Cerita Lama Sungai Hitam Part 7
SABTU, 22 JANUARI 2000 PUKUL 09:13
Tidak perlu menunggu lama. Mary langsung saja menelpon hpku dari telepon rumahnya.
“Ko lagi ngapain? Ga kerja ya hari ini?” tanyanya manja.
“Ga Mary. Hari Sabtu mah libur,” jawabku senang mendengar suara manjanya. Terbayang kembali ketika dia duduk di pangkuanku dan memainkan penisku dengan pantatnya.
“Jalan-jalan yuk ko. Temenin Mary,” ajaknya dengan nada merayu.
Boleh juga pikirku. Tidak lama kemudian aku sudah sampai di rumah Mary. Berhubung aku memang lagi pengen nyantai. Ditemani oleh seorang cewe imut, kenapa tidak.
Mary yang membuka pintu. Mary pakai tanktop biru tua dan celana pendek jeans. Seksi sih cuma badannya terlalu mungil. Tapi memang imut bodinya sesuai dengan mukanya yang imut banget.
“Kita langsung pergi aja ya ko.”
Aku mengangguk dan menyerahkan helm padanya. Setelah pake helm, Mary memakai jaketnya yang warna pink. Jaket gaya sebenarnya jadi tidak terlalu tebal.
Setelah di jalan.
“Mau kemana Mary?” tanyaku. Mary sih sudah tidak malu-malu lagi. Dia duduk sambil memelukku dari belakang. Payudaranya yang kecil menekan punggungku. Aku hanya merasakan hangat, penisku tidak terlalu bereaksi. Aku tidak sepolos dulu lagi.
“Kita ke Lembang yuk, ko,” jawabnya hampir dekat di telingaku yang tertutup helm.
“Ke Lembang, dingin dong. Kamu cuma pake tanktop ama celana pendek,” sahutku.
“Ah kalo dingin, kan ada koko yang bisa ngangetin,” jawabnya nakal.
Aku hanya tertawa tapi aku mengarahkan kendaraanku ke arah atas. Sepanjang perjalanan, Mary mendekapku erat sambil menyandarkan kepalanya di punggungku.
Sesampai kami di Lembang.
“Ko, terus ke atas, kita istirahat di tempat yang ada jual jagung bakar,” kata Mary.
Aku menuruti permintaan Mary. Sesampai disana, kami pilih salah satu tempat yang ada tingkat duanya. Setelah pesan, kami naik ke tingkat atas.
“Kamu ga dingin, Mary?” sambil aku membuka jaket dan memberikan padanya.
Mary menggunakan jaketku untuk menutupi pahanya yang ketika duduk memang celananya menjadi semakin ke atas. Tidak lama pesanan kami datang, aku sih pesan Indomie telor, Mary pesan jagung bakar dan teh manis hangat.
“Aku ga tau kalo kamu kuliah di situ,” aku membuka percakapan.
“Kamu ambil jurusan apa?” tanyaku lagi.
“Aku ambil Sastra Inggris, ko,” jawabnya sambil mengunyah jagung.
“Oh pantes, gedungmu beda ama gedung fakultasku. Kamu baru semester dua berarti kan, waktu kamu masuk, aku sudah mulai jarang ke kampus karena ngerjain skripsi,” lanjutku.
“Koko mau jagung?” Mary menyodorkan jagungnya untuk aku gigit. Aku menggigit sedikit, aku ga terlalu suka jagung bakar.
“Kamu mau Indomie?”
“Mau, asal disuapin,” jawabnya manja. Aku menyuapi satu sendok ke arah mulutnya yang mungil. Ada kuahnya yang menetes di dagunya. Otomatis aku usap pakai tanganku. Mary terlihat senang dengan perlakuanku itu. Kedua kakinya kemudian ditumpangkan di atas kakiku yang bersila. Jaketku menutupi kaki kami berdua. Pahanya menekan selangkanganku. Penisku jelas bereaksi. Mungkin karena udara dingin, pikirku. Jelas pikiran yang ngaco.
“Kamu emang jago ngomong Inggris?” selorohku.
“Of course,” jawabnya sambil memukul lenganku dan semakin menekankan pahanya di selangkanganku. Kulihat ekspresi wajah Mary biasa-biasa saja. Apakah dia tidak merasakan penisku yang lagi berdiri?
Makan Indomieku mulai ga fokus. Sudah lama aku tidak masturbasi sejak kepergian…Ah lupakan saja tentang dia. Dalam udara dingin begini, himpitan paha Mary membuat bagian bawahku terasa hangat. Hal yang sudah lama tidak kurasakan sejak kepergian…What? Lupakan dia.
Aku makan mie dengan perlahan. Mary pun sudah hampir menghabiskan jagung bakarnya. Terus terang aku jadi menikmati gesekan-gesekan paha Mary di selangkanganku.
Setelah jagungnya habis. Aku berkata lagi
“Mau mienya lagi, Mary?”
“Ga ko. Aku cuma pengen liat koko makan,” jawabnya manja sambil kepalanya disandarkan ke tangannya yang bertumpu di meja sambil melihat ke arahku. Membuat posisi pahanya bergeser tapi masih tetap di atas selangkanganku. Situasi ini membuatku harus cepat-cepat menghabiskan makananku, meskipun aku jadi salting diliatin oleh Mary dengan pandangan imutnya. Akhirnya habis juga walaupun masih tersisa kuahnya.
“Nih ko, minumnya,” Mary menyodorkan teh manisnya padaku. Aku meminumnya, mungkin karena masih salting. Beberapa tetes keluar dari mulutku mengalir di daguku.
“Aih koko, minum aja masih kayak anak kecil, belepotan,” sambil Mary menyapu air teh yang membasahi daguku. Lalu dengan entengnya, dia menjilati jarinya yang habis mengelap daguku.
Jantungku berdegup kencang. Kurasakan Mary begitu seksinya melakukan hal itu. Penisku berdiri lebih kencang. Kali ini Mary tersenyum padaku.
“Uda berdiri yah ko, kontolnya?” ujarnya tanpa malu-malu.
“Kamu sih pake acara numpangin kaki kamu di atasnya,” jawabku langsung. Mary terkikik pelan.
Kini Mary mendekatiku. Bersandar di pundak kananku. Kakinya kini tidak di atas selangkanganku tapi dia lipat ke samping. Jaketku kini menutupi selangkanganku dan tangan Mary menyusup ke dalamnya. Mengelus-elus penisku dari luar celana.
“Enak ko?” tanyanya lirih di telingaku.
Entah setan darimana, aku membuka ristletingku.
“Mary, kocok pake tanganmu,” aku menatapnya tanpa malu-malu.
Jari-jari Mary kemudian mengikuti perintahku. Mengocok Penisku yang sudah ngaceng keras. Dielusnya kepala penisku oleh jarinya yang mungil dan digerakkannya naik turun. Semuanya terjadi di bawah lindungan jaketku.
Mungkin karena aku sudah lama tidak “sibuk” dengan penisku. Kocokan Mary terasa nikmat sekali. Mary dengan sabar mengocok penisku sambil menatap mataku. Aku menatapnya tanpa malu. Menikmati setiap kocokannya dan wajah imut Mary yang tersenyum ikut menambah nikmat kocokannya.
“Agak cepat Mary, aku mau keluar nih,” sambungku setelah beberapa lama. Mary mengikuti ucapanku. Kocokannya semakin cepat. Dan akhirnya keluarlah spermaku. Membasahi jaket dan tangan Mary. Aku berusaha menahan eranganku karena kami lagi di tempat umum. Mary terlihat senang. Dia mengeluarkan tangannya yang berlepotan sperma. Lalu terlihat sangat indah di mataku ketika pelan-pelan dia menyedot sperma itu dengan mulutnya. Menjilati ceceran sperma sampai bersih di tangannya. Selama ini aku hanya menyaksikan itu di film-film bokep kini aku bisa menyaksikan siaran langsungnya. Setelah beberapa kali menjilati sisa-sisa spermaku ditangannya, baru Mary membersihkan sisanya dengan tisu. Lalu Mary mengambil tisu lagi dan membersihkan sperma yang menempel di penisku dan jaketku. Hati-hati takut ada orang yang naik ke atas.
Nikmat sekali rasanya setelah sekian lama dalam kesendirian. Dan masih ada sisa-sisa kenikmatan ketika penisku disentuh lagi Mary.
Ketika kami ingin pulang, hujan gerimis.
“Gimana Mary, tetep mau pulang aja?” tanyaku.
“Pulang aja ko, asik kan kalo ujan-ujanan,” tawanya riang.
“Boleh tapi kamu pake jaket aku ya, jaket kamu kan tipis,” jawabku.
“Koko sendiri gimana, nanti basah dong,” ujarnya ragu-ragu.
“Kan asik sekali-kali ujan-ujanan dan tadi kan uda sempet basah sekali,” candaku.
“Ih koko,” Mary mencubit pinggangku. Sakit-sakit enak karena cubitannya juga imut. Emang ada cubitan imut ya?
Hujan semakin deras. Ya, kami pulang kembali ke Bandung sambil hujan-hujanan. Basah kuyup. Mary mendekapku erat dan merapatkan tubuhnya padaku.
Hari-hari berikutnya kami sering telpon-telponan. Bahkan kalo Mary pulang kuliah sore, aku sering mengantarnya pulang.
SABTU, 5 FEBRUARI 2000
Sebuah ide muncul dalam benakku. Ide nakal lebih tepatnya. Paman dan bibiku lagi pergi keluar kota. Rencananya minggu malam baru pulang. Aku telpon Mary
“Mary mau ga ke rumah koko hari ini?” tanyaku.
“Aku mau pergi kemana pun koko ngajak aku,” jawabnya. Aku terharu sesaat.
Akhirnya aku jemput Mary dan aku bawa ke rumahku. Hari Mary pakai tanktop pink dan rok mini jeans. Mary ini demen banget pake baju seksi. Bikin pikiran melayang ke hal-hal yang nikmat.
Begitu masuk, Mary langsung nanya
“Aku pengen liat kamar koko,” ajaknya manja.
Sambil memeluk lenganku, aku ajak Mary ke kamarku.
Kamarku tidak besar. Hanya ada ranjang, meja belajar dan lemari untuk baju-bajuku.
Begitu sampai di kamar, Mary langsung rebahan di kamarku sambil menatap sekeliling kamar. Sambil menarik nafas panjang seakan-akan ingin menghisap aromaku yang berada di dalam kamar.
Payudara Mary membusung karena sedang rebahan. Rok mininya begitu menggoda. Bukan roknya sebenarnya yang menggoda tapi paha mulusnya. Kecil sih ga gede. Tapi tetap saja bikin penisku menggeliat.
“Koko lagi sendirian kan di rumah?” tanyanya memastikan.
Aku mengangguk.
“Memangnya kenapa kalo lagi sendirian?” tanyaku. Ikut rebahan di ranjang disamping Mary.
Wangi tubuh Mary memasuki rongga hidungku. Berbeda wanginya dengan…Lupakan.
Dari dekat bisa kulihat bibir Mary yang merah tipis. Aku menyentuh bibirnya dengan jariku. Kutelusuri dari bibir bawah dan bibir bagian atasnya. Lalu tiba-tiba Mary memasukkan jariku ke mulutnya. Menghisap jari telunjukku dan lidahnya menyapu jari telunjukku. Aku merinding dibuatnya. Sambil menatapku, Mary kini menjilati jari-jariku yang lain. Membasahinya dengan air liurnya.
“Kontol koko mau diginiin ama aku?” sahutnya tanpa malu-malu. Nih anak bener-bener blak-blakan kalo ngomong.
“Boleh tapi aku ingin ngemut puting kamu dulu, Mary,”lanjutku, entah darimana tiba-tiba muncul perkataan itu.
Tanpa basa basi, Mary langsung membuka tanktopnya. Hmm no bra. Aku daritadi tidak memperhatikan kalo dia tidak pakai bra. Baru kini aku perhatikan putingnya berwarna agak pink, dulu aku tidak sempat perhatikan. Payudaranya kecil tapi mancung.
“Katanya mau ngemut, tapi kok cuma diliatin doang?” pancing Mary.
“Aku mau ngemut tapi aku pengen kamu mohon ama koko kalo kamu pengen koko ngemut puting kamu,” aku jual mahal.
“Ih koko gitu deh,” mukanya sedikit merengut.
“Ayo mohon ama koko,” aku tersenyum nakal.
Mary geleng-geleng kepala.
“Ayo mohon ama koko,” tanganku menyusup ke dalam roknya. Kusentuh selangkangannya dan kutekan jariku disana.
“Ih koko, geli tau,” teriaknya manja.
Jariku terus kumainkan di selangkangannya sampe terasa sedikit basah.
“Hmm koko,” rintihnya.
“Ayo koko belum denger permohonan kamu,” sambil aku tekan-tekan lagi belahan klitorisnya lebih terasa dari luar celana dalamnya karena sudah basah.
Mary terlihat sudah terangsang dengan permainan jariku di selangkangannya. Tapi dia masih tidak mau memohon putingnya untuk diemut olehku. Hanya terdengar rintihannya yang tambah liar.
“Ayo dong ko, aku sudah….,” rintihnya.
“Sudah apa?” tanyaku nakal. Entah apa yang merasuki pikiranku. Aku ingin mendengar dia mengiba-iba padaku.
“Aih koko nakal,” matanya merem menikmati jariku yang kini menjepit-jepit klitorisnya dari luar celana dalamnya.
“Aaahah please ko, eegghh emutin dong puting aku,” akhirnya dia menyerah.
Lalu dengan terus menatap wajahnya, ekspresi mukanya yang lagi horny membuat aku ingin mempermainkannya lebih lanjut. Aku dekatkan mulutku ke arah putingnya tapi aku sengaja tidak menempelkan mulutku disana. Pandangan mata Mary terlihat memohon-mohon agar aku segera mengemut pentilnya.
Aku lebih menekan vaginanya dengan jariku. Pandangan mata Mary berusaha menahan birahi yang semakin memuncak.
“Ayo ko, please… Mary uda ga tahan,” kata Mary dengan nafas yang memburu.
Tiba-tiba saja aku menyedot puting Mary kuat-kuat. Mary langsung menggelinjang ketika kusedot putingnya yang sudah tegang dengan mulutku. Bunyi sedotanku terdengar. Mary menggoyangkan pinggulnya menikmati gesekan di vaginanya dan isapan mulutku pada putingnya. Tubuh Mary beberapa kali menegang ketika aku memainkan putingnya dengan lidahku.
“Aah ko, Mary uda ga tahan,” Mary memegang tanganku yang sedang menggesek vaginanya dan mendorong tanganku agar lebih menekan ke arah selangkangannya.
“aaaagghh, koko,” jeritnya ketika mencapai orgasme. Mary menciumku. Seakan-akan mengucapkan terima kasih karena sudah membuat dia klimaks. Aku balas menciumnya. Lalu kami rebahan telentang. Payudara Mary masih terbuka. Kami saling menatap langit-langit kamarku.
“Koko mau jadi pacar aku?” tanya Mary tiba-tiba di tengah keheningan kami.
Aku menoleh ke kanan, menatap wajah Mary. Mary pun menatap wajahku.
“Kenapa nanya gitu?” tanyaku.
“Aku memang uda naksir koko sejak koko ngelesin aku dulu,” jawabnya. Wajah imutnya tersenyum.
Melihat aku tidak menjawab pertanyaannya, dia melanjutkan
“Karena ada Karen ya ko?” tanyanya lagi.
Mendengar nama Karen disebut, tubuhku seperti tersengat sesuatu.
Aku langsung menindih tubuh Mary. Menikung tangannya dibelakang badannya sehingga dia sulit bergerak. Dan langsung kuciumi payudaranya yang terbuka dengan penuh nafsu. Mary hanya menggerakan badannya, menikmati ciuman dan jilatanku di payudaranya.
“Tanganmu tetap di belakang,” perintahku padanya. Aku mulai memeloroti roknya sehingga tersisa celana dalamnya. Tubuh putihnya yang mulus terpampang di depanku. Membuat birahiku muncul lagi. Mary ingin menggerakkan tangannya.
“Ssshh, jangan,” perintahku. Mary menurutiku. Aku mulai menciumi perut Mary yang kecil padat. Sambil pelan-pelan aku menurunkan celana dalamnya. Kuciumi bulu-bulu halus selangkangannya. Mary menggelinjang dengan tetap kedua tangannya tertikung di bawah tubuhnya.
Kuturunkan lagi celana dalamnya hingga terlihat belahan klitorisnya yang berwarna pink. Berbagai flashback film porno meliputi pikiranku. Kuciumi belahan klitoris Mary yang sudah tidak tertutup celana dalamnya. Mary mulai mendesah lagi. Kuturunkan lagi celana dalamnya sehingga kini vagina Mary terlihat jelas. Kuturunkan celana dalamnya sampai setengah paha. Mata Mary terpejam menikmati ciumanku di area vaginanya. Wangi khas vaginanya tercium membangkitkan libidoku.
Dengan tanganku meremas payudaranya yang kanan, aku mulai menjilati bibir klitorisnya.
“aaggg, ko,” rintihan Mary terdengar cukup keras. Aku semakin bernapsu menjilati bibir klitorisnya yang sudah basah oleh air liurku. Tangan Mary sekarang sudah menjambak rambutku. Kubenamkan dalam-dalam kepalaku di selangkangannya. Remasanku di payudaranya semakin keras tapi malah membuat nafas Mary semakin memburu dan tubuhnya mulai bergerak-gerak liar. Lidahku semakin liar menggerayangi klitorisnya sampai akhirnya kembali Mary orgasme sambil meremas keras rambutku.
Semenjak hari itu, aku dan Mary semakin sering ketemu. Banyak detil yang aku lewatkan. Tapi ada satu yang aku ingat jelas. Keisenganku muncul.
SENIN, 14 FEBRUARI 2000
Hari ini aku merayaan hari Valentine. Setelah dulu aku…lupakan saja. Pulang kerja aku jemput Mary di rumahnya. Mary pakai kaos warna pink dan hotpants wara pink. Imut dan seksi tentu saja. Waktu itu kami rencananya mau makan di pizza h**. Beberapa pasang mata menatap kami begitu kami masuk ke tempat makan. Aku bangga lah jalan ama cewe seimut dan seseksi Mary. Tapi anehnya aku tidak cemburu kalo ada beberapa laki-laki yang mencuri pandang dengan Mary. Berbeda waktu aku jalan sama…kalian tahu siapa yang kumaksud.
Setelah kami pesan makanan dengan karyawan pizza, seorang cowok kebetulan. Yang beberapa kali kutangkap sering melirik ke arah paha Mary. Keisenganku muncul. Aku berbisik pada Mary.
“Mar, kamu lepasin dong bra kamu di kamar mandi. Terus branya simpen di dalam tas kamu,” bisikku.
“Ih koko apaan sih?” Mary tersipu malu.
“Ayolah. Aku pengen kamu terlihat seksi luar dan dalam,” rayuku lagi. Aku belai paha mulusnya. Tanganku mengelusnya hampir ke pangkal selangkangannya.
“Ih koko,” katanya manja. Tapi kemudian Mary pergi menuju toilet. Ga lama kemudian dia kembali. Ketika sudah hampir mendekat, aku lihat sedikit tonjolan putingnya menembus kaosnya yang pink. Untung tidak selalu terlihat karena Mary memakai rompi.
“Kok putingnya menonjol, Mary?” tanyaku nakal.
“Ih koko gitu deh,” Mary mencubit pinggangku. Pesanan kami datang. Waiternya entah tahu atau tidak, dia melirik ke dada Mary. Mary terlihat malu dan berusaha menutup dadanya. Tapi aku tahan tangannya. Aku pun ikut kerangsang dengan situasi ini.
Kebetulan tempat makannya di mall jadi abis makan, aku sengaja ngajak Mary jalan-jalan di mall. Pengen memamerkan putting susu Mary ke pria-pria yang beruntung yang kebetulan melihatnya. Hehehe.
“Kamu kerangsang ya?” bisikku lagi jail. “Itu putingnya tambah keliatan menonjol.”Mary salah tingkah.
Melihat Mary tidak menjawab pertanyaanku. Aku yakin dia kerangsang. Aku menggandengnya ke toilet mall.
“Mary, sekarang kamu buka celana dalam kamu di dalam,” keisenganku bertambah nakal.
“Ga mau ah, ko,” tolaknya sambil menunduk.
“Ayolah. Aku yakin kamu pasti tambah kerangsang, sayang,” tambahku. Karena toiletnya ada di pojok mall. Begitu tidak ada orang, aku meremas payudaranya. Mary merintih pelan. Meskipun masih ragu-ragu, Mary akhirnya masuk ke dalam toilet. Kutahan birahiku selama menunggu Mary diluar.
Begitu keluar.
“Mana aku lihat celana dalamnya?” tanyaku.
Mary dengan takut-takut membuka tasnya dan memperlihatkan celana dalamnya yang berwarna pink dalam tasnya.
Aku mengangguk sambil tersenyum.
“Bagaimana rasanya, Mar?” tanyaku.
“Kayak lagi telanjang, ko. Aku belum pernah melakukan hal ini,” jawabnya.
“Tapi kamu suka kan?” senyum jailku muncul lagi.
Mary tidak menjawab tapi hanya menunduk malu. Ternyata tidak banyak orang yang melihat ke arah kami. Beberapa laki-laki hanya melihat wajah Mary yang imut dan bajunya yang seksi tanpa menyadari bahwa Mary tidak memakai bra dan celana dalam. Tapi dengan begitupun, aku tetap kerangsang. Dan aku yakin Mary pun demikian. Kadang ketika dia menggandeng lenganku, sering aku dengan sengaja menyenggol payudaranya dengan sikuku. Suatu sensasi baru yang menyenangkan untukku.
SABTU, 19 FEBRUARI 2000
Keberuntunganku semakin membaik tampaknya. Lagi musim nikah, jadi paman dan bibiku keluar kota lagi. Ada saudara yang nikah di Jakarta. Tentu saja, aku langsung jemput Mary kerumah dan kubawa ke rumahku. Dan keisenganku semakin menghebat juga. Begitu sampai masuk ke dalam rumah. Aku menyuruh Mary membuka semua pakaiannya. Aku tahu dia sudah menahan birahi sejak valentine kemaren dan aku sudah menyuruhnya untuk tidak masturbasi sejak hari itu. Mary belum pernah bugil di depanku. Jadi begitu tinggal celana dalamnya, dia agak ragu-ragu.
Aku menghampirinya. Kutekan tubuh dia ke pintu. Kuselipkan jariku di selangkangannya.
“Kok uda basah, Mary?” godaku.
“Koko gitu deh,” Mary pun meremas penisku. Kuambil kedua tangannya dan kugiring ke atas kepalanya. Mary tidak menolak. Kutekan selangkangannya dengan pahaku.
“Buka lebar-lebar kaki kamu, Mary,” perintahku. Mary dengan patuh melakukannya. Kuselipkan jariku ke dalam celana dalamnya.
“Uggh..geli ko,” Mary menikmati gesekan jariku di vaginanya yang sudah basah. Aku lumat bibirnya sambil aku menekan-nekan vaginanya. Lidah kamu saling menyapu dan kali ini kuhisap lidahnya. Membuat Mary menggelinjang enak ditambah gesekan jariku di vaginanya. Satu tanganku masih menahan kedua tangan Mary di atas kepalanya. Kupercepat elusanku di kemaluannya. Mary menggelinjang kenikmatan. Ketika kurasakan Mary ingin klimaks. Aku menghentikan rangsanganku.
“Kenapa berhenti, ko?” tanyanya menahan birahi. Aku hanya tersenyum. Wajah imut Mary begitu menggoda karena dia berusaha menahan libidonya yang tidak jadi klimaks. Aku gandeng Mary. Aku duduk di sofa dan aku suruh Mary duduk dipangkuanku membelakangiku. Kenapa aku jadi ahli begini yah? Kebanyakan nonton bokep kayaknya. Aku suruh Mary mengangkang. Tubuh Mary menyandar pada dadaku. Kuremas payudara kirinya, lalu jari kananku kembali lagi masuk ke dalam celana dalamnya. Pantat Mary menekan penisku yang sudah tegang dari tadi. Kugunakan dua jari di vagina Mary. Kadang kujepit jariku di bibir klitorisnya. Vaginanya lebih basah dari yang tadi. Mary mendesah tak henti dan menggoyangkan pinggulnya. Aku menikmati goyangannya di penisku. Ketika kupilin putingnya. Kurasakan Mary menggelinjang lebih tidak karuan. Dan kuhentikan rangsanganku.
“aah koko, kenapa berhenti lagi?” tanyanya cemberut sambil berusaha menahan nafsunya.
“Buka dulu celana dalamnya,” perintahku lagi. Langsung saja tanpa membantah, Mary menurunkan celana dalamnya.
Aku berdiri.
“Sekarang ngangkang di sofa, Mary,” perintahku lagi.
“Buat apa, ko?” tanyanya.
Aku dorong tubuhnya ke sofa dan aku buka lebar-lebar kakinya. Aku berlutut di depannya. Bulu-bulu kemaluannya tertata rapi. Bibir vaginanya sudah basah. Sedikit terbuka. Pemandangan yang menaikkan birahiku lagi. Langsung saja aku jilati vaginanya. Aku tidak peduli wajahku basah oleh cairan kemaluan Mary. Mary kembali mengerang, merintih kenikmatan dengan jilatanku. Kucari-cari itilnya. Dan kutekan-tekan lidahku disana. Kadang kusedot keras. Tubuh Mary semakin bergerak tidak terkendali. Sampai akhirnya, pahanya dengan takut-takut menjepit kepalaku. Tangan Mary memegang kepalaku. Dan akhirnya Mary mengeluarkan orgasmenya yang sudah tertahan dari Valetine lalu.
“aarrggg koko, enak banget,” Beberapa kali selangkangannya ditekankan ke wajahku. Aku tersenyum melihat Mary. Mary dengan malu-malu menyapu tangannya di sekitar mulutku, membersihkan sisa-saia cairan vaginanya di mulutku. Aku tersenyum hangat. Dan kupeluk tubuh telanjang Mary yang berkeringat.
MINGGU, 7 MEI 2000 PUKUL 09:16
Tidak terasa kami sudah pacaran beberapa bulan. Bulan kemaren aku pun sudah mulai buka kios kain kecil-kecilan di salah satu mall baru. Aku pun masih tetap kerja dulu meskipun pendapatan kiosku lumayan bagus.
Dan hari ini aku mendapat kunjungan dari Joko dan Ira.
“Bro, gua mau married nih,” kata Joko begitu aku membuka pintu.
“Hah! Kapan tunangannya,” kataku.
“Langsung married aja lah, ngapain pake tunangan,” jawab Joko nyengir.
“Uda ga tahan, ya?” godaku. Ira mesem-mesem di belakang Joko.
“Ah, jangan-jangan loe MBA (married by Accident) ya?” gurauku lagi.
Ira tambah mesem-mesem.
“Apaan sih loe?” tangkis Joko. Dan ternyata gurauanku benar. Akhir tahun itu, Ira melahirkan seorang bayi perempuan.
Mereka ga lama di rumahku karena mau nganter undangan lagi. Karena pernikahannya uda mepet, tinggal seminggu lagi.
MINGGU, 14 MEI 2000 PUKUL 18:35
Mary hari ini pake gaun rok hitam. Bisa terlihat anggun juga si Mary. Anggun dan imut. Gedung resepsinya lumayan gede. Kata Joko ini hasil tabungan ortunya, emang dipersiapkan buat pernikahan Joko. Enaknya kataku pada Joko.
Sekali lagi aku bangga banget banyak mata yang melirik Mary. Kugandeng Mary erat-erat. Ketika acara basa basi pernikahan selesai. Aku dan Mary sedang makan di dekat stand sate. Mary sedang menyuapkan sate ke mulutku ketika seseorang memanggilku.
“Albert,”
Aku melirik ke arah suara itu dan jantungku langsung berhenti berdetak. Seorang wanita berambut panjang di bawah bahu, berdiri di dekat situ dengan gaun merah sampe lutut. Pakai sepatu hak tinggi. Dengan tasnya di bahu. Cantik sekali.
Entah berapa lama, jantungku berhenti bekerja. Sampai kemudian aku bisa mengeluarkan suara.
“Karen?” dengan masih ada daging sate di mulutku.
Bersambung
Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂