantau kamu secara langsung.” nasehat ku kepadanya.
“Iya sayaaang, ini juga mau udahan kok.”
Ayu menyandarkan badannya ke sandaran kursi. Sedangkan kepalanya mendarat di perut bagian atas ku. Aku terus memberikannya pijatan di pundaknya. Sesakali merambat ke lengannya. Dan saat memijat bagian lengan itu jari-jemari ku sesekali menyentuh sisi luar payudaranya yang masih tertutup blouse warna putihnya.
“Tangannya nakal ih!” komentarnya pelan namun tidak menepisnya. Matanya justru terpejam sambil terus menikmati pijatan ku. Sesekali desahan pelan dan lembut keluar dari mulutnya. Aku sempat panik dengan suara yang ditimbulkannya. Aku segera mencondongkan badan ku ke depan dan mengecup lembut bibir nya.
“Sstthh…jangan bersuara,” ucap ku dengan berbisik di telinganya. Lalu dengan iseng ku cium dan ku jilat daun telinganya.
“Aahhsshh…” Ayu kembali mendesah.
“Gimana ga bersuara kalau kamunya nakal gini?” komentarnya.
“Hehehe, iya iya.”
“Kamu pengen ya mas?”
“Ehmm…iya, gimana dong? Pulang sekarang yuk!” ajak ku dengan polosnya.
Tidak menjawab, Ayu justru bangkit dan memakai high heels nya.
“Tunggu sebentar,” pintanya. Ayu lalu berjalan keluar ruangan. Entah dia mau kemana. Aku lalu duduk di kursinya. Secara administrasi, Ayu sekarang tetaplah atasan ku. Namun dia juga istri ku. Dunia kadang memang lucu.
Tidak sampai lima menit Ayu sudah kembali lagi. Ayu kembali dengan wajah berseri dan senyuman yang mengisyaratkan sesuatu.
“Kenapa?” tanya ku.
“Diluar masih ada beberapa orang sih, tapi bodo lah,” balasnya cuek. Ayu lalu menutup pintu ruangan ini dan menguncinya. Dengan masih tersenyum, Ayu berjalan dengan anggunnya ke arah ku. Sepatu hak tingginya yang lumayan tinggi semakin membuatnya terlihat seksi. Apalagi dia menggunakan rok span yang cukup ketat, memperlihatkan bentuk pahanya yang cukup berisi. Memang tidak pendek, masih sedikit di bawah lutut, namun justru membuatnya terlihat anggun dan tidak murahan.
Ayu terus berjalan ke arah ku dan berhenti tepat di depan ku. Di renggangkannya kedua kaki ku hingga terbuka lebar. Ayu lalu duduk di paha kiri ku. Tangan kanannya melingkar memeluk leher ku, yang otomatis membuat tangan kiri ku memeluk pinggangnya yang masih terlihat ramping. Sesaat kemudiam Ayu menarik tangan kanan ku dan diletakannya di atas gundukan kenyal di dada nya.
“Kamu, ga kepengen menyetubuhi bos kamu untuk terakhir kalinya?” godanya dengan manja. Sial, sekarang malah dia yang memggoda ku. Padahal tadi itu aku hanya iseng aja.
“Eh, ehmm…ituu…” mendadak aku menjadi ciut sendiri. Aku jadi teringat kembali dengan momen-momen ketika aku pertama kali ML dengannya waktu di singapur. Saat aku masih sangat culun dan hijau. Hahaha.
“Kok malah bingung gitu sih mas? Hihihi, takut ya? Payah!! Tadi aja, aku digodain!” ejeknya dengan sombong. Ah sial, aku merasa sangat malu.
“Jadi gimana? Berani ga? Kapan lagi kamu bisa ML in bos kamu yang cantik dan seksi ini? Sekarang atau tidak akan pernah sama sekali.” ucapnya lagi dengan sangat menggoda. Badannya condong ke arah ku dan gantian mencium dan menjilati daun telinga ku.
“Aahhsshh…” aku mendesah pelan saat lidahnya menjelajah ke dalam daun telinga ku.
Ini tidak boleh di lewatkan pikir ku. Aku sudah menginginkan ini sejak dulu. Fantasi ku. Menyetubuhi nya di kantor. Saat dia masih berseragam lengkap dengan baju kerjanya. Setelah sebelum ini Ayu selalu menolak, entah angin apa yang membuatnya kali ini justru menggoda ku dan meminta menyetubuhinya.
Meskipun akal sehat ku masih menyadari bahwa di luar ruangan ini masih ada beberapa karyawan lain yang bisa sewaktu-waktu mencari kami, tapi aku sudah tidak perduli lagi. Memang ruang sudah di kunci oleh Ayu istri ku, sekaligus atasan ku yang malam ini sepertinya ingin bermain peran dengan ku, namun suara desahannya pasti akan keluar keluar.
Ayu bangkit dari pangkuan ku. Dia berdiri di depan ku masih menggunakan high heels nya yang membuat kakinya terlihat semakin jenjang. Ayu berjalan ke sisi samping meja kerjanya. Dia lalu bertumpu pada meja itu menggunakan ke dua tangannya sehingga membuatnya sedikit menungging. Setelah itu di menoleh ke arah ku sambil tersenyum dengan agak nakal.
Awalnya Ayu menggunakan telapak tangannya sebagai tumpuan. Namun kemudian dia meregangkan tangannya sehingga sekarang bagian atas tubuhnya bertumpu pada dada dan dagu nya. Karena tinggi meja yang tidak lebih tinggi dari pinggulnya, pantat Ayu sekarang benar-benar menungging dengan indahnya. Ayu kembali tersenyum genit kepada ku sambil menggoyang-goyang kan pantat seksi nya. Aku lalu bangkit dan berdiri tepat di belakangnya. Ku pegang pinggangnya yang ramping dan ku tempelkan penis ku ke pantatnya yang membulat.
Plaakk!!
“Aaaaww…” Ayu mengerang ketika aku menampar pelan pantatnya.
“Kamu mau apa?” tanya nya panik, tapi tidak berusaha menghindar. Sebenarnya berusaha menghindar, tapi jelas sekali kepura-puraannya. Ayu justru menggoyang-goyangkan bokong seksi nya di selangkangan ku.
“Aku…mau bikin kamu enak…” bisik ku di telinganya. Aku mencondongkan badan ku ke depan hingga dada ku menempel ke punggungnya dan aku bisa meraih sepasang buah dada ya yang sekal.
“Aahhsshh…jangan macem-macem kamu! Aku atasan kamu! Ahhsshh…” hardik nya pelan namun posisi kami tidak berubah. Ayu justru menunduk meresapi sensasi yang aku berikan. Aku terus menggesek-gesekkan penis ku yang sudah menegang ke pantatnya.
“Lepaskan!” protesnya lagi.
“Kamu sekarang tidak akan bisa lagi lepas dari ku,” balas ku.
Aku lalu menarik tubuhnya agar berdiri. Ku buka satu persatu kancigg blouse nya sambil sesekali meremas payudara nya yang sudah mengeras. Ayu nampak ingin berontak. Tapi aku mengunci tubuh nya sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dengan perlakuan ku.
Setelah semua kancing blouse nya terlepas, aku langsung menyusupkan tangan ku ke balik BH nya dari atas. Ku genggam dengan mantap bukit kembar itu dan menariknya kaluar. Payudaranya kini mencuat keluar dan semakin membusung karena tersangga BH nya. Ku main kan putingnya yang sedah mengeras. Ku pilin dan memainkannya dengan jari telunjuk ku.
“Ahhsshh… kamuuu kurang ajar! Lepas kan! Ahhsshh…akuuu ga maauuu…”
“Sudah diam dan nikmati. Atau kamu mau aku pake cara kasar?”
“Ahhsshh…jangaaan…aku mohon…” rengek Ayu meminta ku melepaskannya namun lagi-lagi pantatnya justru semakin mendesak ke arah selangkangan ku.
Aku dorong tubuh Ayu agar membungkuk lagi. Tubuh atas nya kini menjadi tumpuan ke meja kerja nya. Payudaranya tertekan tubuhnya sendiri. Dia pasti merasakan sensasi saat putingnya bersentuhan langsung dengan meja yang berbahan kaca dan dingin karena AC ruangan.
Aku lalu berlutut tepat di belakangnya. Pantatnya yang indah tepat berada di depan muka ku. Aku meraba kulit kaki nya dari betis dan terus merambat ke atas. Saat menyentuh ujung rok nya, ku bawa serta kain penutup tubuh bawah nya itu hinga sedikit demi sedikit menampakkan kulit paha nya yang putih mulus. Aku terus menarik roknya ke atas hinga sebatas pinggangnya. Sekarang pantat seksinya hanya tertutup celana dalam berwarna krem.
“Aahhsshh…”
Aku meremas bongkahan daging kenyal itu hingga Ayu merintih.
“Aku mohon udah…ja-jangan…ahhsshh…” pinta Ayu namun terhenti karena aku tiba-tiba menggesek vagina nya dari luar CD nya dengan jari ku. Ternyata sudah lembab. Aku tersenyum. Aku sempat melirik ke arah nya dan Ayu sepertinya juga sangat menikmati. Nafasnya mulai tidak teraturan dan dia sering sekali menggigit bibir bawahnya pertanda menahan sesuatu.
Aku lalu menarik celana dalam Ayu hingga terlepas. Sekarang di depan ku terpampang dengan jelas dua lubang kenikmatannya. Eh salah, bukan dua, tapi cuma satu. Sambil dengan tangan kiri ku mencengkeram pantatnya, tangan kanan ku meraba dan menggesek belahan bibir vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Lalu karena penasaran, ini untuk pertama kalinya aku melakukan hal ini, aku memajukan kepala ku dan menjulurkan lidah ku ke arah bibir vagina nya. Aku baru pertama kali melakukan ini karena selama ini Ayu tidak pernah mengijinkan aku menjilati atau mengoral vaginanya. Katanya itu kotor. Pas aku tanya apa bedanya dengan dia yang hampir setiap kita melakukan hubungan badan selalu mengoral penis ku, katanya berbeda. Apa bedanya? Entahlah. Sekarang aku akan mencobanya.
“Aaawww…ahhsshh… ka-kamu ngapain?” tanya Ayu dengan tubuh agak mengejang saat lidah ku menyapu belahan vaginanya. Aku tidak menghiraukannya. Lidah ku terus bermain-main di sana dan sesekali berusaha menerobos masuk ke lubang itu. Lubang yang empuk, basah namun hangat, dan selalu bisa memuaskan ku.
“Aaahhh…eegghhsshh…aaawww…”
Deru desah Ayu yang semakin intens meskipun pelan karena Ayu sendiri masih cukup sadar untuk tidak mendesah dengan keras.
Hal pertama yang aku rasakan ketika menjilati vagina nya yang sudah becek itu adalah, agak asin meskipun aku juga mencium wangi dari sana. Ayu memang sangat rajin merawat bagian tubuhnya yang paling sensitif itu. Dia selalu menjaganya demi membuat ku puas.
“Slurppss…slurppss..aahhhssh…slurppss…”
“Aaahhsshh…suddaaahh…jaangaaannn…suudaaahh…berhentiii…”Ayu memohon kepada ku untuk menghentikan jilatan ku. Namun aku tidak menghiraukannya. Aku terus menjilat, menusuk, dan mengisap lubang kenikmatannya. Membuatnya semakin kelojotan merasakan oral seks yang ku berikan kepadanya.
Badannya sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Sepertinya dia tidak tahan dengan rangsangan yang aku berikan. Namun itu justru membuat ku semakin gemas untuk membuatnya semakin tidak tahan. Ku tahan dengan kuat bongkahan pantatnya dan memberikan jilatan yang semakin intens di vaginanya.
“Aahhsshh… geellliiii… a-akuu ga tahaaannn… aaahhssshh… uddaaaahhh…. jaangaaan… uddaaahhh… beerrrheeeentiii… aaahhhhsssssshhhhhh….”
Aku lalu menghentikan oral seks ku padanya. Dan saat itulah cairan kewanitaan Ayu mengucur dari lubang vaginanya. Aku sukses membuatnya orgasme hanya dengan jilatan. Ayu nampak lemas sekali. Badannya semakin membungkuk dan buah dadanya semakin tertekan. Rok nya masih tersingkap hingga batas pinggangnya. Tubuh bawahnya sudah tidak tertutup apa-apa lagi hanya sepasang sepatu hak tinggi yang masih menutupi bagian tubuh bawahnya, yang membuatnya semakin terlihat seksi dengan posisinya yang semakin menungging lemah dan pasrah.
Aku lalu duduk di kursi kebesarannya. Kursi yang dia gunakan untuk bekerja sehari-hari itu kini aku yang menduduki nya. Aku tersenyum puas melihat keadaannya sekarang. Aku biarkan dia beristirahat sebentar sebelum kami melanjutkan kegiatan ke acara inti.
Setelah itu, masih dengan posisi menungging, Ayu menoleh ke arah ku. Ada seutas senyum yang terkembang dari bibirnya. Tapi kemudian berubah menjadi cemburut tapi masih tetap lucu, lucu karena cemberut nya jelas sekali di buat-buat.
Aku memberinya isyarat untuk segera bangun dan bersimpuh di depan ku. Posisi kaki ku terbuka lebar dan Ayu bersimpuh di tengahnya.
“Kamu mau apa lagi?” tanya nya berpura-pura.
“Puasin aku gantian! Masa kamu aja yang enak?” balas ku sok arogan.
“Aku ini atasan kamu! Jangan gila!” hardik Ayu.
“Jangan berpura-pura! Aku tau kamu menginginkan ini kan?” ucap ku lagi sembari meraih tengkuk nya dan menariknya ke arah selangkangan ku. Aku sudah membuka resleting celana panjang ku sejak tadi. Dan dengan sekali tarik aku membuka celana dalam ku sendiri hingga kemaluan ku melompat keluar. Dan saat itu juga ujung kemaluan ku tepat mengarah ke mulut Ayu. Awalnya Ayu menolak namun hanya sebentar, karena kemudian justru dia membuka mulutnya lebar-lebar dan menelan penis ku ke dalam mulutnya.
“Aahhsshhh…aahhhh…eeggghhh…aahhhsshh…” suara ku yang mendesah pelan karena blowjob dari nya. Kulit lidah dan bibir nya yang lembut menggesek seluruh permukaan penis ku yang sudah menegang, memberikan kenikmatan yang tida duanya.
Aku selalu melayang-layang ketika penis ku di oral olehnya seperti ini. Apalagi Ayu sangat mahir dalam melakukan deepthroat. Aku akan selalu muncrat duluan ketika Ayu melakukan itu pada ku. Seperti sekarang ini. Hampir saja aku ejakulasi di dalam tenggorokannya. Catat, bukan mulutnya lagi, tapi langsung ke tenggorokannya ketika dia menahan kepala penis ku hingga beberapa saat menyentuh dasar tenggorokannya. Dan aku langsung menarik penis ku itu sebelum dibuatnya KO duluan. Tentu aku tidak mau itu terjadi.
Aku lalu bangkit dan memposisikan Ayu menungging seperti tadi.
“Kamu mau apa lagi?” tanya nya dengan nada panik dan terpaksa seolah aku akan memperkosanya. Sedikit menolak namun kemudian menuruti perintah ku.
“Aku mau menikmati tubuh atasan ku yang seksi dan cantik ini.”
“Aahhshh… jangaan macem-macem kamu! A-aku bi-bisa meme-hheeggghh…” ancamannya terhenti ketika dengan pelan namun pasti, aku mendorong penis ke depan hingga membuat penis ku yang sudah tegang maksimal itu menusuk dan amblas seluruhnya ke dalam lubang vaginanya.
“Me-apa? Hah?” tanya ku sambil menarik penis ku dan mendorong nya lagi.
“Aahhsshh…aahhhh…eegghhss…aahhhssshhh…”
“Ayo me-apa?” tanya ku lagi sambil menyodokkan penis ku lebih keras dari sebelumnya. Dinding vaginanya terasa sangat licin namun sempit.
“Aahhsshh…a-akuuu bi-bissaaaa…a-akuuu bisa memecaaat muuuhhsshhsshh…”
“Hahaha, pecat saja! Toh hari ini adalah hari ini terakhir ku bekerja di sini. Jadi aku akan menikmati tubuh mu sepuasnya. Hahaha,” aku tertawa jahat.
“Aahhsshh…aahhsshh…aahhsshh…” desahan Ayu mulai teratur seiring dengan sodokan penis ku di vaginanya yang juga teratur, meskipun dengan tempo yang lambat. Ya, meskipun kami sekarang sedang bermain peran, tapi aku masih seratus persen sadar kalau dia sedang hamil anak ku, tentu aku tidak mau dia dan janin yang di kandungnya kenapa-napa jika aku bermain terlalu kasar.
“Aahhsshh… cu-kuuup…hentiiiikaan…eegghhh…aahhssshhh…aaakuuu gaaaa maaau meenghianati suaamiii kuuuuhhhsshh…”
“Hahaha, suami kamu pasti akan menyukai ini. Apalagi kalau aku bisa membuat mu puas. Ya, aku akan membuat memek mu ini keenakan dengan kontol ku,”
“Aahhsshh tidaakkk…lepasskaaann… oouuwwhhsshh… aaakuuu tidaaaak maauuu…”
Ayu masih terus berpura-pura menolak dan meronta. Tapi, pinggulnya justru ikut bergerak maju mundur mengimbangi sodokan ku yang pelan namun teratur hingga menumbuk dasar rahim nya.
“Hahaha, malam ini kamu milik ku sayang. Kontol ku akan jadi pemuas memek kamu yang sempit ini, dan aku akan menghamili mu juga.”
“Aaahhhsshh…uuuhhsshh… tiidaakkk…jaaangaaan hamili akuuhhsshh…aakuuu mohooon …aahhsshh…aahhsshh…aahhsshh…”
Aku lalu menghentikan sodokan ku. Ayu awalnya masih memaju mundurkan pantatnya sendiri agar penis ku masih menggesek dinding vaginanya. Namun kemudian di sadar aku berhenti dan nampak kaget lalu menoleh ke arah ku. Raut wajahnya nampak bertanya tanya mengapa aku berhenti. Aku hanya tersenyum lalu membalikkan tubuhnya.
Sekarang ayu berdiri berhadapan dengan ku. Ku pepetkan tubuhnya hingga merapat ke meja nya. Aku lalu mengecup bibir seksi nya dan kami terlibat dalam ciuman yang panas. Ciuman ku kemudian merambat turun ke leher jenjang nya dan turun lagi hingga ke dua bukit kembarnya. Ku hisap dan ku jilat dua putingnya yang mengeras.
“Aaahhsshh… geelliii…aahhsshh…ma-maassuuukkiiinn laaagiii aajaaahhhsshh…” pinta nya memohon.
“Apa kamu bilang? Jadi kamu juga menginginkannya? Dasaaarr, kamu juga menikmatinya yaa?” goda ku lalu kembali menghisap putingnya.
“Aahhsshh… tiiiddaaakkk…aakuuu… tiddaakk maauuu…”
“Boohhooong. Kamu menikmatinya kan? Kamu menikmati memek kamu ini di sodok kontol anak buah mu ini kan?”
“I-iyaaa…eehhh ti-tidaaak…aaahhssshh… ta-tapiii… aahhsshh…ini enaak bangeettsshhshh…aaahhsshh…”
“Hahaha, baiklah kalau kamu keenakan. Pasti kamu akan menyukainya.”
Aku lalu mengangkat tubuh mungil Ayu dan menaikkannya ke meja.
“Aawww…” Ayu menjerit pelan ketika aku mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya ke atas meja. Tapi kemudian dia tersenyum dan mengerlingkan matanya dengan genit. Aku sudah tidak tahan lagi dan tidak ingin menahannya lagi. Aku tidak ingin bermain-main lagi. Aku lalu mengarahkan penis ku ke lubang vaginanya dan mulai menggenjot tubuh nya yang seksi. Sekarang kami tidak main-main lagi. Aku ingin segera mendapatkan kenikmatan yang aku inginkan. Dan Ayu sepertinya juga sudah tidak tahan lagi. Dan sekarang, di tempat ini, di meja kerjanya sendiri, bersama-sama kami mengayuh perahu asmara ditengah badai birahi yang melanda kami berdua demi meraih kenikmatan duniawi.
•••
Enam Bulan Kemudian
Pada akhirnya aku benar-benar bekerja di perusahaan tempat Endra bekerja. Tidak seperti dulu, sekarang aku tidak bisa setiap saat bersama dengan Ayu. Agak berat awalnya, tapi ya mau gimana lagi? Paling tidak karena aku sekarang bekerja di perusahaan yang lebih bonafit, gaji ku dan gaji Ayu tidak beda jauh meskipun aku masih menjadi staff. Intinya aku menikmatinya. Lagipula kalau terlalu sering bertemu nanti malah bosen. Hehehe.
Mengenang masa-masa dulu, aku kembali teringat dengan momen terakhir aku kerja di kantor itu. Bagaimana tidak, saat suasana kantor masih ada beberapa karyawan, kami dengan nekat bercinta di dalam ruangan kami. Hahaha. Benar-benar nekat walaupun belakangan aku baru mengetahui kalau yang ada di luar ruangan kami waktu itu adalah beberapa teman dekat Ayu, yang kebetulan cewek semua. Dan ternyata, waktu itu Ayu sudah mengatakan pada mereka kalau dia ingin “gituan” dengan ku sebelum aku pindah. Pantas saja waktu aku keluar ruangan waktu itu mereka sempat senyum-senyum pada ku.
Tapi sekarang tinggal masa lalu. Aku sekarang sudah bekerja di tempat baru, tidak dengan Ayu lagi. Yang pastinya tidak akan ada konflik kepentingan yang terjadi di antara kami. Kandungan Ayu sendiri juga sudah masuk ke bulan ke sembilan. Dan sekarang dia sudah mengambil cuti melahirkan. Perkiraan dari dokter, Ayu akan melahirkan tidak sampai dua minggu lagi. Dan dalam beberapa hari ke depan ibuk dan ibu mertua ku akan datang ke jakarta. Tentu saja untuk mendampingi anak dan menantunya dalam melakukan persalinan.
Aku sempat bertanya, apakah orang-orang di kantornya curiga dan bertanya-tanya soal usia kehamilannya. Dia mengatakan tidak. Aku tidak tau apakah dia berbohong atau memang orang-orang di kantornya yang tidak ada yang sadar. Entahlah. Yang pasti sekarang aku harus fokus pada proses persalinannya nanti dan harus siaga setiap saat.
Bagaimana dengan Gita Dan Kiki? Dan juga Doni? Tidak ada perkembangan. Semuanya menjauh. Dan pada akhirnya, hanyalah Ayu yang aku punya. Dan aku sekarang juga sudah hampir tidak memikirkan mereka bertiga lagi. Yang ada di pikiran ku sekarang hanyalah Ayu, dan calon anak ku. Mereka yang paling utam untuk ku. Tapi bukan berarti aku tidak mengharapkan ke tiga sahabat ku itu kembali. Hanya saja aku sudah pasrah dengan keadaan. Sukur-sukur mereka mau kembali. Kalaupun tidak, ya sudah lah. Jalan hidup masing-masing.
Malam ini, jum’at malam sabtu, seperti biasanya sepulang kerja aku langsung pulang. Dan memang selalu begitu. Aku tidak pernah yang namanya keluyuran ataupun nongkrong bareng teman sepulang kerja. Bukan karena tidak mau, tapi untuk apa? Tidak banyak untungnya. Mending langsung pulang ke rumah dan bertemu dengan istri tercinta. Hahaha. Terdengar naif tapi begitulah adanya.
Saat tiba di rumah, tepatnya kontrakan sih, aku melihat seperti ada yang aneh. Ada sendal wanita di depan pintu. Ada tamu? Siapa? Kok Ayu tidak bilang ya kalau ada tamu? Tidak seperti biasanya yang selalu melapor kepada ku meskipun tamu itu seoramg wanita. Tidak mau lama-lama dalam kebingungan, aku langsung masuk ke dalam.
“Ada tamu?” tanya ku begitu berad di dalam. Ayu menyambut ku dengan perut buncitnya. Aku memeluknya pelan lalu mengajaknya untuk duduk di sofa.
“Kalau masuk rumah itu ucapin salam dulu!”
“Eh iya, salamualaikum…” sapa ku dengan sedikit tersenyum.
“Walaikumsalam…” balas Ayu, dengan tersenyum juga. Kami lalu duduk berdua di sofa. Aku membantunya duduk karena dia mulai kesusahan bergerak dengan bentuk tubuhnya yang sekarang.
“Ada tamu?” tanya ku lagi.
“Iya ada.”
“Siapa? Kok kamu ga bilang ke aku? Mana orang nya? Kok ga ada?”
“Aku mintain tolong ke warung sebentar.”
“Lah tamu kok malah di suruh ke warung sih?”
“Ya kan aku lagi hamil besar gini, lebih aneh lagi kalau aku yang jalan sendiri ke warung. Dah gitu pas banget kamu baru pulang, jadi bisa kasih kejutan deh.”
“Kejutan?”
“Iya…”
“Siapa sih?”
“Kasih tau ga yaaa?”
“Siapa?” tanya ku lagi dengan amat sangat penasaran.
“Ehmm…tuh!” ucap Ayu seraya memberi isyarat ke arah pintu yang terbuka. Dan saat itu juga munculah sesosok wanita yang sangat aku kenal. Wanita dari masa lalu ku.
“Apa kabar, Ian?” wanita itu menyapa ku dan tersenyum, meskipun dengan sangat canggung.
“Diah?”
[Bersambung]
Hallo Bosku, Disini Admin KisahMalah
Agar Admin Semakin Semangat Update Cerita Cerita Seru Seterusnya, Bantu Klik Iklan yang Ngambang ya.
Atau Gambar Dibawah INI
Atau Bagi Kamu yang suka bermain game Poker Online atau Gambling Online lainnya, bisa di coba daftarkan ya. Banyak Bonus dan Hadiahnya Loh.
Untuk yang Kesulitan Daftar bisa Hub Admin di WA untuk di bantu Daftar.
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂