Cerita Lama Sungai Hitam Part 9

Keisya seperti mengerti situasi kami. Dia langsung masuk ke dalam membiarkan kami berdua di ruang tamu.
“Maafin gua Karen. Gua baru tau cerita sebenarnya,” kataku sambil menggenggam tangannya.
“Gua yang harus minta maaf uda nyakitin loe banget yah,” mata Karen sedikit berkaca-kaca.
“Ya maksud loe kan baik,” aku tersenyum mengusap pipinya. Karen memejamkan mata merasakan sentuhanku di pipinya.

“Ya lagipula kalo gua ceritain dari awalnya pasti hasilnya ga akan seperti ini. Loe uda lulus kuliah, kerja dan punya usaha sendiri lagi,” Karen tersenyum manis. Aku kangen banget sama senyumnya.
“Iya makasih, sayangku. Boleh kan gua panggil loe sayang lagi?” candaku.
Karen senyum manis lagi.
“Eh tapi Mary gimana?” tanyanya tiba-tiba.
Aku terhenyak. Aku sampai lupa dengan Mary karena kejadian ini. Apa yang harus kulakukan.
“Gua harus gimana yah?” tanyaku bingung.
“Ya loe sih terlalu ganteng jadi banyak yang suka,” canda Karen.
“Yeee, bukannya bantuin mikir, ini malah becandain,” kusenggol lengannya.
“Sorry bert, kalo soal itu gua ga bisa bantu. Harus loe yang pikirin caranya. Gua cuma bisa nunggu keputusan loe,” jawabnya serius.
“Kalo gua milih Mary gimana?” aku pun ikut jail.
Karen tersenyum mesem-mesem. Dia cubit lenganku. Sakit sih tapi aku ga peduli. Aku lagi bahagia. Cuma aku bingung menghadapi Mary. Hari itu kami ngobrol panjang lebar. Aku hampir tidak mau pulang. Kami berciuman bibir mesra sekali. Bisa kurasakan lagi kehangatan tubuh Karen menjalar ke tubuhku. I love you Karen.

MINGGU, 11 JUNI 2000
Ternyata sulit sekali, aku memikirkan cara ngomong ke Mary. Mary yang mengisi hidupku beberapa bulan terakhir ini. Kini aku yang menjadi seorang keparat, bajingan, si brengsek, bukannya Michael.

Sudah pasti apapun yang kulakukan, ini sangat tidak adil untuk Mary. Tapi aku tidak ingin membohongi perasaanku, selama ini memang hanya Karen di dalam hatiku, baik itu secara sadar ataupun dibawah sadar (meskipun aku sudah berusaha menguburnya dalam-dalam)

Well, akhirnya kuputuskan bicara apa adanya aja. Konsekuensi seorang keparat seperti aku, ya mau ga mau aku harus terima.
Siang itu aku ke rumah Mary, sepanjang jalan, aku masih bimbang walaupun aku memutuskan untuk bicara apa adanya. Aku tidak tega juga sebenarnya. Tapi terbayang wajah Karen, membuat tekadku perlahan-lahan menjadi lebih kuat. Biarinlah, kali ini aku jadi seorang keparat. Daripada aku tetap dengan Mary tapi hatiku memikirkan Karen. Ga bagus juga. Yeah, pembelaan diri. Membenarkan diri sendiri. Tapi ini memang konsekuensi yang harus kutanggung. Ini semua salahku. Kenapa aku sangat mencintai Karen. Maafkan aku, Mary.

Setelah membulatkan tekad di jalan tadi, sesampai dirumah Mary, tekadku sedikit luntur. Hatiku tambah tidak karuan. Terbayang wajah Mary yang imut, payudaranya yang imut. Untung bayangan Karen lebih kuat mengisi hatiku. Sekali lagi kubulatkan tekadku untuk mengatakan yang sesungguhnya pada Mary.

Begitu ketemu Mary yang hanya pake celana pendek dan tanktop. Kebayang lagi payudaranya yang imut dan vaginanya yang pink dengan bulu selangkangannya yang halus. Sialan kau Albert, uda niat mutusin masih mikirin hal begituan. Dasar bedebah.
“Ko, tumben datang ke sini ga ngomong dulu,” sapa Mary senang.
Tekadku turun lagi melihat kegirangannya. Mungkin terpancar dari wajahku. Mary pun bertanya
“Kenapa ko, kok mukanya kayak kusut gitu?” tanyanya khawatir.
Tekadku menurun lebih bawah lagi. Melihat ekspresi khawatirnya. Aku duduk di sebelahnya. Tangan Mary diletakkan di pahaku. Wajahnya terlihat khawatir.
“Ga apa-apa, Mar,” jawabku. Dasar pengecut, aku memaki diriku sendiri.
“Ga seneng ketemu Mary , ya?” tanyanya lagi sambil memasang wajah cemberut.
“Euh ga kok, aku seneng ketemu kamu,” aku menutupi keraguanku.

Mary mencium pipiku. Lalu jari-jemarinya bermain di pahaku.
Cepet ngomong, brengsek. Aku lihat wajah imut Mary yang menatapku.
“Mary, aku …aku…mau ngomong sesuatu,” akhirnya aku memberanikan diri.
“Ngomong apaan,ko?” Mary mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arahku. Terlihat belahan payudaranya di balik tanktop.
“Euh…aku…jadian lagi ama Karen,” akhirnya keluar kata-kata itu dari mulutku.

Mary langsung menjauhkan diri dariku. Aku siap menerima apapun yang Mary lakukan padaku.
Matanya memancarkan rasa tidak percaya, kecewa dan yang pasti sakit hati.
“Maafin aku Mary. Aku tidak bermaksud mempermainkan kamu. Tapi sejujurnya awalnya aku pikir tidak ada harapan dengan Karen. Tapi ternyata cintanya begitu besar padaku,” aku melanjutkan dengan siap-siap menerima apapun yang akan Mary lakukan padaku. Tampar aku Mary. Tampar keras-keras bajingan ini.
Namun Mary hanya menangis. Aku tidak tega melihatnya. Pukul aku pake gelas, Mary. Aku lihat pundak Mary bergoyang-goyang mengikuti irama tangisannya.
Aku pegang pundaknya.
“Maafin aku, Mary,” Tapi Mary menggoyangkan pundaknya, menolak pegangan tanganku.
“Kamu boleh pukul aku, Mary,” lanjutku, bukan dengan tujuan Mary bisa melampiaskan amarahnya tapi lebih pada agar aku tidak terlalu merasa sangat-sangat bersalah padanya.
Kutarik tangan Mary, lalu kugerakkan untuk menampar wajahku.
“Tampar aku aja Mary, aku memang brengsek!” tapi Mary menahan tangannya. Dengan mata berkaca-kaca, Mary menatapku.
“Kalo memang itu keputusan koko. Anggap aja aku ga pernah hadir dalam kehidupan koko. Dan aku pun menganggap bahwa koko tidak pernah hadir dalam kehidupanku,” Mary langsung pergi ke kamar meninggalkanku.

Aku tidak pernah lupa tatapan mata Mary terakhir padaku. Aku janji saat itu bahwa aku tidak akan pernah menyia-nyiakan pengorbananmu, Mary. Aku benar-benar minta maaf. Aku tidak pernah menyangka bahwa suatu hari aku akan menyakiti perasaan seseorang. Dan seseorang itu kamu.

Sepanjang jalan, pikiranku dirasuki perasaan bersalah pada Mary. Kukemudikan motorku menuju rumah Karen.
“Bagaimana?” itu pertanyaan Karen pertama kali.
Aku menggelengkan kepala.
“Jadi kalian masih pacaran?” tanyanya penasaran.
Aku menggelengkan kepala lagi. Wajah Mary melintas di pikiranku.
Karen memelukku. Dia tahu aku lagi merasa bersalah banget. Tanganku dilingkarkan di pinggang Karen. Aroma tubuh Karen yang sudah lama tidak kurasakan, memasuki indra penciumanku. Kucium lehernya.
Pelukan Karen lebih rapat. Karen menikmati ciuman di lehernya. Tanganku yang melingkar di pinggangnya, mulai mengelus pinggang di balik kaos longgar Karen. Memang aku seorang keparat, abis mutusin Mary, malah sekarang langsung kerangsang dengan aroma tubuh Karen. Tampaknya Karen mulai terangsang dengan apa yang kulakukan. Dia menggandengku ke kamarnya.

Dia langsung mendorongku rebahan di ranjang. Karen menindihku dan langsung melumat bibirku. Oh my, aku kangen sentuhan bibirnya yang lembut dan hangat. Aku balas menciumnya sambil merengkuh tubuhnya. Payudara Karen menekan dadaku. Nafas Karen memburu terdengar di telingaku, ketika Karen menjilati daun telingaku dan mengigitnya lembut.
“I miss you so much, bert,” bisiknya. Aku menjawab I miss you too dengan suara tidak jelas karena aku geli dan menikmati jilatan lidah Karen dalam telingaku. Kulitku merinding. Penisku jelas sudah tegang dari tadi. Karen membuka satu persatu kancing bajuku, sambil kembali Karen melumat bibirku. Lidah kami saling berpagutan. Tangan Karen mulai mengelus-elus dadaku dan memilin putingku. Aku tersenyum melihatnya. Lalu Karen mulai mencium putingku. Aku memejamkan mata menikmati permainannya.
“Bert, loe mau jilat vagina gua?” tanyanya dengan ekspresi wajah pengen.
“Mau dong,” senyumku. Kini giliran Karen yang tidur telentang. Pelan-pelan aku membuka celana dalamnya. Jariku bersentuhan dengan kulit pahanya yang mulus. Kemudian aku buka celana dalamnya. Terlihatlah bulu-bulu halusnya, rapi sih seperti Mary. Oh oh, aku menghapuskan bayangan Mary. Baru kali ini aku melihat selangkangan Karen tanpa ditutupi oleh apapun. Aku menatap Karen penuh cinta. Dan Karen menatapku manja. Kudekati wajahku dan mencium lembut bulu-bulu kemaluan Karen. Kugerakkan pipiku mengelus bulu-bulunya. Wangi aroma vagina Karen terasa lembut di hidungku. Aku mulai menciumi bibir klitorisnya. Karen langsung melenguh nikmat. Kuciumi setiap inci belahan klitorisnya. Sudah basah. Membuatku tambah bernafsu. Aku mulai mengeluarkan lidahku. Kusapu lidahku dari bagian bawah vaginanya sampai atas, aku ulangi beberapa kali. Karen semakin merintih keras keenakan.
“Bert, aah…terusin Bert, enak banget sayang,” rintihnya.
Aku semakin gencar menjilati vagina Karen. Kaki Karen sengaja mengangkang lebih lebar, menyambut jilatan demi jilatan lidahku. Tangannya meremas, mengacak-acak rambutku. Sampai akhirnya Karen merintih tertahan, menggelinjang, menyemprotkan cairan kemaluannya. Aku memegang pahanya, mengelusnya lembut, sambil kepalaku menengadah. Melihat ekspresi orgasme di wajah Karen. Menyadari bahwa aku sangat mencintainya.

SENIN, 3 JULI 2000
Hari ini Karen dan Keisya kembali ke Amerika. Ada sedikit kenangan masa lalu ketika aku ditinggalkan Karen. Tapi Karen meyakinkanku bahwa dia pasti akan kembali setelah wisuda. Membuatku sedikit terhibur. Pasti aku akan kangen sekali padanya sebulan ini. Tapi Karen janji akan selalu chat di Yahoo Messenger. Aku melepaskan kepergian Karen dengan berat hati tapi harapanku tidak luntur karena memang Karen menepati janjinya, kami sering chating online.

Minggu, 6 AGUSTUS 2000 PUKUL 11:36
Tiba-tiba Karen muncul di depan kiosku.
“Halo sayang,”sapanya manis sekali. Hmm kalo tidak ada Ikbal dan di dalam mall, aku akan langsung memeluk dan menciumnya. Langsung saja kugandeng tangannya untuk masuk ke dalam.
“Kok ga ngomong, kalo loe uda pulang,” tanyaku dengan gembira.
“Gua mau kasih surprise dong,” jawabnya sambil menggenggam erat tanganku. Aku menempelkan jari telunjuk dan tengahku ke bibirku dan kutempelkan di pipinya. Karen tertawa senang.

Ngomong-ngomong aku sudah berhenti kerja. Aku akan fokus di usahaku sendiri. Rencananya pertengahan bulan ini, aku menyewa tempat yang lebih besar, masih di mall yang sama.

KAMIS, 31 AGUSTUS 2000
Karen memberikan kejutan yang luar biasa di hari ultahku ini. Baru kali ini memang kami merayakannya sebagai sepasang kekasih. Aku lagi di kamarnya sekarang. Setelah meniup kue ultahku yang kecil tapi lucu banget. Karen sih ngasih kadonya sepatu tapi yang bikin surprise, di dalamnya ada foto ukuran saku Karen lagi bugil dalam berbagai pose. Aku kaget, ternyata nakal deh dia.
“Lho ini loe cetaknya dimana?” tanyaku.
“Di tempat cetak foto,” jawabnya nyantai.
“Hah?” aku kaget. Ada yang liat dong,” kataku kaget.
Karen tertawa.
“ga lah sayang, gua cetak sendirilah. Di kantor papi kan ada printer yang bagus buat cetak foto,” Karen mencubit pipiku.
“Simpen baik-baik yah. Siapa tahu kalo loe lagi kangen. Bisa loe liat-liat. Apalagi kalo burung loe yang lagi kangen,” jawabnya nakal.
Aku hanya garuk-garuk kepala. Dalam hatiku seneng banget sih.
“Kok loe biasa aja sih mukanya?” jawab Karen pura-pura merengut.
“Ga kok, gua seneng banget,” jawabku cepat-cepat.
“Mana sini, gua liat,” Karen langsung membuka ritselting celanaku. Memelorotkan celanaku. Dan terlihatlah penisku yang berdiri di balik celana dalamku. Menggembung keras di dalam.

Karen tersenyum. Sambil menatap mataku, dia menurunkan celana dalamku.
“Karena loe lagi ultah, gua kasih bonus,” tawanya.
Langsung Karen meremas penisku yang sudah tegang. Menyentuhkan telunjuknya di sekitar lubang pipisku. Aku bergetar seperti kesetrum hanya ini kesetrum enak. Tangan kiri Karen meremas buah zakarku. Lalu Karen menyampingkan kepalanya dan mulai mencium dari pangkal batang penisku sampai ke helmnya. Rasanya luar biasa. Lebih nikmat daripada Mary. Tunggu, tolong aku biar bisa melupakan Mary. Aku lagi diemut sama cewe idamanku sekarang. Aku melihat ke bawah, kulihat ekspresi wajah Karen begitu menikmati penisku. Karen membenarkan posisi duduknya di pinggir ranjang. Kini Karen mengisap-ngisap kepala penisku. Membuat aku semakin tersetrum hebat. Sambil menghisap, menyedot kepala penisku, Karen mulai mengocok-ngocok batang penisku.
“aah, enak sayang,” tanpa sadar aku mengerang. Karen semakin terpacu mengocok penisku. Mulutnya membuka penuh dengan kepala penisku. Bibirnya kadang menjepit erat, kadang lidahnya yang menyapu kepala penisku. Perpaduan yang mana sama-sama membuat aku menggelinjang enak, sampai akhirnya,
“Karen, gua mau keluar,” tapi Karen tetap memasukkan kepala penisku dalam mulutnya. Aku tidak tega menyemprotnya dengan spermaku, tapi apa daya aku sudah tidak tahan dan Karen pun masih menyedot-nyedot kepala penisku dan akhirnya spermaku muncrat dalam mulutnya. Beberapa kali semprotan spermaku mengisi mulut Karen yang mungil. Dan bener-bener surprise di hari ultahku. Sambil menatapku dengan spermaku yang di dalam mulutnya. Raut wajahnya terlihat menggoda. Karen menelan spermaku. What, yang selama ini hanya aku tonton di film, akhirnya aku melihatnya secara langsung. Aku pengen tiap hari adalah hari ulang tahunku.

MINGGU, 10 SEPTEMBER 2000
Iya ulang tahunku hanya berbeda 10 hari dengan Karen. Sejak ultahku yang diberi surprise oleh Karen, aku pun ingin memberi surprise pada Karen karena ini juga pertama kalinya kami merayakan ultahnya bersama. Selama 10 hari ini, aku mempersiapkannya dengan baik dan seksama. Mungkin tapi nanti akan terlihat konyol, tapi aku harap surprise dariku akan menyenangkan Karen. Sepulang dari kami makan, aku dan Karen masuk ke kamarnya. Hari ini Karen pake gaun selutut corak bunga-bunga dengan tali yang dikaitkan ke pundak. Anggun sekali.
“Karen, gua pakein hadiahnya yah, tapi pejamkan mata loe dulu. Jangan ngintip,” kataku.
“Apaan sih, pake tutup mata segala,” tapi dia tetap memejamkan matanya. Kukeluarkan kalung emas dengan liontin berbentuk huruf K dan kupasangkan di lehernya yang putih.
“Boleh buka mata sekarang,” ujarku lagi. Karen menyentuh kalungnya dan melihat liontin huruf K nya.
“Wah bagus banget sayang,” sambil memelukku.
“Biar serasi dengan gelang kakinya, sayang,” aku mencium keningnya.
“Sekarang loe duduk bersandar di ranjang. Ini ada surprise berikutnya,” aku berkata penuh misteri.

Karen bingung menatapku tapi dia tetap menuruti perintahku dan duduk bersandar di ranjang dengan kaki diluruskan ke depan. Dia heran melihatku menghampiri tapedecknya di dekat meja belajar dan aku mengeluarkan kaset dan memutar lagu yang sengaja kurekam berulang-ulang. Ya lagunya Ricky Martin yang berjudul Living da vida loca. Lalu aku berdiri menghadap Karen. Pandangan Karen terlihat ingin tahu apa yang akan kulakukan. Aku menghela napas dan memakai kacamata hitam yang sudah kusiapkan. Lalu mulailah aku bergoyang menikmati lantunan musik.

Karen tertawa melihat goyanganku. Aku memberinya tanda dengan telunjuk di mulutku. Lalu aku mulai “menari” lebih hot mengikuti irama goyangan pinggul Ricky Martin seperti di video klipnya. Lalu aku mulai membuka kancing kemejaku satu persatu. Karen tidak bisa menahan tawanya melihat kelakuanku.
“ssstt,” aku memberi tanda di mulutku lagi.

Sulit awalnya berlatih tarian striptease apalagi panduanku hanya filmnya Demi Moore yang berjudul Striptease. Dan itu kebanyakan memperlihatkan tarian yang dilakukan oleh wanita. Aku mulai membuka kemejaku dan kuputar-putar diatas kepalaku dengan tangan kananku. Karen cekikikan pelan-pelan, dan kemudian menutup mulut dengan tangan kanannya berusaha meredam tawanya.

Aku sudah kepalang tanggung. Lalu kemudian masih dengan gerakan-gerakan liarku, aku membuka ikat pinggang dan ritsleting celanaku. Kini aku tinggal memakai celana dalam. Bahu Karen bergoncang hebat, menahan tawa. Lalu pelan-pelan aku mendekatinya yang duduk bersandar di pinggir ranjang. Pandangan Karen mengikutiku. Kugerakkan pinggulku dan badanku dan tanganku, kalo diperhatikan mungkin campuran gerakan senam pagi Indonesia, Senam Kesegaran Jasmani atau liarnya gerakan Ricky Martin di video klipnya. Pelan-pelan aku menurunkan celana dalamku.

Sekali lagi layaknya koboi mengayunkan tali laso-nya. Aku memutar-mutar celana dalamku di atas kepalaku dan melemparkannya ke Karen. Untung ga kena wajahnya. Sambil masih menutup mulutnya menahan tawa, tapi kini mata Karen terlihat sedikit melotot ke arah penisku yang anehnya menegang. Berayun-ayun di selangkanganku mengikuti gerakan badanku. Karen mengubah posisi duduknya, melipat pahanya. Mungkin dia kerangsang melihat tegangnya penisku dan liukan tubuhku. Ah peduli amat. Udah tanggung ini.

Aku naik ke ranjang dengan lututku dan meletakkan lututku yang lain melangkahi kaki Karen sehingga aku kini benar-benar berhadapan dengan Karen dalam keadaan bugil. Karen ingin menyentuh penisku, tapi aku menahan tangannya dan kugoyang-goyangkan penisku dekat dengan wajahnya. Menggodanya. Pandangan Karen kini tidak terlihat ingin tertawa tapi lebih ke horny. Matanya tidak beralih dari penisku.

Setelah aku melepaskan tangannya, langsung saja Karen meremas penisku dan menciuminya penuh nafsu. Semakin tegang saja kemaluanku diremas dan diciumnya. Kini aku sudah berhenti “menari”, aku menikmati rangsangan Karen. Tidak lama kemudian, Karen membuka seluruh pakaiannya.
“Bert, gesekin penis loe di vagina gua, tapi jangan dimasukin yah,” katanya. Lalu aku memisahkan kedua kakinya lalu ujung penisku yang tegang, kugerakan menyapu vaginanya. Karen mengerang keras. Kugesekan kepala penisku di sepanjang bibir klitorisnya. Karen merintih lagi. Aku pun merasakan kegelian yang belum pernah kurasakan. Kegelian yang sangat nikmat di ujung penisku ketika kutekan dan kugesekan di vaginanya. Aku tidak berani memasukan penisku ke vaginanya yang terus terang sudah sangat basah. Pre cum ku pun sudah keluar , tidak kuat menahan situasi yang luar biasa merangsang ini. Tidak lama Karen pun orgasme dan aku pun tidak kuat menahan spermaku dan aku muncratkan spermaku di perut Karen, aku tidak berani mengambil resiko memuncratkan spermaku di daerah vaginanya. Kami terbaring lemas. Benar-benar pengalaman sex yang baru untukku. Kami saling tersenyum dengan tubuh penuh keringat. Karen berbisik di telingaku
“Makasih sayang buat surprisenya,” sambil mencium pipiku.

KAMIS, 21 DESEMBER 2000
Aku dan Karen semakin dekat, apalagi Karen sering membantuku di counter kainku. Jadi kami sering banget ketemu. Aku benar-benar bahagia.
Seperti yang kubilang dulu, ternyata Ira sebelum married uda hamil dua bulan. Dan hari ini bayinya lahir, seorang anak perempuan. Aku dan Karen mengunjungi mereka di rumah sakit.

“Wah lucu banget anaknya,” puji Karen dengan wajah berseri-seri melihat bayinya Joko dan Ira.
“Selamat ya, bro,” kataku sambil menjabat tangan Joko dan Ira.
“Siapa namanya?” lanjutku.
“Namanya Joyra, gabungan nama Joko dan Ira, hanya huruf I nya biar ga aneh diganti jadi y,” jelas Joko.
Aku manggut-manggut.
“Kenapa bukan Koi aja, kan sama ada unsur Joko dan Ira-nya,” kelakarku.
Joko menjitak kepalaku, “Emang anak gua ikan?”
Karen tertawa mendengar candaanku.

“Kapan kalian nyusul nikahnya?” Ira mencolek tangan Karen.
Karen menatapku dan aku menatap Karen penuh arti.
“Sekarang aja!” tiba-tiba aku berkata begitu. Karen, Joko dan Ira tertawa.
“Lho kok ketawa?” ujarku penuh arti.
“Gila loe,” Karen mencubit lenganku. Langsung kutangkap tangan Karen dan aku berlutut di depannya. Kukeluarkan kotak cincin dari kantongku.
“Will you marry me, Karen?” aku menatap wajahnya. Karen terlihat sangat terkejut. Iya, dia pasti terkejut. Dia tidak tahu menahu tentang cincin ini. Karena cincin ini kubeli sebulan yang lalu. Aku hanya menunggu saat yang tepat untuk menyatakannya. Mau nunggu apalagi, usahaku sudah mapan. Aku tidak mau kehilangan waktu lagi dengan Karen. Dan kupikir kelahiran anak Joko dan Ira pas, dan mereka bisa jadi saksi aku melamar Karen.

Joko dan Ira menatapku dengan tampang terkejut juga. Karen menatapku penuh cinta. Aku masih memegang tangannya. Lalu Karen pun menganggukan kepalanya dan matanya terlihat berkaca-kaca. Aku tersenyum mendapat jawaban dari Karen. Aku memakaikan cincin dengan liontin kecil berbentuk boneka Teddy Bear di jari manis Karen. Karen memeluk dan menciumku. Aku balas memeluknya dan menciumnya. Karen terlihat sangat bahagia. Aku pun tidak kalah bahagianya.

“Eh udahan euy, ini ada anak gua, masa dia harus liat adegan 17 tahun ke atas di hari kelahirannya,” potong Joko sambil memelukku. “Mantap, bro.”
Joko kemudian menyalami Karen dan Ira memeluk Karen.
“Selamat yah buat kalian berdua,” kata Ira sambil ikut bahagia melihat kami.

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *