Guru Kami Part 4

MISS TANIA

SISCA
THURSDAY 18:00
SANDI
Seperti kesepakatan kami, kami akan ke apartemen Miss Tania hari ini. Aku mengemudikan Alphardku. Toni duduk di depan. Yg lain duduk di belakang. Alex dan Fatty duduk paling belakang. Fatty duduk paling belakang karena biar paling gampang ngambil tasnya, yang tentu saja aku yakin isinya makanan semua dan maaf karena ukuran tubuhnya. Ga gede-gede amat sih hanya ukuran 2 kali orang dari kami aja. . Tas-tas kami yang lain kami simpen di belakang. Tasku tentu saja yang paling besar. Isinya perlengkapan yang sudah aku titip beli. Kenapa hari ini? Entah aku sudah cerita atau belum. Hari ini ultahnya Miss Tania. Setelah mengecek lewat kantor TU. Aku bisa tau alamat Miss Tania. Sebuah apartemen satu tower di tengah kota sih sebenarnya. Cuma yang aku tahu, apartemen itu kurang laku. Terlalu banyak apartemen di kota ini. Pembeli dalam kotanya sedikit malahan banyak penduduk luar kota yang membelinya. Pemikiran penduduk luar kota adalah daripada ketika bermain ke sini, mereka nginap di hotel. Mending mereka tinggal di apartemen milik mereka sendiri. Begitulah kondisi per apartemen an di kotaku. Curcol dikit ya. Hehehe
Suasana di mobil, kami banyak diam. Entah gugup atau tegang…bagian bawah. Hahaha.
Aku sendiri dalam otakku, kembali memainkan skenario yang akan kami mainkan nanti. Nanti tas kami tinggal dulu, biar Miss Tania gak curiga. Kami hanya membawa bungkusan kue ultah. Minuman. Satu kado dariku, biar Miss Tania gembira dan tidak mencurigai kami yang datang tiba-tiba dalam jumlah yang cukup banyak bertujuh. Ga ada cewenya lagi. Dan tentu saja bubuk obat bius yang akan aku masukkan ke dalam minuman Miss Tania. Kok aku jadi super gugup yah membayangkan hal ini. Tapi kontrol terkuat ada di selangkanganku. Yang mengalahkan logika-logika lainnya. Dasar bajingan kami ini. Guru aja jadi incaran kami. Jangan salahkan kami, inilah gejolak kaum muda. Dan lebih-lebih jangan menyalahkan gejolak kaum muda. Salahkan Miss Tania, kenapa dia begitu cantik, imut dan seksi.
Sesampainya kami di apartemen Miss Tania. Bener-bener sepi nih apartemen. Security pun tidak ada. Kantor pemasarannya pun tutup. Hanya ada spanduk no hp yang bisa dihubungi. Lantai bawah yang biasanya digunakan untuk counter-counter dagangan. Hanya satu yang buka, yang lainnya tutup atau memang tidak ada yang menyewa. Aku parkir mobilku agak jauh dari counter yang buka itu. Aku tidak ingin ada yang mengenali nomor mobilku.
Kami turun. Kini wajah-wajah temanku tampak lebih gugup. Mudah-mudahan kegugupan ini tidak akan terlihat oleh Miss Tania. Entar dia curiga lagi. Aku mengambil bungkusan yang sudah kurencanakan tadi. Aku minta Fatty yang membawa kue ultahnya.
“Jangan lu makan, Fat!” ancamku. Akhirnya aku merubah keputusanku setelah melihat mimik wajah Fatty seakan-akan ingin melahap kue itu sekarang.
“Lu tolong bawain aja, Ton,” sambil aku mengambil bungkusan kue ultah itu dari tangan Fatty.
Fatty mendelik padaku lalu mendelik pada Toni, kemudian mengambil sebatang silver queen dari kantongnya. Dan memakannya.
Aku melihat Alex, tumben nih blacky kalem banget tapi wajah gugupnya tetap terlihat sih. Tapi untuk standarnya Alex. Wajahnya kini termasuk kalem. Apa uda nyimeng ya tadi? Tapi aku liat ada yang menyembul dari celananya. Kamprettt, uda mikir yang aneh-aneh aja nih anak. Mudah-mudahan Miss Tania ga curiga melihat tampang-tampang mesum kami, doaku dalam hati. Untung hal mesum aja, perlu doa ya. Dasar bejat!!!
Kami berjalan menuju lobi apartemen. Bener-bener sepi seperti yang kubilang. Kami bertujuh, anak-anak mesum berjalan dengan gagahnya menuju inceran kami. Apalagi William, memakai jaket warna hitam agak panjang hampir mendekati lutut. Seakan-akan mafia Hongkong. Woiii, kita mau ngentot bukan mau perang gangster. Wajahnya apalagi dibikin cool gitu. Untung ga pake kacamata hitam.
Di lobi, aku melihat ada seorang wanita sekitar berumur 25an. Sebenarnya cukup cantik, hanya dandanannya aja yang menor. Memakai kaos tanpa lengan warna merah, memperlihatkan belahan buah dadanya yang montok sedikit, dengan dada atasnya yang putih mulus tanpa noda. Dan bawahnya memakai rok mini hitam. Sehingga pahanya yang putih terekspos. Melihat penampilannya, kayaknya dia PSK. Wajah dan bodinya menarik sebenarnya. Tapi jelas Miss Tania lebih menggoda. Aku melihatnya sekilas. Aku memencet tombol lift.
Aku sempat melihat ke belakang, William dengan tampang coolnya berdiri paling belakang. Sialan nih anak, makiku. Dia mau tampil keren di depan Miss Tania. Lalu tiba-tiba PSK tadi merangkul William dari belakang. Tampang cool William langsung hilang. Tergantikan wajah kaget. Hahaha sukurin, sok cool lu, Will.
PSK itu merangkul William sampai ketarik ke sofa.
“Ayo mas ganteng, temenin Anna yuk,” ujarnya merayu.
Kami berenam tertawa melihat tampang kaget William. Lalu pintu lift terbuka. Semua temanku masuk.
“Ayo Will!” panggilku. Aku melihat William seperti berbicara pelan pada wanita itu, namun akhirnya William bisa melepaskan diri dari PSK itu. Lalu buru-buru lari masuk ke dalam lift. Aku melihat PSK itu menatap ke arah kami.
“Lu kalo mau ama cewe itu, boleh kok Will. Kami berenam sanggup mengatasi Miss Tania,” selorohku.
“Ah gila lu. Gua juga mau ngincar Miss Tania kali. Buat Fatty atau Thomas aja, cewe tadi mah,” jawab William dengan santainya.
“kenapa buat gua?” jawab Thomas. Fatty tidak komen, mulutnya lagi penuh dia.
“Lu kan cuma bisa coli selama ini. Anggap aja sama cewe tadi latihan praktek dulu. Nanti kalo uda bisa, baru ama Miss Tania. Biar lu entar dapat nilai A dari Miss Tania, jangan sampai remedial,” canda William pada Thomas. Untuk mencairkan suasana tegang di antara kami.
“Emang sekarang ini, kita mau ekskul gitu. Sialan,” sewot Thomas sambil membenarkan selangkangannya.
Kami bertujuh tertawa. Tapi dalam hati mesumku. Iya yah. Asik juga kalo ada ekskul kayak begini. Wkwkwkwk. Dasar gila.
TONI
Kenapa aku jadi tegang begini ya? Berasa kayak pertama kali aku merawanin Sherly. Cewe pertama yang gua tembus perawannya. Seperti ini nih rasanya. Perasaan dag dig dug. Tidak menentu. Gundah gulana. Resah. Ga karuan. Kagok, sebut aja semua sinonim dalam kamus besar Bahasa Indonesia aku masukin buat nambah banyak kata. Biar keren. Hadeuh.
Apakah ini efek obat kuat yang aku dapet dari Alex? Aku ingin terlihat perkasa dalam menghadapi Miss Tania. Makanya aku minta ke “DEWA OBAT-OBATAN”, si Alex. Kesempatan ini belum pernah aku dapatkan. Mungkin kalo ini sukses, kami akan ngerjain wanita lain, mungkin ya. Kalo sukses.
Tapi melihat ekspresi teman-teman yang juga seperti mempunyai perasaan yang sama denganku. Sandi yang biasanya pun datar-datar aja, tidak bisa menyembunyikan mimik tegangnya. Mungkin wajar aku mempunyai perasaan seperti ini. Belum lagi otakku uda mikirin yang ngeres tentang Miss Tania. Sudah membayangkan payudaranya dengan putingnya yang coklat atau pink. Nanti kita buktikan. Vaginanya yang pasti sangat menggairahkan. Damn, penisku ngaceng lagi. Aku membenarkan posisi dudukku, sambil liat ke arah Sandi yang lagi nyetir di kananku.
Suasana sepi apartemen malah menambah rasa gugupku. Untung kejadian yang menimpa William dan candaan di lift tentang Thomas sedikit menenangkan. Aku melihat Sandi menekan angka 7 di lift. Begitu lift membuka. Deg deg deh. Here we go.
Lorong apartemen sepi. Kami sekarang berhenti di depan pintu apartemen Miss Tania. Kami saling berpandangan. Seakan-akan sedang mengundi, siapa yang sial, yang terpilih untuk membunyikan bel apartemen Miss Tania. Tidak perlu diundi ternyata, Alex yang tampaknya masih gugup tapi tertutup wajah kalemnya, memencet bel. Ting tong. Kami menunggu. Tidak ada yang membuka pintu. Seakan-akan dikomando, kami semua menghela napas. Sekali lagi Alex memencet bel. Tiba-tiba pintu terbuka sebagian kecil. Aku bisa melihat Miss Tania muncul dengan memakai tanktop warna hitam ditutup dengan kemeja tidak dikancing dan rok mini blue jeans 10 cm di atas lutut. Aku terkesima melihat penampilannya. Gila nih guru. Cantik dan seksi banget.
“Lho ada apa kalian kesini?” tanya Miss Tania bingung tapi dengan menyungging senyum. Ya ampun, manis banget senyumnya.
“Selamat ultah, Miss. Kami bawa kue ultah,” akhirnya Sandi berbicara. Mungkin setelah dia meneguk ludah beberapa kali. Tangan Sandi menyodorkan bingkisan yang dipikirnya itu kue ultah. Kuenya kan di aku, San, batinku.
“Eh salah Miss. Kuenya di Toni,” lanjut Sandi sambil memerah wajahnya. Aku menyodorkan kue ke Sandi.
“Ini, Miss,” ujar Sandi berusaha memperbaiki harga dirinya.
“Waduh jadi merepotkan kalian. Ayo masuk,” Miss Tania tertawa renyah, membiarkan kuenya tetap di tangan Sandi. Miss Tania lalu menarik rantai pengaman pintu dari slotnya. Lalu membuka pintunya lebih lebar dan mundur ke belakang. Membiarkan kami masuk. Ketika aku lewat di dekatnya. Gila bros. Wangi banget tubuh Miss Tania. Membuat otongku berdiri. Dan hampir aku menyerempet payudaranya yang membusung. Anjritt. Aku kok jadi horny begini yah.
“Silakan kalian duduk di sofa,” ucap Miss Tania kemudian. Setelah kami seperti anak pramuka. Langsung duduk dengan rapi. Berdempetan tapi rapi. Lumayan tidak memalukan lagi seperti insiden kue ultah tadi. Fatty duduk sendiri di sofa single. Miss Tania memperhatikan kami satu-satu dengan mata beningnya. Dan ekspresi senang melihat kami datang. Penisku berdiri lagi melihat postur tubuhnya yang sedang berdiri menatap kami. Gila, dia belum bugil aja, uda ngaceng gini. Kenapa pesonanya demikian hebat ya.
Kami bertujuh diam, bingung mau ngapain. Biasanya Sandi dan aku paling jago memikat wanita, Angga juga lumayanlah. Tapi sekarang kami bingung mau ngapain. What the fuck?
Aku sempet melihat Thomas dan Fatty. Kasian aku ngeliatnya. Mulut melongo. Ada iler dikit di deket mulut mereka. Kalo Fatty ilernya ngumpul kompak ama coklatnya. Hadeuh. Oh Alex juga ternyata kasusnya kayak Thomas. William malah kayak ga fokus. Melihat sekeliling apartemen Miss Tania. Takut kali dia kalo menatap Miss Tania, bisa ileran kayak Thomas, Fatty dan Alex. Untung aku, Sandi dan Angga masih bisa mempertahankan stabilitas wajah kami. Lebih terhormat sedikit.
“Lha kok kalian diem aja. Ayo keluarin kuenya. Kita makan bareng-bareng,” ucap Miss Tania lagi. Seakan-akan dia yang sedang mengajar anak-anak SD yang terpesona dengan guru cantik seksi.
Sandi mengeluarkan kuenya dari kotaknya. Aku bantu karena aku duduk di sebelah Sandi.
“Perlu pisau?” tanya Miss Tania tetap berdiri di dekat kami.
“Ga usah, Miss. Pisau plastik ama piring kertas dan garpunya uda kami siapin,” jawab Sandi. Mulai bisa bereaksi normal si Sandi.
“Waduh. Bagus banget kuenya,” Miss Tania berjalan mendekat. Aku melihatnya. Please Miss Tania, jangan membungkuk di depanku. Please….
Ternyata keinginanku tidak terjadi. Atau sebenarnya itu keinginanku terdalam. Miss Tania membungkuk pas di depanku. Ingin memperhatikan kuenya dari dekat. Dan…terpampanglah belahan payudara montoknya yang tertutup bra warna pink. Terlihat sebagian. Setengahnya lah di depanku. Aku meneguk ludah. Seketika berhenti membantu Sandi. Berlangsung beberapa saat, sebelum akhirnya tubuh Miss Tania berdiri lagi, lalu mengambil satu kursi lipat di ujung ruangan. Dan membukanya di dekat Fatty. Aku tidak berhenti menatap Miss Tania. Apa begini ya, pesona wanita dewasa. Aku pikir aku sudah cukup berpengalaman dengan wanita. Tapi kenapa dengan dia, aku jadi kayak anak masih bau kencur. Sialan Miss Tania. Aku harus cepat-cepat mengeluarkan spermaku ini sebelum kepalaku pecah menahan libido. Bedebah juga kau, lex. Kenapa obat kuatmu sedemikian dahsyat. Obat kuat atau obat perangsang ini? Anjing!!!
ANGGA
Akhirnya tiba juga saat ngerjain Miss Tania. Akhirnya waktu eksekusi tiba. Suasana di mobil pada gugup. Aku juga. Ini sebenarnya kita melakukan kriminalitas ga ya. Ah gimana entar. Yang penting ena-ena dulu.
Kebayang kan gimana tubuh Miss Tania yang terbalut kemeja putih ketat dan rok hitam sepanjang lutut. Itu aja uda bikin aku membayangkan yang tidak-tidak. Kini aku duduk di ruang tamunya. Dimana Miss Tania pake tanktop hitam dengan kemeja putih tidak dikancing dan rok mini blue jeans setinggi 10 cm di atas lutut. Gila aja, tambah ga konsen aku.
Apalagi ketika aku masuk ke apartemennya. Entah sengaja atau tidak, tangan kiriku menyenggol payudaranya yang montok. Tambah ngaceng aku. Kini ditambah Miss Tania menunduk. Hoki banget si Toni. Dia persis tepat di depan posisi Miss Tania membungkuk. Aku aja yang duduk di samping Toni, sempet liat belahan payudara Miss Tania sebelah kiri. Anjrittt…pengen langsung aku remes tuh susu. Untung aku hanya liat sebagian, kayaknya kalo liat full bisa kayak si Toni. Terbengong maksimal.
Tapi ketika Miss Tania duduk di sebelah Fatty. Aku yang hoki sekarang. Posisi duduknya pas, garis lurus denganku. Sehingga entah hanya bayanganku atau tidak, aku bisa melihat celana dalam Miss Tania apabila Miss Tania dalam posisi kakinya melebar. Damn. Apalagi roknya ketarik ke atas ketika dia duduk. Paha putih mulusnya sudah pasti terlihat. Penisku menyembul banget.
Fatty sudah mulai normal karena sudah terpampang kue di depannya. Iler dan coklatnya udah bersih dari mulutnya.
“Kita nyanyi dulu ya, Miss,” Sandi pun sudah normal. Sudah kembali menjadi Sandi si playboy ulung. Kuenya uda dipasang lilin yang sudah nyala.
Lalu sambil bertepuk tangan kami nyanyi Happy Birthday. Miss Tania tampaknya senang melihat kehadiran kami. Dan aku pun lebih senang karena Miss Tania sekarang duduknya melipat kaki kanan di atas kaki kirinya sehingga paha bawahnya lebih terlihat. Ngaceng coy.
Lalu kenikmatanku berakhir ketika Sandi berdiri mengangkat kue di tangannya dan kita semua ikut berdiri termasuk Miss Tania.
“Tiup lilinya Miss. Terus make a wish ya,” ucap Sandi sambil mendekatkan kuenya ke Miss Tania.
Miss Tania meniup lilinya dan memejamkan mata. Make a wish. Aku menatap Sandi. Sandi menatapku dan memberi kode ke arah Blacky. Aku melihat Blacky, wajahnya masih melongo konstan menatap Miss Tania.
Aku senggol bahu Blacky keras. Baru dia tersadar dari ke-melongo-annya. Dia mengusap wajahnya dengan tangan kanannya yang hitam dan kembali normal wajahnya. Hitamnya mah tetep Cuma ekspresinya normal. Gila aja kalo dia gitu terus. Bisa gagal rencana kita.
“Potong kuenya, potong kuenya,” suara Fatty terdengar keras. Giliran makanan, semangat dia.
“Aku yang potong aja ya, Miss,” lanjut Fatty sudah memegang pisau plastik di tangannya.
“Boleh,” jawab Miss Tania sambil tertawa sambil duduk. Kami pun duduk semua.
Lalu Fatty memberikan sepotong kue ke Miss Tania.
“Makasih, Bimo,” ucap Miss Tania sambil mengambil potongan kuenya di atas piring kertas. Lalu Fatty membagikan kuenya ke kami-kami semua.
“Fat, kok kue potongan kue lu lebih gede dari kita-kita. Malah lebih gede daripada yang Miss Tania yang lagi ultah,” ujar Toni.
Aku melihat ke arah kue Fatty. Gila emang gede banget. Dasar Fatty.
“Hehehe,” Fatty ketawa. Miss Tania pun tertawa renyah. Damn, seksi banget ketawanya. Dadanya berguncang. Kedua payudaranya seakan-akan memanggilku untuk mendekat.
“ya uda ga apa-apa. Kan badan Bimo emang gede, jadi dia butuh lebih banyak asupan makanan,” Miss Tania mengerdipkan mata kirinya ke Fatty. Anjrittt…menggoda banget nih orang.
“Ayo makan semuanya. Makasih banyak ya, kalian uda baek banget, sengaja datang ke sini buat ultah Miss,” ucap Miss Tania sambil mengangkat piring kertasnya mengajak semua makan bareng.
“Sama-sama, Miss,” ucap kami kompak.
Terus ini gimana Sandi mau masukin obat biusnya biar ga keliatan Miss Tania.
“San, minumnya jangan lupa dong,” ucapku sambil berdiri mendekati Sandi. “Gua bantu di dapur ya tuanginnya.” Pandanganku mengajak Sandi untuk mengikutiku.
“Ya bener Nga. Biar lebih gampang,” Sandi mengerti maksudku.
Lalu kami berdua berdiri dengan posisi, aku membelakangi Miss Tania, biar tidak terlihat ketika Sandi memasukkan obat bius ke minuman Miss Tania.
“Inget-inget cangkir plastiknya yang mana untuk Miss Tania,” ucap Sandi lirih sambil menuangkan teh kotak berukuran besar ke masing-masing cup plastik.
“Siap bos,” jawabku dengan suara lirih juga.
Lalu sambil melirik Miss Tania sekilas, Sandi memasukkan bubuk obat bius ke satu cup yang isinya lebih sedikit. Keliatan sih mana yang buat Miss Tania. Setelah terlihat obat bubuknya larut. Lalu kami saling berpandangan.
“Ready bro,” ucap Sandi lewat pandangannya.
“Siap bro. Ayo kita bersenang-senang, ngentotin Miss Tania,” jawabku lewat tatapanku.
“Mudah-mudahan obat biusnya pas kadarnya, bukannya malah bikin pingsan sampe besok. Here we go,” kami berdoa lewat tatapan kami.
Sandi tersenyum penuh kemenangan. Aku pun juga tersenyum senang.
Bersambung
Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂