one shotone shot

Guru Kami Part 16

MISS TANIA

SISCA

23:50

THOMAS

Miss Tania menatap kami satu persatu. Tatapannya tajam. Namun wajahnya masih terlihat cantik, imut dan sensual. Woi, Thom, dia itu vampir. Emang lu masih nafsu ama vampir? Entah kenapa aku menepuk jidatku sendiri lagi dalam kondisi tegang begini.

Aku lihat tangan William di belakang tubuhnya. Aku belum pernah melihat William beraksi dengan pisau dan pistolnya. Tapi tadi melihat William melawan Sandi, tidak kusangka William jago banget. Mudah-mudahan William bisa melawan Miss Tania dan anak buahnya. Itu anak buahnya kok cantik-cantik ya. Lagian Miss Tania, gaunnya bikin pandangan tidak terlepas dari belahannya yang memperlihatkan paha kanannya yang putih mulus. WOIII, THOM, Miss Tania itu vampir. Buset, What’s wrong with me? Aku harus berhenti nonton bokep kayaknya.

Seakan-akan tau, aku sedang membayangkan Miss Tania. Miss Tania menatapku.

“Tangkap yang berkacamata itu dulu,” perintah Miss Tania pada anak buahnya.

“APA?!!”

WILLIAM

Aku sudah bersiap-siap untuk mencabut pisau dan pistolku. Entah siapa yang akan diserang oleh Miss Tania duluan. Mudah-mudahan mereka semua tidak berpencar dan menyerang kami semua bersamaan. Kalo itu terjadi, bisa repot aku. Dalam benakku berpikir, siapa di antara kami yang paling lemah? Thomas. Thomas yang harus kulindungi pertama kali. Aku menatap Miss Tania, Miss Tania pun sedang menatapku. Pandanganku kualihkan ke Thomas yang berdiri agak dekat dengan kamar mandi.

“Tangkap yang berkacamata itu dulu,” perintah Miss Tania pada anak buahnya. Yes, perangkapku berhasil. Aku sudah bersiap siaga melindungi Thomas. Dua anak buah Miss Tania, melompat barengan. Gaun hitam mereka yang panjang, seakan-akan bagaikan malaikat maut seksi yang sedang menjemput korbannya. Andai mereka bukan vampir, harus kuakui kalo dalam adegan slow motion, gerakan mereka terlihat sangat elegan. Mereka berdua sambil melompat mengeluarkan dua pedang pendek.

Thomas yang melihat dia akan diserang, segera berlari ke arah kamar mandi. Kenapa bukan berlari ke arahku, Thom? Aku nyengir. Aku segera mengeluarkan pisauku. Lalu tiba-tiba, dua anak buah Miss Tania yang lain, bergerak berpencar ke arah Fatty dan Angga. Bedebah. Perintah yang pertama hanya kamuflase. Miss Tania memerintahkan dua makhluk barusan lewat telepatinya. Cerdas. Aku jadi harus menebak-nebak apa gerakan Miss Tania berikutnya.

Uda kepalang tanggung. Aku langsung mengeluarkan pistolku, mengarahkan pistolku ke arah kedua kepala makhluk yang menyerang Thomas. Kena satu. Tapi yang satunya, tiba-tiba memutar arah, menyerang ke arahku. Aku melihat Angga sedang bertarung dengan satu dari mereka. Lumayan ada perlawanan dari Angga, tapi entah sampe kapan bisa bertahan. Tapi aneh kenapa kedua vampir itu tidak menggunakan senjata mereka. Fatty yang tiba-tiba mimik wajahnya serius tanpa sambil mengunyah. Menatap tajam makhluk yang sedang bergerak ke arahnya. Lalu tiba-tiba, Fatty melemparkan sebuah gelas kaca ke arah vampir yang menyerangnya. Good boy, Fatty.

Vampir yang meyerang Fatty menghindar dari lemparan Fatty. Langsung saja aku memanfaatkan kesempatan ini, melompat ke arahnya. Begitu jarakku sudah dekat, kutembak kepalanya. Sambil aku memutar tubuh dan menangkis serangan pedang pendek dari vampir yang tadi tiba-tiba berubah arah menyerangku dengan pisauku.

Namun tiba-tiba, kulihat kakaknya Miss Tania bergerak cepat ke arah Anna.

“Will!” Anna berteriak ketakutan.

Bajingan. Aku bergerak ke arah Fatty, sehingga tidak ada yang melindungi Anna. Vampir yang menyerangku tadi kini mengarahkan pedangnya ke arah kedua kakiku. Aku bersalto sambil menembakkan peluru ke arah kakak Miss Tania, meleset tapi gerakannya ke arah Anna, sempet terhenti.

Kemudian kudengar Fatty berteriak, menabrakkan tubuhnya ke arah vampir yang menyerangku tadi. Membuat dia terpental ke arah Anna. Ketika dia terlempar melewatiku, kutembak kepalanya. Good job, Fatty. Aku tersenyum singkat pada Fatty. Lalu aku menembakkan lagi ke arah kakaknya Miss Tania. Tiba-tiba dia mengeluarkan pedang yang tidak terlalu pendek tapi juga tidak terlalu panjang, dengan bentuk tengkorak di ujung gagang pedangnya. Dia menangkis peluruku dengan pedangnya itu. What? Pedang yang kuat. Dia tersenyum penuh kemenangan. Aku menggerakkan tangan kananku yang memegang pistol ke depan. Menggerakkan pistolku dari kanan ke kiri lalu balik lagi ke kanan. Biar dia menebak aku akan menembak ke arah mana. Ketika aku melakukan itu, kudengar Angga berteriak. Wajahnya kena hantam oleh kepalan makhluk yang menyerangnya. Kenapa makhluk itu tidak memakai pedang melawan Angga? Apakah Miss Tania ingin menangkap kami hidup-hidup untuk mengisap intisari kami?

Dengan sudut mataku, kulihat Fatty menabrakkan dirinya lagi ke arah vampir yang menyerang Angga. Namun kini serangannya gagal, malahan Fatty terjatuh ke sofa dan tubuhnya mental jatuh ke bawah. Lalu dengan pistolku yang mengarah ke kakaknya Miss Tania, aku tiba-tiba bergerak maju, mengarahkan pisauku ke arah kakak Miss Tania, kuserang dia dari samping kiri dengan pisauku. Lalu mendadak kugerakkan pistolku, menembak kepala vampir yang menyerang Angga. Dan dia pun terjengkang ke samping mati.

Pisauku ditangkis oleh lawanku. Lalu dia mencoba menendang dadaku dengan kaki kanannya. Aku menggerakkan pistolku ke arahnya. Dengan cepat dia memutar tubuhnya, menyerang tangan kananku yang memegang pistol dengan pedangnya sambil tetap mengarahkan kakinya ke dadaku. Aku menggerakkan tangan kananku menghindar dari pedangnya dan kuarahkan pisauku untuk menggertak kaki kanannya agar batal menyerangku. Gila, dia tidak bergeming, tetap mengarahkan kaki kanannya ke arah dadaku. Pisauku menyayat pahanya tapi dadaku kena tendangannya. Aku mundur beberapa langkah, dadaku terasa sakit.

Aku belum pernah melawan siapapun, yang rela tubuhnya terluka asal serangannya masuk. Dasar gila. Kakaknya tidak mempedulikan kakinya yang terluka, dia langsung menyerangku lagi dengan pedangnya. Aku mengarahkan pistolku ke arahnya. Dia bergerak ke kanan lalu kemudian menunduk, masih mengarahkan pedangnya padaku tapi kini dari bawah, pedangnya terangkat ke atas, ingin menyerang dadaku lagi. Aku menggunakan pisauku untuk melukai tangan kanannya yang sedang memegang pedang. Lalu tiba-tiba dia serangan pedangnya berubah ke arah tangan kananku yang memegang pistol. Pisauku mengenai tangan kanannya dan untung aku segera menggerakkan tangan kananku untuk menghindar sehingga serangannya hanya menyayat sedikit pangkal lengan kananku. Dengan gerakan cepat aku memutar tubuhku searah jarum jam. Sambil memutar, aku melempar pisau dan pistolku sehingga tangan kananku menangkap pisau dan pistol dengan tangan kiriku. Lalu aku putar gerakan memutarku dengan pisau di tangan kananku ingin menebas kepalanya. Lalu dengan gerakan cepat, kakaknya Miss Tania menangkis sabetan pisauku. Lalu tangan kiriku yang memegang pistol dengan gerakan cepat, menembak ke bawah ke arah dadanya. Dadanya tertembak lalu kutembak lagi ke arah kepalanya. Tewaslah kakak Miss Tania seketika itu juga. Pedangnya terjatuh di sampingnya.

“Suamiku!”

Aku dengar Miss Tania berteriak. Namun ternyata dia tidak menyerangku tapi bergerak cepat ke arah Thomas. Membanting Thomas ke arahku. Thomas berteriak ketakutan seiring tubuhnya seakan-akan terbang ke arahku. Sekali lagi Fatty bergerak cepat, dengan tubuhnya yang empuk, menangkap Thomas. Lalu aku buru-buru bergerak ke samping kanan, menembak pistolku ke arah Miss Tania. Miss Tania melompat menghindar. Gerakannya sangat cepat. Aku menembak lagi beberapa kali dan semua bisa dihindari oleh Miss Tania. Fatty berhasil menangkap Thomas tanpa terjatuh. Aku mengganti magazine peluruku yang kosong. Angga sudah berada di sebelahku. Di tangannya sudah ada pedang yang tadi digunakan oleh suaminya Miss Tania.

Kulihat mata Miss Tania menatap pedang yang dipegang oleh Angga. Matanya agak sedikit berkaca-kaca. Ternyata itu suaminya, kupikir kakaknya seperti yang diakui oleh Miss Tania waktu itu.

“Akan kubunuh kalian satu persatu dengan tanganku sendiri, tapi sebelumnya akan aku hisap intisari kalian dulu sampai kalian berharap kalian mati saja,” wajahnya terlihat bengis. Sekali lagi aku menembak Miss Tania tapi kini aku sambil bergerak maju. Miss Tania begitu gesit, melompat ke sana kemari dengan cepat menghindari peluruku. Dia seakan-akan terbang dengan lincah, dia sama sekali tidak mau berhadapan langsung denganku. Pintar. Peluruku habis lagi tanpa mengenai dirinya satupun. Aku mengganti magazine ku lagi.

Aku harus hati-hati sebelum menyerangnya lagi. Bisa habis peluruku kalo aku sembarangan menembaknya. Tiba-tiba ada benda bergerak ke arah Miss Tania, ternyata Fatty dan Thomas ada di dapur. Mereka melemparkan piring dan gelas kaca ke arah Miss Tania. Lemparan mereka memang asal-asalan, tapi justru lemparan mereka yang random, membuat Miss Tania bingung untuk menghindarinya, sampai kemudian dia berada di dekat tembok, dia seperti meringis. Memegang leher bagian kirinya Ada sedikit darah. Padahal tadi kuperhatikan lemparan piring dan gelas tidak ada yang mengenainya. Barusan hanya mengenai dinding dekat tempat Miss Tania berdiri. Hmm, berarti Miss Tania kena pecahan kaca yang terpantul dari tembok.

“Fatty, kamu nakal ya. Nanti Miss hukum kamu lho,” ucap Miss Tania menggoda sambil mengisap dari di jarinya. Gerakannya begitu sensual andai kami tidak tau dia seorang vampir.

Pistolku masih di tangan kiriku. Kusimpan pisauku. Lalu dengan gerakan cepat aku menembak Miss Tania. Miss Tania bergerak ke arah kiriku, sambil pistolku kutembakkan beruntun mengikuti gerak tubuhnya yang menghindar ke arah kiri. Lalu dengan gerakan cepat, aku mengambil pedang di tangan Angga. Kulemparkan dengan sekuat tenaga, namun meleset, pedangnya menembus tembok pas di sebelah kanan kepala Miss Tania.

Miss Tania tertawa.

“Meleset terus Will. Tembakan dan lemparanmu meleset. Ternyata kamu tidak sejago yang kamu kira. Ayo tembak lagi, habiskan pelurumu sayang. Abis itu Miss akan menikmati semua cairan di tubuhmu dan teman-temanmu,” Miss Tania mentertawakan aku sambil tetap berdiri di tembok dengan pedang suaminya yang tertancap di tembok di sebelah kananya.

Aku menembak lagi ke arah Miss Tania. Dia menggerakkan kepalanya sedikit sehingga peluruku meleset. Kutembak lagi, dia dengan tenang hanya menggerakkan kepalanya sedikit dan peluruku meleset lagi. Tembok apartemennya hampir penuh dengan lobang hasil tembakan peluruku.

“Uda Will, kamu pasti sudah lelah, sini bersenang-senang dengan Miss aja ya,” sekali lagi Miss Tania menggodaku.

“Will,” Angga, Fatty dan Thomas seakan-akan bingung kenapa tembakanku meleset terus. Mereka mengkhawatirkanku. Anna memegang lengan kananku. Bisa kurasakan tangannya dingin, sedikit bergetar. Aku yakin mereka ketakutan apalagi melihat aku belum berhasil mengalahkan Miss Tania.

Lalu sekali lagi aku mengarahkan pistolku ke arah Miss Tania. Peluruku meluncur. Tampaknya Miss Tania bisa melihat peluruku tidak mengarah ke kepalanya sehingga dia tidak menghindar malah tertawa mengolok-olokku.

“Seperti Miss bilang, Will. Kamu sebaiknya…,” tiba-tiba perkataan Miss Tania terhenti dengan merosotnya tubuhnya ke lantai. Dan matilah Ratu Vampir seksi itu.

Aku menatap teman-temanku yang bingung kenapa tiba-tiba Miss Tania tewas, padahal sama sekali peluruku tidak mengenai wajahnya.

“Idemu tadi Fatty, Miss Tania terluka karena kena pantulan piring atau gelas yang pecah dari dinding. Lalu gua pura-pura meleset melempar pedangnya suami Miss Tania, yang tadi digunakan suami Miss Tania menangkis serangan peluru gua. Lalu gua sengaja melesetkan tembakan gua padahal gua sengaja biar Miss Tania terpepet dekat pedang itu. Lalu gua menggunakan pedang itu untuk memantulkan peluru gua mengenai belakang kepalanya. Mengenai otaknya. Karena kuperhatikan, dia bisa melihat serangan yang di depannya dan menghindarinya tapi tidak bisa melihat serangan yang dipantulkan,” jelasku.

Melihat teman-temanku bengong, aku mendekati Miss Tania dan menembak kepalanya dua kali lagi, memastikan dia benar-benar mati.

“Ayo, sekarang kita cari Sisca dulu, baru kita melarikan diri dari sini,” ucapku pada mereka semua sambil tersenyum. Lalu kami berlari ke lantai 8, lewat tangga tentunya. Ketika kami sampai di apartemen tempat tadi aku sembunyikan Sisca, ternyata Sisca tidak ada. Aku kaget. Sisca kemana?

“Lu yakin tadi Sisca disini, Will,” ucap Angga. Aku menganggukkan kepala

“Gua yakin, Nga,” aku ingat apartemen sebelah lift dan sebelah apartemen Sisca.

FRIDAY

PUKUL 00:07

WILLIAM

Kalo aku mencari Sisca, aku khawatir dengan keselamatan teman-temanku. Aku yakin masih ada makhluk-makhluk itu disini. Mereka pintar berbagi tugas. Yang pasti masih ada yang menanti di bawah, dan entah yang lainnya dimana. Walaupun ratu mereka mati, mereka masih bisa membahayakan bagi kami. Aku memperhatikan wajah teman-temanku. Wajah mereka sudah lelah. Beberapa luka ada di wajah mereka. Aku harus mengesampingkan dulu kekhawatirannku pada Sisca. Aku harus menyelamatkan mereka dulu.

“Nga, ini kunci lift,” Kuserahkan kunci lift pada Angga. “Lu, Fatty, Thomas dan Anna lewat lift.”

“Tapi kan kata lu, mereka berjaga di bawah,” ucap Angga.

“Gua ga akan lewat lift. Akan gua pastikan kalo mereka akan mati ketika kalian sampai di lantai bawah,” janjiku pada mereka.

“Kita ketemu di bawah, lalu kita kabur pake mobilnya Sandi,” lanjutku sambil menatap Angga, Fatty, Thomas dan Anna. Mereka mengangguk.

“Sampai ketemu di lantai bawah. Ayo kalian turun sekarang lewat lift,” ujarku. Lalu aku berlari meninggalkan mereka. Aku turun lewat tangga ke lantai 7. Tidak akan keburu kalo turun lewat tangga. Dan aku yakin para makhluk itu akan berfokus pada lift yang tiba-tiba bergerak turun. Itu cukup untuk mengalihkan perhatian mereka. Aku buru-buru meloncat menggunakan tali Angga yang masih terikat di lantai 7. Aku melompat turun dengan cepat. Aku turun dengan cara melompat menjauh dan memantulkan diriku di tembok di setiap lantai.

Ketika aku sudah sampai di lantai bawah. Benar saja, ada sekitar 7 vampir yang perhatian mereka terpaku pada lift. Aku berlari sambil mengeluarkan pisau dan pistolku. Mereka baru menyadari kehadiranku ketika aku menembak kepala dari vampir yang paling dekat denganku. Kemudian mereka buru-buru menyerangku. Terlambat, sudah tiga lagi yang kubunuh dengan peluruku. Lalu sisa tiga, ketika lift sampai di lantai bawah. Aku segera menggunakan pisauku untuk membacok otak satu dari mereka. Ketika lift keluar dan muncullah teman-temanku. Perhatian sisa dua orang itu teralihkan dan langsung kutembak kepala mereka dengan cepat.

Wajah Fatty dan Thomas terlihat ngeri melihat mereka bergelimpangan penuh darah di dekatku.

“Ayo cepat ke mobil Sandi,” Mereka segera berlari menyusulku. Ternyata masih hujan deras. Kulemparkan kunci mobil Sandi ke Angga.

“Lu yang nyetir, Nga,” ucapku.

Ketika Fatty dan Thomas uda masuk di bangku tengah. Aku membuka pintu depan di samping Angga untuk Anna.

“Makasih banyak, Will,” ucap Anna sambil mencium bibirku di tengah hujan deras.

“Ayo cepat masuk, Anna. Kita belum selamat seutuhnya,” kataku.

Ketika Anna sudah masuk mobil.

“Will, itu ada beberapa dari mereka ke arah sini,” teriak Angga.

“Jalanin mobil, Nga,” perintahku sambil aku melompat ke atas mobil. Angga menuruti perintahku, dijalankannya mobil menuju pintu keluar gedung.

Ada 4 vampir yang berlarian mendekati mobil kami. Di tengah guyuran hujan deras, aku menembak mereka di kepala. Kena dua, tapi dua lagi keburu melompat ke atas mobil. Satu berhasil kutembak. Sehingga tubuhnya terlempar ke samping mobil yang lagi berjalan. Satu lagi menyerangku dengan pedangnya. Aku menunduk, kutendang kakinya dengan kakiku lalu ketika dia hendak jatuh, aku tendang dadanya sehingga dia terlempar dari mobil dan jatuh ke lantai dan kutembak kepalanya. Ketika aku hendak menghadap depan. Kulihat di lantai bawah dari sela-sela pilar gedung. Sisca dengan jaket hitamku, berlari keluar dari pintu tangga, kemudian ada kira-kira 10 vampir, keluar dari pintu tangga juga, berada di belakang Sisca. Mata Sisca sempat melihatku. Aku pun menatap Sisca. Aku harus menyelamatkan Sisca. Langsung saja aku melompat ke lantai dari atas mobil tanpa sepengetahuan teman-temanku yang ada di dalam mobil.

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *