Kesempurnaan Cinta Part 3
Rencana Setengah Jahat
Aku terbangun waktu subuh. Walaupun aku tinggal sendiri, aku nggak lupa ibadah. Aku selalu ingat pesan papa dan mama jangan lupa buat ibadah. Sebagai seorang eksekutif muda, aku ini nggak pernah nyentuh alkohol ataupun methanol apalagi nenggak. Aku juga nggak pernah merokok, tapi soal minum kopi aku paling demen. Di rak dapurku ada banyak jenis kopi. Mulai dari kopi aceh, kopi arabika sampai kopi putih.
Ketika aku keluar kamar aku melihat Vira tertidur pulas. Bisa tidur juga dia. Aku dekati dia dan kulihat dari dekat. Aneh aja rasanya, di kamar apartemenku ada seorang cewek cakep putri dari seorang pengusaha yang punya kantor di mana-mana. Apalagi yang megang 70% saham dari perusahaan tempatku bekerja. Melihat dia tidur sepulas ini koq dadaku berdesir yah? Nggak, nggak, emang apa aku? Udah ah mandi aja.
Setelah mandi aku mempersiapkan sarapan. Sarapan yang sangat sederhana. Kuambil dua telur, kupotong daun bawang, kucampur garam lalu campur semua dan aku goreng. Setelah itu aku rebus potongan lobak dan tahu. Kuberi bawang merah, bawang putih, merica, garam dapur dan gula, kutambahi kaldu ayam jadi deh. Mungkin aroma masakanku yang membuat Vira terbangun.
“Hmm? Udah pagi?” gumamnya. Ia menekuk-nekukkan lehernya sampai berbunyi. Dia berdiri lalu melihatku yang sudah berada di dapur.
“Dasar, anak mama. Jam segini baru bangun. Kalau di kampungku kamu bakal dijuluki Perawan Dor. Biasanya perawan-perawan itu bangunnya subuh. Kamu jam segini baru bangun. Dasar,” gerutuku.
“Bawel ah, kamu masak? Kaya’nya enak,” kata Vira sambil melongok makanan yang aku siapkan.
“Bayar! Kemarin gratis, sekarang bayar!” ketusku.
“Yeee…pelit!” dia cemberut lalu kembali ke sofanya.
“Ingat, ini hari kamu harus pergi dari apartemenku. Kalau papamu sampai tahu kamu ada di sini aku bisa dipecat”
“Aku tadi malam lihat-lihat perhargaan di dinding itu,” kata Vira sambil menunjuk ke sebuah piagam yang aku pajang. Piagam sebagai pegawai teladan, Briliant Idea, Desain web terbaik, produk software terbaik, dan lain-lain. “Menurutku papaku nggak bakal mecat kamu, kamu adalah aset berharga baginya.”
“Aset berharga? Dua ideku saja ditolak mentah-mentah olehnya,” kataku.
“Oh”
Aku kemudian membawa nampan dan meletakkannya di meja. Melihat makanan di atas nampan itu Vira menelan ludah. Aku ketawa melihatnya.
“Kenapa ketawa?” tanyanya.
“Raut wajahmu itu mirip orang kelaparan, padahal tadi malem kamu sudah habis mie instan ama makanan yang aku buat,” jawabku. “Jadi masih mikir buat ngurusin badan?”
“Aaarrgghh! Bawel! Dasar pelit!” gerutunya.
“Udah udah, makan aja nggak apa-apa. Tapi ingat hari ini kamu harus cabut. Nggak ada nginep gratis. Aku bisa digrebek ntar.”
“Iya, iya, makasih!” raut wajahnya berubah cerah seketika.
“Cuci muka, mandi dulu sanah!” perintahku.
“OK,” ia pun beranjak. Dan Cup! Dia mencium pipiku.
“Woi, apa-apaan tadi?” tanyaku. Aku langsung mengusap pipiku.
“Anggap aja hadiah karena telah mengijinkanku menginap di rumahmu,” jawabnya. Ia segera masuk ke kamar mandi. Aku masih mengusap-usap pipiku, seumur-umur baru kali ini ada cewek yang mau nyium pipiku. Lebay, cewek-cewekku dulu juga pernah koq nyium pipiku. Maksudku, setelah lama menjomblo baru kali ini aku dicium cewek.
Vira, katanya baru putus ama Doni. Aku tak percaya. Aku pun segera mengambil ponsel dan menelpon dia.
“Halo? Apa Ci?” tanyanya.
“Don, kamu beneran putus ama Vira?” tanyaku.
“Hah? Dari mana lo tahu?”
“Berarti bener yah?”
“Kenapa emangnya? Perasaan nggak ada yang tahu deh kecuali aku ama Vira aja, dia tahu kalau aku punya pacar Yuyun, makanya kemarin di kantin mutusin aku,” agak aneh juga sih nada bicaranya Doni. Datar, seperti nggak ada rasa sedih atau bagaimana.
“Trus, Yuyun gimana itu?” tanyaku.
“Kaya’nya aku mau kembali aja deh ke Yuyun sob,” katanya. “Aku rasanya bersalah banget ama dia”
“Ya kamu juga sih, pake acara selingkuh segala,” kataku.
“Tapi beneran, jujur ama gue. Lu tahu dari mana?”
“Dari Vira sendiri, do’i ada di rumah”
“Waduh…nasib….”
“Heh? Maksudnya?”
“Eh, nggak apa-apa, maksudku lo nggak apa-apa kan?”
“Ya, aku baik-baik aja. Koq kamu nggak terkejut?”
“Aku terkejut koq, terkejut. Koq bisa-bisanya dia ke rumahmu, gimana ceritanya?”
“Dia kabur dari rumah katanya, nggak bawa apa-apa”
“Hah? Polos gitu?”
“Dasar otak ngeres! Maksudnya nggak bawa ponsel, nggak bawa dompet dodol!”
“Oh, kukira. Kalau dia polos beruntung banget lu”
“Kampret, emang aku apaan?”
“Ya sudah deh, kalau misalnya dia tertarik ama lu, sikat aja. Gue belum nyentuh dia nyet, segelnya masih rapet!”
“Serius?”
“Yaelah bro, serius beneran. Di dalam hidup gue, cuma Yuyun yang gue sentuh”
“Naaah, bener kan kamu udah apa-apain Yuyun”
“Hehehehe…”
“Pantes dia nangisnya nggak ketulungan. Udah sana minta maaf!”
“Iye iye! Udah dulu ya sob, mau pergi dulu”
“Oh OK”
Doni menutup teleponnya. Aku segera ke kamarku dan berganti baju. Karena hari ini hari Jum’at dan harus pakai batik, aku pun memakai kemeja batik. Sebenarnya tak melulu kemeja sih, kaos batik pun boleh asal bajunya batik. Udah peraturan dari kantor. Aku pun memilih celana jeans. Setelah selesai berdandan rapi dan wangi aku keluar kamar. Kulihat Vira sudah selesai mandinya. Bau wangi sabun memenuhi ruanganku.
“Kamu mau pergi jam berapa?” tanyaku.
Ia mengangkat bahunya. “Aku sudah kerasan di sini, kaya’nya nggak mau pergi deh”
“Eh, anjrit. Ntar aku digerebek satpam lho gara-gara nyembunyiin anak gadis orang,” kataku.
“Udah aaahhh…rese’ amat, kerja sana! Cari duit yang bener!” lha? Koq sekarang ia merintah seperti istri?
“Terserah deh, nih kunci serep. Kamu titipin ke Pak Satpam di bawah nanti kalau pergi nanti. Ingat ya, cuma semalam. Malam kedua situ harus bayar!” ancamku sambil meletakkan kunci serep di atas meja.
“Iya iya, bawel!” kata dia ketus.
Aku kemudian keluar dari apartemenku. Aku mampir ke pos satpam di bawah aku bilang saja kalau sodara sedang nginap di apartemenku. Kalau dia mau pergi bakal titipin kuncinya ke pos satpam. Satpam ini namanya Pak Sugi. Sudah tiga tahun ini bekerja di apartemen ini dan aku sudah akrab sekali dengan beliau. Kadang juga untuk nonton bola aku malah ke pos satpam daripada di apartemenku yang sepi.
“Pak, nanti kalau sodara saya ke bawah nitipin kunci yah,” kataku.
“Iya, beres mas,” katanya. Aku lalu segera memacu Toyota Yaris milikku meninggalkan apartemen.
Setelah berjibaku dengan kemacetan ibu kota aku sampai juga di kantor. Segera aku masuk ke ruanganku dan aku langsung mendapatkan surprise. Ada sebuah memo untukku.
Ngapain pak Romi manggil-manggil segala? Untuk mengusir rasa penasarannya akhirnya aku pun pergi ke ruangannya. Di ruangan Pak Romi sudah menunggu Pak Arthur. Aku makin penasaran.
“Tutup saja pintunya!” kata Pak Romi.
Pintu pun aku tutup. Setelah itu aku memandangi kedua orang ini. Tampak Pak Arthur sedang membolak-balikkan sebuah berkas. Lalu ia menaruhnya di atas meja. Dia semacam bossy sekali.
“Arci, aku tahu sekarang ini adalah yang paling ditunggu-tunggu. Kamu sudah bekerja dengan baik selama ini, tapi sayangnya kamu tidak dapat promosi,” kata Pak Romi.
“Hah? Maksud bapak?” tanyaku.
“Untuk sementara ini kami akan menghilangkan tim bagian Project Developer, jadi kamu nanti akan mimpin bagian R n D. Menurut Pak Arthur kamu lebih cocok kalau mimpin bagian itu,” kata Pak Romi.
“Tapi pak? Nggak salah nih? Saya masuk R n D?” kataku. Ini artinya aku bakal membawahi bagian riset di kantor ini. Bagian yang tidak aku suka karena kawan-kawan yang bekerja di bagian R n D, mukanya serem seperti zombie semuanya. Yah, dikarenakan mereka terkadang membuat sesuatu yang tidak ada gunanya dan bagian itu biasanya lebih untuk riset sesuatu yang baru, yang mana memang belum pernah ada sebelumnya. Membawahi bagian R n D? Yang benar saja.
“Sudahlah, kamu itu orangnya sangat briliant, semua ide-ide berdatangan dari kamu. Dengan R n D dipimpin olehmu, rasanya pantas kalau suatu saat nanti kita bisa menghasilkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya,” Pak Romi meyakinkan.
“Kamu sudah pernah bekerja membuat game menggunakan VR?” tanya Pak Arthur. “Saya sudah melihat game buatanmu, bagus hanya saja pangsa pasarnya terlalu sempit. Bawahi bagian RnD dan bikinkan saya sesuatu yang bisa dijual.”
Brengsek ini orang. Seenaknya saja memerintah.
“Oh ya, sebagai manajer RnD yang baru, kamu tak perlu masuk tiap hari laporkan saja pekerjaan timmu setiap minggu pada meeting mingguan,” kata Pak Romi.
Oke, fine!
“Baik pak, jadi saya pindah ruangan sekarang?” tanyaku.
“Tak perlu, ruanganmu tetap di tempatmu sekarang saja, toh semuanya juga kerjanya di lantai yang sama,” jawab Pak Romi.
“Terima kasih pak,” kataku.
Andai saja di ruangan Pak Romi tadi aku berkata kepada Arthur seperti ini, “Woi, anakmu ada kepadaku. Kalau kamu macem-macem aku garap sekalian dia”
Tapi ternyata naluriku menghalangiku. Total hari itu pekerjaanku berantakan semua. Dengan dihapuskannya Project Developer artinya kami harus rela ditempatkan di manapun. Untunglah aku masih jadi manajer walaupun manajer RnD. Aku tak pernah memimpin tim ini, tapi kuharap mereka baik-baik saja.
Sebelum jam makan siang kantor, aku bertemu dengan timku yang berjumlah sepuluh orang. Mereka semua tampak kucel. Kondisi stress yang mereka alami sudah terpancar dari baju dan rambut mereka.
“Apa kabar?” sapaku.
“Baik pak!” jawab semuanya.
“Kalian sudah tahu kan, bahwa sekarang saya yang mengurusi bagian R n D ini,” kataku. “Mari kita berusaha dan tetap bersemangat untuk membuat sesuatu yang berguna.”
Ya, sangat aneh aku bicara seperti itu di antara tim zombie ini. Bahkan salah satu timnya saja ada yang ngupil. Arrgghh, brengsek. Ya udah deh, hari itu adalah momen yang paling teraneh dalam hidupku harus bekerja sama dengan tim zombie.
Pulang ke apartemen sore ini pun rasanya nggak nafsu lagi. Ternyata PR yang harus dikerjakan R n D sangat banyak. Mulai dari manajemen proyek hingga harus menghapus atau men-cancel proyek-proyek yang terbengkalai. Dan kenapa juga aku yang harus merasakannya? Selidik punya selidik manajer sebelum aku sebut saja Pak Budiman mengundurkan diri. Dan Pak Romi tak melihat ada orang yang cocok selain aku yang bisa menggantikannya karena aku selalu punya ide briliant pada bidang marketing.
Hellow, ini bidang RnD pak, bukan bidang marketing. Tapi apalah yang bisa aku lakukan selain menerimanya? Iya, menerimanya. Dengan langkah lesu aku kembali ke apartemenku. Dan….et voila, pintunya nggak terkunci. Lho, apakah Vira belum pergi? Aku lihat ruanganku, temboknya tampak dipenuhi hiasan Hello Kitty. Hello Kitty??? What??
“Hai?!” aku tahu suara itu, itu suara cewek anak mama yang numpang di kamarku tadi malam.
“Kamu?? Kenapa nggak pergi?” tanyaku.
“Aku nggak bisa pergi, aku udah bilang bukan ke kamu, kalau aku sekarang sedang kabur dari rumah? Btw, gimana tuh wallpapernya? Bagus?”
“Dari mana kamu dapat uang beli wallpaper?”
“Sorry, tadi aku geledah-geledah lacimu trus nemu celengan, jadinya aku ambil uangnya. Hehehehe,” dan Vira bilang seperti itu tanpa ada wajah berdosa.
“Woi! Jangan seenaknya ngambil milik orang lain!” bentakku.
“Pliiisss….ampuun… nanti kalau aku pulang aku balikin deh duitnya, ampuuunn…! Maaf, maaaf!” dia meminta maaf berkali-kali kepadaku.
“Kamu….Hrrrrgghhh!” aku begitu gemas ingin meremas dirinya, tapi aku mencoba untuk tenang. “Kamu harus pulang malam ini, sekarang! Bawa barang-barangmu keluar!”
“Hikss…iya, iya, maaf,” katanya.
Dia kemudian mengambil tasnya lalu dengan lesu jalan menuju pintu. Kemudian dia memakai sepatunya, setelah itu ia berdiri sejenak. Entah ia mau apa. Aku benar-benar nggak habis pikir. Kenapa ada juga cewek yang bikin gemes seperti ini sih?
Biarin deh dia nggak ada uang, nggak ada ponsel, kluntang-kluntung, kabur dari rumah pula. Aku juga benci apa papanya. Seenaknya tadi bisa mengarahkan aku untuk masuk menjadi manajer RnD. Emang dikiranya gampang apa ngurusi bagian zombie seperti itu?
Aku nggak berperasaan mungkin, membiarkan seorang cewek, malem-malem, sendirian di jalanan yang gelap. Siapa tahu nanti dia diperkosa, siapa tahu nanti dia dijambret, tapi dijambret sih nggak mungkin. Dia nggak bawa uang. Paling juga diculik, tapi siapa yang tahu dia anak seorang bernama Arthur Darwaman pemilik Darmawan Grop? Siapa juga yang bakal tahu kalau menculik dia maka si penculik bakal jadi orang kaya. Tapi agaknya kewarasanku sudah nggak ada lagi, mungkin tersisa sedikit kalau saja wajah Arthur nggak terbayang di benakku.
Vira sedikit sesenggukan. Entah akting atau apa, tapi dia kan nggak punya uang. Dan nggak mungkin juga aku biarin dia keluyuran tanpa tujuan. Aku lalu langsung menghalangi dia ketika mau keluar.
“Minggir, katanya kamu ngusir aku kan?” dia berkata seperti itu sambil menangis.
“Kamu mau kemana emangnya?” tanyaku.
“Nggak tahu deh, ke rumah bibiku mungkin. Emang di dunia ini nggak ada yang ngerti aku, semuanya brengsek. Mbak brengsek, papa brengsek, mama brengsek, lo juga brengsek! Nggak sensitif ama cewek!” katanya.
“Oke, aku ijinin kamu tinggal di sini, tapi ada satu syarat,” kataku.
“Sungguh?” raut mukanya langsung berubah.
“Iya, iya, tapi ingat ada syaratnya dan kamu harus ikut dalam permainan ini. Aku mau memberi pelajaran ama papamu,” kataku.
“Hah? Kenapa ama papaku?”
“Yah, kamu tahu sendiri papamu itu orangnya sadis, menjengkelkan. Aku kepengen menculik kamu”
Vira mengerutkan dahi. “Menculik aku? Maksudnya gimana?”
“Kamu boleh tinggal di sini, melakukan apapun, terserah deh, asalkan kamu mau pura-pura aku culik. Aku mau bikin dia bangkrut itu aja”
Tiba-tiba wajahnya Vira berubah sumringah. “Oke, aku setuju”
Aku heran, “Setuju begitu saja?”
“Iya, aku emang ingin memberi pelajaran ama papaku. Dia itu udah nggak sayang ama aku lagi. Aku sebagai anak tiri ditelantarkan begitu saja ama dia, nggak mama, nggak mbak, nggak papa sama saja semuanya”
“Jadi? Deal?”
Dia mengangguk. “Deal. Mulai sekarang aku korban penculikan. Yuhuuu!” Dia langsung melompat dan melepas sepatunya lagi. Ia langsung menari-nari nggak jelas. Well, kukira setelah ini adalah bagian yang paling seru. Aku nekat melakukan ini karena aku ingin memberi pelajaran kepada Arthur. Seenaknya dia meremehkan diriku. Belum tahu apa siapa aku?
Let’s the game begin.
Bersambung
Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂