Merindukan Kesederhanaan Part 28

Cie Cieee

“Arrgghh…eh,” aku terbangun pagi ini dengan seorang wanita yang sedang memeluk ku. Kami masih sama-sama telanjang. Kurasakan halus dan hangat kulit tubuhnya di permukaan kulit ku. Tubuhnya layaknya selimut permadani yang halus dan lembut yang menyelimuti ku sepanjang malam ini.

Ah, rasanya puas banget semaleman ini. Aku bertarung habis-habisan dengan mba Ayu. Total tiga ronde aku bermain dengan mba Ayu. Tiga kali pula aku membuang sperma ku ke dalam rahimnya. Sedangkan mba Ayu sendiri entah sudah berapa kali aku bikin KO. Dia seolah bukan lagi atasan ku ataupun kakak ku lagi, dan dia tidak mau lagi aku membanggilnya dengan sebutan mba. Katanya nggak enak di dengar dan terkesan tua. Aku sih nurut aja, yang penting dia seneng.

Aku masih terbaring dengan kakunya. Sengaja aku tidak menggerakkan badan ku agar tidak membangunkannya. Tidurnya pules banget. Nafasnya teratur. Wajahnya nampak tenang, dan juga manis. Dua malam ini memang menjadi awal mula perubahan dalam hidup ku. Aku melepas keperjakaan ku dengan wanita yang sebelumnya aku tidak menganggapnya siapa-siapa. Kami memang dekat, tapi tidak sedekat dengan Diah dulu, atau bahkan dengan Gita dan Kiki. Gita atau Kiki? Seperti ada yang aneh dengan kalimat itu. Hmmm, aku berfikir.

Pertama, soal keperjakaan. Memang ada pengaruhnya buat seorang cowok? Hahaha. Perjaka atau ga perjaka kayanya rasanya sama saja. Berbeda halnya dengan keperawanan. Perawan atau tidak perawan, pasti beda rasanya. Hahaha.

Kedua, masih wajar jika aku membandingkan antara hubungan ku dengan mba Ayu dan hubungan ku dengan Diah. Diah wanita pertama yang mengisi hati ku. Dan akan selalu ada tempat untuknya di hati ini. Tapi kenapa aku juga membandingkannya dengan Kiki atau Gita ya? Hahaha. Aku tidak tau, dan aku tidak mau memusingkannya.

“Uuhhh, mas udah bangun?” tanya mba Ayu membuyarkan lamunan ku.

“Udah nih, baru aja,” aku tersenyum padanya. Dia membalas senyum ku, lalu kembali memeluk ku lebih erat. Matanya kembali terpejam. Ku usap rambut dan bahu nya.

Pewe banget kayanya?”

“Hehehe! Ergghh…” mba Ayu menggeliat. “Jam berapa sih ini?” lanjutnya.

“Baru jam enam, mau bobo lagi?” tanya ku.

“Enggak, emang kamu mau bobo lagi?” tanyanya balik.

“Enggak juga. Mandi aja yuk.”

“Argh…kamu duluan aja deh mas,” tolaknya sambil memeluk ku samakin erat.

“Nyuruh mandi duluan tapi akunya di kekepin gini. Gimana mau mandinya coba?” protes ku karena posisinya yang sekarang malah memeluk tubuh ku dengan sangat erat.

“Hihihi, kalau mandi bareng aja gimana?” mba Ayu bertanya sambil melirik ke atas dan tersenyum genit.

“Kalau itu perintah atasan, aku ndak bisa nolak,” balas ku.

“Hihihi, ya udah yuuuk!”

Kami pun bangkit dari tempat tidur masih dengan ketelanjangan kami. Mba Ayu dengan cueknya berjalan kesana-kamari mempersiapkan perlengkapan mandinya. Aku sendiri masih agak canggung. Apalagi penis ku dalam kondisi tegang. Biasa, ketegangan di pagi hari. Tapi aku berusaha cuek aja dengannya. Toh, semalaman ini kami udah saling menelanjangi. Hehehe.

“Iiihhh…dede…udaah tegang aja ciii,” canda mba Ayu sambil meraih penis ku dan memainkannya. Kami sudah berada di dalam kamar mandi. Tepatnya berdiri berdampingan di depan wastafel sambil bercermin. Dari cermin aku melihat atasan ku di kantor ini menggelendoti ku sambil jari tangannya yang lentik mengocok penis ku. Kami tak ubahnya seperti pasangan kekasih yang sedang di mabuk asmara. Batasan-batasan norma yang seharusnya kami jaga namun kini sudah runtuk tidak bersisa.

“Aahhh…” aku melenguh pelan. Mba Ayu semakin bersemangat mengocok penis itu. Jemari lentiknya itu dengan lincah memainkan batang penis ku. Sedangkan tangan ku meraih payudaranya dan kuremas dengan gemas.

“Aahhsshh…aahhsshh…” gantian mba Ayu yang mendesah.

Mba Ayu menatap ku dan mengerling dengan manja. Kemudian aku ditariknya menujuk closed duduk yang berada di sisi kamar mandi. Closed duduk itu dalam kondisi tertutup dan mba Ayu langsung duduk di atasnya. Tangannya kembali meraih penis ku dan sambil dengan tersenyuman nakal, diarahkannya ujung penis ku itu ke bibirnya.

Cuup!!

“Dede nya nakal sekarang… tau rasanya sekali langsung minta terus,” mba Ayu bercanda dengan penis ku seperti mengajaknya berbicara. Ditowelnya kepala penis ku dengan jari telunjuknya.

“Abis mba nya bikin enak si dede sih, ketagihan deeeh,” balas ku pada nya. Lagi-lagi mba Ayu tersenyum dengan genitnya. Lalu digenggamnya batang yang sudah mengeras itu erat-erat.

“Slluurrpp…slluurrpp…” mba Ayu mengulum penis ku dan menjilatinya.

“Aahhsshh…” aku mendesah keenakan.

“Haassh haamaa heheegnha haahaa heheehaahaaan…ppffaaahhh.” ucap mba Ayu tidak jelas karena penis ku berada di dalam rongga mulutnya. Mungkin yang mau diucapkannya adalah Mas sama dede nya sama-sama keenakan. Aku tersenyum mendengar ucapannya.

“Slluurrpp…slluurrpp…” mba Ayu terus mengoral penis ku. Semakin dalam dia memasukan batang kejantanan ku itu ke mulutnya. Kadang aku merasakan penis ku mentok hingga ke dasar tenggorokannya.

“Aarrgghh…arrgghh…” aku mendesah lagi.

“Slluurrpp…slluurrpp…” mba Ayu terus mengulum penis ku dengan ganasnya. Penis ku keluar masuk mulutnya dengan cepat. Bibir dan lidahnya menggesek kulit kejantanan ku dan memberikan kenikmatan yang luar biasa. Bola matanya melirik ke arah cermin melihat bagaimana dia mengulum batang penis ku ini. Aku pun juga ikut memperhatikan ke cermin. Ahh, aku mendesis melihat posisi kami sekarang. Aku berdiri dengan berkacak pinggang dan penis ku keluar masuk ke dalam mulut mba Ayu.

“Heeeghhh!” Aku menahan kepala Mba Ayu agar berhenti memaju mundurkan kepalanya saat penis ku menyentuh dasar tenggorokannya. Mba Ayu menurutinya. Dia hampir tersedak namun masih mencoba menahannya.

Aku merasakan sensasi kenikmatan tersendiri ketika merasakan kepala penis ku tertekan hingga ke dasar tenggorokannya dicampur dengan melihat ekspresinya yang seperti tersiksa namun tetap berusaha menikmati. Melihat dia mencoba melakukan apapun demi kepuasan ku membuat ku melayang-layang. Mba Ayu dengan genit melirik ke arah ku, lalu ke cermin, lalu ke arah ku lagi.

“Haagghh…haagghh…haagghh…” mba Ayu bukannya berusaha melepas penis ku dari mulutnya, justru malah mencoba memasukkannya semakin dalam. Air liurnya sampai menetes melalu celah bibirnya. Wajahnya memerah namun masih terus memaksa penis ku untuk masuk lebih dalam lagi.

“Haagghh…haagghh…haagghh…”

“Aaahhh…” aku mendesah merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Kenikmatan yang sebentar lagi akan membuat ku mencapai puncaknya.

“Haagghh…haagghh…haagghh…” semakin dalam mba Ayu memasukan penis ku. Dan benar saja. Aku hampir sampai. Ya, sebentar lagi aku akan klimaks. Sekarang gantian aku yang akan dibuatnya KO lebih dulu.

“Haagghh…haagghh…haagghh…”

“Aaarrrgggghhhhh….” aku mendesaah keras saat sperma ku menyembur dengan derasnya dan langsung masuk ke dalam tenggorokannya.

“UHUUK…UHUUK…” mba Ayu tersedak karena sperma ku, namun aku yang entah mengapa pagi ini menjadi seperti kesetanan, tetap menahan kepalanya agar tidak terlepas. Bahkan aku mendorong penis ku masuk semakin jauh kedalam. Mba Ayu yang tau aku tidak mau melepaskan penis ku dari kepalanya akhirnya hanya bisa pasrah dan mencoba menikmatinya. Matanya menatap nanar ke atas.

Gleeg… Gleeg…

Mba Ayu menelan semua sperma yang keluar dari penis ku. Wajahnya nampak lebih lega sekarang. Tapi dia justru tidak mau melepaskan penis ku dan terus menjilati sisa sperma di ujungnya.

“Pengennya pake banget ya mas? Tenggorokan ku ampe mau jebol nih kamu perkosa!!” protesnya dengan gemas sesaat setelah penis ku lepas dari kulumannya. Tangannya kemudian mengocok pelan penis ku yang sudah setengah lemas.

“Hehehe, maaf khilaf,” balas ku bercanda. Permintaan maaf yang sangat konyol.

“Maaf-maaf! Lain kali kalau mau sampai mentok itu bilang dulu biar aku nya ada persiapan!” balasnya dengan cemberut. Aku pun mentowel dagunya dengan genit.

“Hehehe…iya-iyaaa. Duuuh, ayang ku makin gemesin aja deh kalau lagi cemberut giniii.”

“Jangan merayu!!” balasnya makin cemberut.

“Kenapa?”

“Kalau denger rayuan kamu gitu aku langsung turn on.”

“Laaah? Bisa begitu?” aku bertanya padanya sambil memegang kedua pipinya. Aku melihat lidahnya masih bergerak-gerak seperti mengecap sesuatu. Pasti sisa-sisa sperma ku. Ahh…seksi sekali pikir ku.

“Auuu,” balas mba Ayu lalu bangkit dan berdiri menghadap ke cermin. Dia merapikan rambutnya yang berantakan.

“Trus gimana dong?” aku bertanya dengan tololnya.

Mba Ayu tidak menjawab. Dia berbalik sebentar sambil tersenyum genit kepada ku, lalu berjalan dengan berlenggak lenggok menuju shower. Disiramnya seluruh tubuhnya dengan air yang memancar dari shower. Dia lalu mengambil sabun dan menyabuni seluruh tubuhnya. Dari lehernya yang jenjang. Payudaranya yang sintal. Perutnya yang rata. Pinggulnya yang membulat. Miss V nya yang ditumbuhi bulu halus. Hingga kakinya yang putih mulus. Seluruh permukaan kulit tubuhnya yang halus tertutup oleh busa. Sesekali dia meremas payudaranya sendiri dengan gemas. Menggesek-gesek vaginannya sendiri dengan erotis.

“Suruh dedenya bangun lagi, dan tanggung jawab!” ucapnya manja sambil menunggingkan pantat seksinya yang dipenuhi busa itu ke arah ku. Melihat pemandangan yang erotis itu sontak membuat penis kembali ereksi. Baiklah mba kalau itu mau mu. Senyum mesum keluar dari bibir ku. Tanduk setan muncul dari kepala ku. Dan aku pun langsung menghampirinya dengan penis yang tegak menegang.

~¤~¤~¤~

Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaan yang aku rasakan sekarang. Apakah aku senang? Ya, senang. Apakah aku bahagia? Ya, aku juga bahagia. Tapi aku merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal dengan hubungan ku dengan mba Ayu sekarang ini. Tidak ada hubungan resmi yang terjalin di antara kami. Tapi apa yang terjadi selama dua hari terakhir ini sungguh telah merubah segalanya.

Entah aku nya saja yang terlalu baper atau gimana, tapi aku merasa justru aku yang mengharapkannya. Aku mengharapkan hubungan ku dengan mba Ayu bisa terjalin lebih dekat lagi. Bahkan mungkin hingga ke hubungan khusus. Tapi aku merasa ada yang aneh. Karena logikanya selama mba Ayu tidak menuntut ku lebih, seharusnya aku bebas. Bebas menikmati tubuhnya kapanpun aku mau.

Beruntung kan? Tentu saja. Tapi mengapa jadi aku yang ingin hubungan lebih dengannya? Aku juga tidak tau jawabannya. Aku bingung. Aku sebenarnya juga merasakan betapa nyamannya mba Ayu saat dekat dengan ku, tapi aku tidak menangkap ada indikasi dia menginginkan lebih.

Yang aku takutkan adalah aku menginginkan hubungan lebih dengannya itu hanya karena aku ingin bisa terus mencicipi tubuhnya tanpa ada perasaan khusus tapi aku tidak menyadarinya. Aku tidak mau menjadi laki-laki seperti itu.

Lalu apakah ini yang disebut dengan hubungan tanpa status? TTM? Friend with benefits? Dan apa mba Ayu menikmati hubungan seerti ini? Aku harus membicarakannya setelah balik ke Jakarta nanti.

Jam tujuh tiga puluh pagi waktu setempat kami berdua sudah berangkat lagi menuju hotel di Orchard tempat dimana event diadakan. Meskipun perasaan ku masih campur aduk, tapi setidaknya koneksi antara aku dan mba Ayu saat ini jauh lebih baik ketimbang kemarin.

“Udah keras lagi ajaa ya? Ampun deeh,” canda mba Ayu ketika kami berdua berada di dalam MRT yang penuh sesak. Mba Ayu berdiri tepat di depan ku. Tentu saja pantat seksinya yang terbungkus rok span ketat menempel erat tepat di selangkangan ku. Aku hanya nyengir menanggapi candaannya.

Posisi kami berdua tepat berada di pojokan di dekat pintu. Mba Ayu berdiri mengadap ke keluar, jadi di depannya adalah kaca, sedangkan di belakangnya adalah aku. Tangan kanan ku memeluk erat pinggang kanannya. Selain karena memang aku ingin memeluknya, aku melakukanya juga bertujuan agar dia tidak berkontak langsung dengan penumpang MRT disebelah kanan kami yang kebetulan cowok. Agak berlebihan memang. Kami belum ada hubungan lebih tapi aku sudah gaya-gayaan mau melindunginya. Hahaha. Bodo amat. Yang penting mba Ayu enggak protes dan, yang pasti anget dan empuk rasanya.

Tiba di lokasi event, ternyata acara belum di mulai. Namun suasana venue sudah sangat ramai baik itu peserta dari partner lokal maupun dari partner negara lain, termasuk Indonesia. Aku dan mba Ayu pun mau ga mau berbasa-basi busuk dengan meraka. Ya, diantara kami semua memang terlihat akrab. Tapi sebenarnya kami semua memeliki naluri ingin saling membunuh.

Hingga acara dimulai, semua berjalan dengan apa adanya. Aku dan mba Ayu mendengarkan presentasi yang di sajikan penyaji dengan seksama.

Lalu tiba-tiba mba Ayu menunjukan sebuah email dari HP nya.

“Apaan nih?”

“Kita harus balik malam ini, besok aku harus ikut meeting dengan manajemen.”

“Yaah…” jujur aku kecewa. Berarti kalau kami balik malam ini…itu artinyaaa…

“Kok yah?”

“Ah enggak, kalau balik malam ini kan artinya besok harus ngantor mba.” Aku berbohong padanya. Dan aku memanggilnya mba karena sekarang masih dalam rangka acara kantor.

“Ya mau gimana lagi.” Dia sepertinya juga kecewa. Tapi kecewa karena besok harus meeting bareng manajemen atau kecewa karena malam ini ga bisa nikmatin dasyatnya sodokan ku ya? Hahaha

“Lah terus tiketnya gimana?”

“Ini udah di bookingin sama sekretarisnya bu Yousie, yang besok di paling refund.”

“Oooh, ya udah. Ngikut apa kata bos aja deh.” Balas ku lesu. Mba Ayu juga nampak lesu. Dan kami pun akhirnya hanya bisa lanjut memperhatikan presenter berbicara di depan.

~¤~¤~¤~

Aku mengetuk pintu kamar mba Ayu. Tidak ada jawaban. Ah mungkin mba Ayu masih sibuk dengan packingnya. Sekarang aku sudah di hotel dan sudah selesai packing juga. Sekarang jam tujuh waktu setempat. Malam ini kami akan balik dengan pesawat jam sepuluh. Masih ada waktu lah pikir ku. Apalagi di Singapore tidak ada yang namanya macet. Setelah enunggu sebentar, ternyata pintu terbuka.

“Eh, aduh, kamu udah beres?”

“Yup!” Aku mengangguk. Aku pun masuk ke kamar nya lagi.

“Aduh gimana dong? Aku masih berantakan nih,” ucapnya lagi panik. Dengan agak tergesa-gesa mba Ayu merapikan beberapa alat make up nya yang berada di meja samping tempat tidur. Di depannya ada kaca yang cukup besar sehingga aku bisa melihat bagaimana ekspresi paniknya. Sedangkan aku hanya memperhatikannya dari belakang sambil senyum-senyum.

Tubuh mba Ayu sedikit membungkuk, membuat pantatnya sedikit menungging yang kembali menjadi santapan mata nakal ku. Melihatnya dalam posisi seperti itu membuat ku menjadi bernafsu lagi. Iseng ku dekati dirinya. Mba Ayu sepertinya belum menyadari posisi ku yang sekarang tepat berada di belakangnya. Dia masih sibuk merapikan peralatannya. Sampai pada saat aku menempelkan penis ku tepat di bokong seksinya, dia agak kaget dan menoleh kebelakang namun tidak merubah posisinya.

“Mau ngapain mas? Jangan macem-macem ah! Buru-buru nih!” ucapnya tegas. Namun posisinya masih tetap sama.

“Sebentar saja, boleh ya?”

“Tapi maash, ahhsshh…” dia mendesah pelan saat ku ku gesekkan penis ku ke pantatnya.

“Sebentaaarrr aja,” rayu ku lagi.

“Tapi masshh, nanti kita ketinggalan pesawat, ahhsshh…” balasnya lagi-lagi dengan mendesah karena aku mulai meremas bongkahan daging yang membulat itu.

“Sayaang, sebentaaar aja,” aku masih merayu nya. Dia nampak bimbang. Kepalanya menunduk seperti merasakan sesuatu. Usapan ku di pantatnya semakin nakal hingga membuat rok span nya sedikit demi sedikit tersingkap ke atas. Hingga akhirnya seluruh rok nya terangkat hingga pinggangnya. Pantatnya yang hanya dibalut dengan celana dalam mini itu sekarang terpampang jelas oleh ku.

Ku remas pantatnya dengan mesra. Usapan jari-jari ku makin lama makin menyusp ke bagian dalam selangkangannya. Hingga ketika jari ku menyentuh bibir vaginanya, mba Ayu mendesah panjang.

“Aahhhsshh… maashhh…aahhssshhh…nakaal bangeet siih tanganyaa…aahhsshh…” protes mba Ayu pada ku namun tidak mencoba menghindar. Posisinya masih sama seperti tadi. Justru malah semakin menungging hingga aku bisa semakin leluasa mengerjain vaginannya. Apalagi sepertinya tanpa di sadari, mba Ayu juga merenggangkan kakinya semakin lebar.

“Jadi? Boleh kan sayang?” bisik ku tepat di telinganya. Badan ku menunduk dan kini tangan ku menangkup ke kedua bukit kembar miliknya yang masih terbungkus kemeja ketat dan meremasnya. Ku gigit pelan daun telinganya. Ku jilati tengkuknya. Saat ini aku merasa menjadi laki-laki paling nakal sedunia. Tapi persetan lah yang penting yang aku nakali tidak menolak.

“Aahhsshhh… teeerrrsseerraaah kaamuuuuhhhsshh aaajaaahhsshhh laaah maasssshgsshh…” jawaban pasrah dari mba Ayu bercampur dengan desahan karena aku terus merangsang titik-titik sensitifnya. Dan berhasil. Mba Ayu kini sudah pasrah kembali.

“Tapiihh langsung ajaah yaah maashh…jaangann lamaah-lamaahhhsshh…”

Quicky ya?” tanya ku, mba Ayu mengangguk.

Ku putar tubuhnya hingga kini dia menghadap ke arah ku. Ku tekan kedua bahunya kebawah dan dia menurutinya.

“Basahin dulu yah,” aku memintanya mengoral penis ku sekaligus membasahinya dengan ludahnya.

“Slluurrpp…Slluurrpp…Slluurrpp…” Mba Ayu langsung menuruti perintah ku. Sekali lagi penis ku mendapat service nikmat dari mulutnya yang mungil. Ahhh…nikmatnya tiada tara saat ku rasakan lagi bibir tipisnya menjelajahi seluruh permukaan penis ku.

Tidak sampai semenit aku memberinya isyarat untuk bangun. Mba Ayu lagi-lagi hanya menurut saja terhadap perintah ku. Aku juga tidak ingin lama-lama. Aku hanya ingin cepat-cepat menusukan penis ku ke vaginanya saja. Menusuk dan menyodokkannya hingga aku klimaks dan membuang sperma ku ke dalam rahimnya lagi.

Ku putar kembali tubuh mba Ayu hingga kami sama-sama menghadap ke cermin. Kudorong tubuh bagian atasnya hingga dia menungging kembali. Ku buka dua kancing kemejanya dari atas. Kutarik dua bukit kembar itu dari cup nya hingga mencuat keluar.

“Aahhsshh…” mba Ayu mendesah lagi saat kumainkan libidonya itu dengan memilin puting susu nya dari belakang.

“Ahhsshh… maashh… cepeetaan…” protesnya kesal. Aku hanya tersenyum jahil menanggapinya.

Kudorong lagi tubuh mba Ayu hingga dirinya semakin menungging. Dadanya kini mendarat di meja rias dan tergencet oleh tubuhnya sendiri. Kusingkapkan kembali rok span nya hingga ke pinggangnya. Ku tarik pelan celana dalam mini nya hingga terlepas. Ku renggangkan kaki nya agar sedikit melebar.

Juuuh!! Juuuh!!

Aku meludah dua kali ke jari tangan kanan dan kiri ku. Yang kiri ku oleskan ke penis ku sendiri sebagai. Sedangkan yang kanan ku usapkan ke bibir vaginanya agar lubang itu licin dan memudahkan penis ku dalam melakukan penetrasi.

“Aahhsshh…” mba Ayu mendesis pelan saat aku mengusap bibir vagina nya.

Mba Ayu menoleh kesamping saat aku sudah memposisikan kepala penis ku ke lubang vaginanya. Sorot matanya nanar antara kepengen tapi tidak mau, antara tidak mau tapi pasrah.

Kudorong pelan penis ku ke dalam liang senggamanya. Aku tidak langsung menyodok dengan tenpo tinggi karena aku tidak mau menyakitinya. Di dalam dinding vaginanya pasti masih keset dan itu pasti sangat menyakitkan bila aku memaksanya

“Langsuuung maasukiiin ajaah maasshhsshh…aahhsshh… cepeetaaannn…nanttiii kiiiiittttaaaa tteetteeelaaattt…” dalam rintih kenikmatan mba Ayu masib sempat mengingatkan ku soal pesawat. Baiklaaah kalau itu mau mu mba. Saatnya kita berangkat.

“Aarrgghh…periiih…” mba Ayu menahan perih saat dengan sedikit paksaan ku dorong penis ku masuk ke dalam vaginanya. Aku lalu menarik penis ku itu dan mendorongnya lagi lebih keras.

“Aarrghhh…aahhsshh…” kembali mba Ayu merintih. Entah nikmat atau sakit yang dirasakannya. Rintihannya bercampur dengan desahan pelan. Ku tarik penis ku dan ku dorong lagi dengan lebih keras. Hanya dengan tiga kali dorongan penis ku sudah menyeruak masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Ku tarik perlahan dan ku dorong lagi. Rasanya masih sangat keset dan sempit. Penis ku sampe terasa ngilu merasakan jepitan vaginanya.

Namun tidak lama kemudian, setelah beberapa kali memaju mundurkan penis ku, aku merasakan dinding vaginanya mulai terasa licin. Mba Ayu juga sudah tidak mengeluh perih lagi. Dari mulutnya mulai keluar desahan-desahan nikmat.

Plaak!! Plaak!! Plaak!!

Aku menggenjot vagina mba Ayu dengan tempo tinggi. Bunyi selangkangan ku yang menumbuk selangkangannya terdengar nyaring.

“Aahhsshh…Ouuhhsshhh… maassshhhh…kamuuu gaanaaasshssh baangeeettssshhshh…”

Mba Ayu mengerang nikmat merasakan sodokan ku yang berbeda dari yang semalam atau tadi pagi. Bila semalam aku menyetubuhinya penuh dengan kelembutan, kali ini aku menggarap tubuhnya dengan agak brutal. Sodokan penis ku sangat kasar. Badannya sampai terguncang hebat akibat sodokan ku. Dan entah mengapa aku semakin horny dengan kekasaran ku.

“Tapi enak kan sayaaang?” goda ku sambil meremas bongkahan pantatnya yang membulat indah.

“Aahhsshh…oouuhhsshh…iiyyaah maasshh…ennnaak baangeeett…aayooo maasshh soodook leebiihh keraassh lagiihhhsdhh…yaaahhsshh… teerusshh…aahhsshh…eemppffhhh…uuhhsshhh…”

Plaak!! Plaak!! Plaak!!

“Aahhsshh…oouuhh myy… gooood…eemppffhhh…uuhhsshhh…yaaahhsshh…”

Plaak!! Plaak!! Plaak!!

“Aauuww…aauuww…aauuww…aahhsshh…”

Plaak!! Plaak!! Plaak!!

“Aaaaa… maaassshhh…aakkuuu keelluuaaarrr…aaahhhsssshhhhh…”

Mba Ayu menjerit merasakan orgasmenya. Badannya mengejang. Kakinya lemas dan dia hampir ambruk sebelum aku menangkap pinggang nya terlebih dahulu. Sehingga kini beban tubuhnya aku yang menahan.

“Haasshh…haasshh… maaasshhh…kamu itu bener-bener dehh…bisa banget bikin aku enak sampe lemes gini,” ucap mba Ayu penuh dengan kepuasan.

“Aku masih belum selesai lho. Jadi mau diterusin lagi atau udahan? Kalau di lanjut bisa ketinggalan pesawat nih,” goda ku sambil menyodokkan penis ku dengan tempo super pelan. Mba Ayu mendesis.

“Aahhsshh…udaahan aja yaaah…nanti kita ketinggalan pesawat. Aku juga udah capek maass.”

“Yakin udahan?” tanya ku sambil menghentakan pinggul ku dengan tiba-tiba.

“Aahhshh… maasshh…aahhsshh… terseraah kamu aja deh maasshhh…aku pasraaah mau kamu apain ajaah…” jawab mba Ayu dalam ke pasrahannya. Kepalanya menunduk. Jarinya menggenggam. Dari mulutnya keluar desahan-desahan nikmat. Dan aku kembali menggenjot vaginanya dengan tempo pelan namun lama-lama semakin cepat.

Mba Ayu benar-benar sudah kepayahan. Mungkin badannya sudah capek dengan aktifitas sehari ini, ditambah dengan orgasme nya tadi, membuat tubuhnya semakin tidak berdaya. Atasan ku yang cantik dan seksi itu kini hanya berdiri menungging dengan pasrah saat aku dengan ganasnya kembali mengaduk-aduk kembali liang peranakannya. Dan sekali lagi kami akan mengarungi indahnya dan dasyatnya lautan birahi yang terjalin di antara kami berdua. Bersama-sama kami akan menikmatinya.

~¤~¤~¤~

“Ciapa ciii? Ciyuuus anet ales chat nya” mba Ayu bertanya pada ku dengan manja sambil memicingkan matanya. Iseng aku pura-pura berusaha menutupi layar HP ku agar dia tidak bisa melihat isi chat ku. Mba Ayu membalasnya dengan memanyunkan bibirnya dan berlagak membuang muka dari ku. Hehehe. Manja, tapi lucu.

Aku memang sedang asik berchating ria dengan dua sahabat ku, Endra dan Kiki. Endra ternyata sudah tau kalau aku lagi di Singapore, pasti Binar yang memberi tau. Yang membuat ku senang adalah dia sedang berada di Jakarta, dan menanyakan aku akan balik kapan. Aku bilang hari ini, sedangkan dia akan berada di jakarta hingga minggu depan. Dan tentu saja kami membuat janji untuk ketemuan.

Sedangkan Kiki, dia menanyakan apakah aku jadi balik hari ini atau tidak. Aku memang sudah memberi tahu nya bahwa aku akan balik hari ini. Mungkin dia hanya memastikan saja. Dan jika memang jadi pulang malam ini, dia ngajakin ketemuan juga besok sepulang kantor. Aku sih mengiyakan saja. Paling-paling ketemuannya di sekitaran Depok juga. Jadi ga terlalu jauh dari arah pulang.

“Pasal pertama! Kalau lagi sama cewek, ga boleh asik sendiri!!”

“Eh?” aku kaget saat mba Ayu tiba-tiba merebut HP ku.

“Owwhh… chatingan sama Kiki, pantes anteng. Mau ketemuan yaaah besok? Eheeem. Cie cieee…” komentarnya pelan namun terasa sangat dalam dan menusuk.

“Ama Endra juga ituuuh, ndak cuma Kiki doaaang,” balas ku berlagak cuek. Padahal aku deg-deg an juga kalau-kalau mba Ayu bakalan ga suka.

“Endra siapa? Iiihh… ganteng yaaa…” balasnya gantian dengan cueknya. Sekarang justru aku yang kepanasan di dalam ruang tunggu ini. Panas? Iya panas. Panas banget. Membara. Aku langsung memasang muka jutek padanya.

“Hihihi, cemburu yaaa?” tanya nya jahil.

“Biasa ajaah,” balas ku jaim.

“Ngaku aja siiih!”

“Emang biasa aja kok!”

“Ga dikasih jatah lagi lho kalau ga ngaku.”

Aku sempat kaget dan menoleh kearahnya setelah mendengar ancamannya, namun segera membuang muka lagi karena mba Ayu nampak akan tertawa geli melihat kekagetan ku. Hahaha. Sialan kena jebakannya aku.

“Iya-iyaaa aku ngaku. Aku cemburu.” ucap ku tanpa memandang ke arahnya.

“Hihihi. Emang kamu siapanya akuh? Kok cemburu sih?” godanya lagi. Aku semakin tersudut.

“Aku siapanya kamu? Hmm…siapanya ya…” pertanyaan terbodoh yang pernah aku lontarkan ke seorang wanita.

“Ya terserah kamu lah mau nya apa, kan kamu yang cowok. Masa nanya gitu.” Dan benar saja, aku semakin tersudut.

“Aku tuh maunyaaa, kamu jadi…”

Hampir saja aku selesai mengucapkan kalimat itu, tiba-tiba terdengar suara dari pengeras suara yang menginformasikan bahwa gate sudah dibuka dan kami dipersilahkan untuk mulai antri masuk ke pesawat.

“Santai aja kali mas jawabnya, ga usah sewot gitu, hihihi. Udah di buka tuh gate nya. Yuk masuk!” ajaknya seraya bangkit dan meraih tangan ku. Tangan kanan mba Ayu memeluk lengan kiri ku. Sedangkan tangan kirinya menjinjing tas kecilnya. Aku pun mengikuti tarikannya. Kami berjalan beriringan menuju antrian. Jakarta, aku kembali.

[Bersambung]

Hallo Gaiss, Disini Admin KisahMalah
Agar Admin Semakin Semangat Update Cerita Cerita Seru Seterusnya, Bantu Klik Iklan yang Ngambang ya.
Atau Gambar Dibawah INI

Atau Bagi Kamu yang suka bermain game Poker Online atau Gambling Online lainnya, bisa di coba daftarkan ya. Banyak Bonus dan Hadiahnya Loh.
Untuk yang Kesulitan Daftar bisa Hub Admin di WA untuk di bantu Daftar.
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *