one shotone shot

Guru Kami Part 9

MISS TANIA

SISCA

THOMAS

Aku merasakan jantungku berdetak kencang. Apa yang sebenarnya terjadi? Kemana Toni, Blacky dan Miss Tania? Dan tadi siapa atau apa, yang membawa Angga pergi?

Kenapa bisa jadi begini. Di film JAV, tidak seperti ini. Ending di film JAV, sang guru terbawa nafsu dan ketagihan dientot, sampai meminta semua muridnya untuk menyetubuhinya, sampai tiba-tiba suaminya pulang. Pulang? Aku tiba-tiba teringat foto kakaknya Miss Tania yang tadi kulihat bersama William. Dia mengenakan pakaian hitam di foto tersebut. Jangan-jangan kakak Miss Tania pulang, dan mendapatkan Miss Tania telanjang bulat. Sedang ngentot dengan Toni dan Blacky. Lalu dia marah dan menyeret mereka berdua entah kemana. Jangan-jangan tadi yang menyergap Angga, adalah kakak Miss Tania. Tapi apakah manusia bisa melakukan gerakan seperti itu. Seperti punya ilmu meringankan tubuh aja. Kayaknya tidak mungkin. Aku lagi bermimpi ini kayaknya. Ketika aku hendak menampar pipiku.

“Kalian bertiga sembunyi disini aja,” William menarik tanganku. Ditariknya menuju pintu paling dekat dengan kami. Kulihat nomor di pintu kamar 709. Ruangan kosong. Gelap. Sepertinya belum ada penghuninya.

“Mereka tidak akan menyangka kalian bersembunyi di lantai 7. Gua yakin mereka menyangka kita akan kabur ke bawah,” jelas William. “Apalagi ada tali di sini, mereka akan menyangka kita lari jauh dari sini.”

“Kalian bertiga tunggu disini apapun yang terjadi, sampai gua jemput kalian,” jelas William pelan. Dia melirik aku, Fatty yang tampangnya ketakutan sekali, lalu Sandi. “Paham ga?”

Aku mengangguk. Fatty diam saja.

“Lu mau kemana?” tanya Sandi.

“Gua mau ke lantai 8 dulu. Sisca ternyata tinggal disini. Gua mau ajak dia kesini, biar aman,” jawab William.

“Sisca ketua kelas kita?” tanya Sandi.

“Iya,” jawab William singkat.

“Gua ikut,” ucap Sandi kemudian.

“Jangan bro. Gua bisa sendiri,” William tampak keberatan.

“Kita berdua lebih bisa melawan mereka daripada lu sendirian,” ujar Sandi kemudian. Gentleman juga, pemimpin geng kami, meskipun bisa kulihat ekspresi wajahnya agak sedikit takut. William melihat kesungguhan Sandi, akhirnya mengiyakan.

“Tapi lu jangan bertindak sembrono ya,” lanjut William.

“Liat nanti,” Sandi berjalan keluar.

“Kalian tetap disini ya,” William menunjuk kami berdua. Wajahnya sangat serius. Aku sih tidak bisa berbuat banyak kalo ketemu mereka juga. Aku mengangguk. Fatty diam saja.

SISCA

Aku membuka kacamataku. Ini bukan kacamata minus. Ini hanya kacamata untuk menyamarkan diriku. Aku menatap diriku di cermin. Rambut panjangku terurai. Cantik dan imut, kata mama.

Tapi kenapa aku harus pakai kacamata? Dan rambutku harus diikat? Aku kan pengen keliatan cantik. Aku pernah bertanya begitu ke mama. Mama menjawab, banyak laki-laki bejat di dunia ini, sayang. Mereka pasti akan memanfaatkan dirimu untuk kepentingan mereka. Mama tidak ingin kamu menampilkan kecantikan dirimu. Kamu belum dewasa, belum waktunya. Nanti ketika kamu sudah berumur 18 tahun, kamu boleh memperlihatkan kecantikan kamu di depan mereka.

Aku percaya perkataan mama, mama selalu tau yang terbaik untuk aku. Tapi sebentar lagi, pas tengah malam, aku sudah berumur 18 tahun. Tidak ada salahnya kan kalo aku ingin memamerkan kecantikanku sekarang. Aku ingin memakai baju yang agak terbuka daripada biasanya. Aku memakai tanktop tanpa tali. Memperlihatkan dada atasku yang putih mulus. Terlihat sedikit belahan payudaraku. Aiiihh, nakalnya aku. Aku tertawa malu. Lalu bawahnya aku memakai rok pendek bergelombang di atas lutut. Entah kenapa aku ingin tampil seksi. Aku merasa mendekati umur 18 tahun, ada sesuatu yang ingin menyeruak keluar dari dalam diriku. Dan aku ingat perkataan mama juga, di saat umurku 18 tahun, aku akan menemukan pangeranku.

Pangeranku? Wajahku kembali bersemu merah. Mama seperti tau keinginanku.

Tiba-tiba ada yang memencet bel apartemenku. Siapa malam-malam begini yang datang? Aku pelan-pelan membuka pintu. Rantai pengaman pintu masih di slotnya. Ada William dan Sandi di depan pintuku. Benar sekali kata mama, pangeranku datang.

WILLIAM

Lu tau darimana Sisca tinggal disini?” tanya Sandi padaku.

“Tadi pas lagi jalan-jalan gua melihat Sisca keluar pintu apartemennya,” jawabku sambil berjalan pelan-pelan dengan suara lirih. Kami naik tangga ke lantai 8.

“Lu negur dia?” tanya Sandi pelan juga mengikuti langkahku.

“Ga, gua langsung sembunyi. Nanti dia curiga lagi kenapa gua ada disini,” jelasku. Iya Sisca pasti akan curiga kenapa aku ada di gedung apartemen ini. Nanti malah nyambung ke perbuatan kami ke Miss Tania. Pelan-pelan menaiki tangga sambil menajamkan pendengaranku, siapa tau terdengar sesuatu yang mencurigakan. Aku membuka pelan pintu exit di lantai 8. Aku melongokkan kepalaku keluar sedikit. Memperhatikan lorong di lantai 8. Tidak ada siapapun. Lalu aku keluar dengan hati-hati.

“Lu naksir Sisca kan?” tiba-tiba Sandi bertanya seperti itu.

Aku membalikkan badan menatap Sandi.

“Kenapa lu bisa bilang gitu?” tanyaku. Kok Sandi bisa tau ya.

“Gua perhatiin lu sering merhatiin dia di kelas,” jelas Sandi sambil tersenyum kecil.

“Oh,” jawabku singkat. Tidak mau memperpanjang percakapan tentang Sisca. Karena aku memang menyukai Sisca sejak pandangan pertama. Apalagi aku sering melihat Sisca melirik ke arah mejaku. Tapi bukan waktunya membicarakan urusan asmaraku untuk saat ini.

“Ini apartemennya,” kataku. Aku memencet bel.

Tidak lama Sisca membuka pintu. Rantai pengaman masih terpasang. Mata Sisca seperti berbinar-binar melihat kami datang.

“Will, San. Kenapa kalian malam-malam datang ke sini. Tau darimana rumahku,” tanya Sisca sambil membuka pintu setelah melepaskan slot rantainya.

Aku terpana melihat Sisca. Penampilannya berbeda dari tadi dan di sekolah. Rambut panjangnya tergerai dan tanpa kacamata. Apalagi pakaiannya, bagian atasnya memperlihatkan dadanya yang putih dan sedikit belahan dadanya. Aku sempat bersemu merah ketika menatap belahan dadanya. Dan bawahnya memakai rok mini bergelombang, memperlihatkan pahanya yang putih mulus. Cantik dan seksi banget. Aku meneguk ludah. Sesaat aku jadi lupa tujuan aku kesini. Sandi pun tampaknya terpesona melihat Sisca.

“Kok kamu beda banget, Sis. Cantik dan seksi,” ucap Sandi tanpa basa basi. Aku melihat wajah Sisca bersemu merah mendengar pujian Sandi.

Akhirnya aku tersadar dari keterpesonaanku.

“Mama dan papa kamu mana?” tanyaku.

“Mereka lagi ga disini,” jawab Sisca.

Jadi dia lagi sendirian. Aku harus melindunginya.

“Ayo pergi Sis. Bahaya kalo kamu sendirian disini,” refleks aku memegang tangannya lalu menariknya keluar. Tangannya halus banget.

“Kenapa Will? Bahaya apa?” tanyanya tapi mengikuti aku yang menarik tangannya.

Pertanyaan Sisca langsung terjawab ketika kami keluar apartemen Sisca. Ada 4 orang berpakaian hitam menghadang kami ketika kami hendak menuju tangga.

MISS TANIA

Hari ini pertama aku mengajar di sekolah ini. Anak-anak SMA, masih segar-segarnya. Aku mengajar matematika. Aku suka matematika dari dulu. Jadi ini sangat gampang buatku. Aku sengaja mengenakan kemeja putih yang ketat ketika mengajar. Kalo saja aku bisa pake rok mini, aku akan pake rok mini untuk mengajar.

Aku suka pandangan para siswa laki-laki yang terpesona menatap kecantikanku apalagi mereka paling senang menatap dadaku yang membusung. Maklum lah, umur segitu kan lagi puber-pubernya. Siapa yang tidak tertarik melihat bentuk tubuhku yang proporsional. Guru-guru pria pun kadang kuperhatikan mereka sering meneguk ludah ketika berbicara denganku.

Selama aku mengajar disini, ada satu siswa yang menarik perhatianku. Sandi namanya. Anak orang kaya, dan wajahnya itu sangat tampan. Aku sering memperhatikan Sandi sering menatap ke arahku. Aku yakin dia bukannya memperhatikan apa yang kuajarkan tapi sedang menatap wajahku atau mungkin tubuhku. Lalu aku mencari tau tentang Sandi dari guru-guru dan dari siswa-siswi lain. Sandi ternyata ketua geng yang terdiri dari 6 anak termasuk dia. Dan aku tau juga kalo beberapa dari mereka tuh termasuk brengsek apalagi Sandi. Sering gonta ganti cewe, terus mengambil perawan mereka. Cocok nih buat jadi incaranku.

Dan aku bisa merasakan Sandi dan teman-temannya sedang merencanakan sesuatu. Dan sesuatu itu berhubungan denganku. Apalagi ketika ada satu siswa baru masuk. Entah bagaimana caranya dia bisa langsung masuk ke geng nya Sandi. Wajahnya sih tidak setampan Sandi. Tapi aku bisa melihat pandangan matanya yang tajam. Ada sesuatu yang menarik dari dirinya.

Seminggu terakhir ini, aku pun ingin menggoda semua gengnya Sandi. Ketika aku menyuruh anak-anak mengerjakan soal. Aku berkeliling kelas. Ketika berada dekat dengan Sandi atau teman-temannya, aku sengaja berjalan dekat dengan meja mereka. Kadang aku pura-pura tidak sengaja menyentuh lengan mereka atau kadang menggesek meja mereka dengan pinggulku. Atau kadang aku pura-pura memeriksa pekerjaan mereka dengan membungkuk sehingga mereka bisa melihat ke arah dadaku. Aku ingin menggoda mereka, mungkin dengan wangi tubuhku paling tidak. Melakukan hal itu membuat aku bersemangat. Aku merasakan gairahku muncul. Dan melihat tatapan mereka, aku semakin yakin mereka pasti sedang merencanakan sesuatu untukku. Baguslah. Sudah lama aku tidak bersenang-senang. Aku tidak sabar menunggu apa yang akan mereka lakukan padaku.

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *