Cerita Erotis Kamu Dia Mereka Season 2 Part 30
Kulihat dari spion, GClass berada tepat dibelakangku. Dan aku segera berhenti.
“Makasih ya Pak andre buat tumpangannya”
“Hehehehe sama-sama Pak AA”
“Oh ya hari kamis, kalian meeting di rumah aja, Pak Andre gk usah bawa mobil. Tolong bantu saya rawat mobil saya. Kuncinya nanti ada di Tiur ya Pak”
WHAT!?
“Ooohh… Siap Pak”
“Thanks ya Pak Andre, sampai kamis”
“Sama-sama Pak AA, Sampai ketemu hari Kamis, Pak”
Kelihatannya Pak AA agak gatel-gatel naik Fortunerku ini hehehehehehe.
Sore hari ada WA masuk
“Bro…. apa kabar?”
“Baik boss, gimana neeh ada yang bisa dibantu?”
“GIla gw kepikiran Paul Newman loe bro..”
Emot senyum
“segitunya hehehehe”
“Bro, loe bisa ke sini?”
“Waduh bro, jgn dadakan.. gw lg di Kota Hujan” (menunda hasratnya, orang kayak dia harus dipermainkan sedikit)
“rumah loe di Kota Hujan?”
“Di ibu kota bro..”
“trus di kota hujan?”
“Sidechick bro (emot malu)”
“Anjiirrr sama aja ma loe hahahahaha laki2 emang gk jauh” (samain frekwensi, tujuannya buat buka informasi lanjut ttg dirinya)
“trus gimana neeh..”
“lanjut deh, wah penasaran banget gw ssshhhh”
Dalam hati aku tersenyum
“siap bro, next time di atur lagi ya?”
“Okey bro”
————————-
Hari ini hari rabu, aku harus ke tempat Gladys untuk minta data yang aku perlukan,
“Hi ndree..” gladys menyapaku dengan kaos dan hotpants, rambut digelung ke atas begitu saja, kacamata bertengger di atas hidungnya, tanpa make up sama sekali. Hhhhmmm anak ini imut beneran dan emang cantik dari sananya.
“Hi gle”
“loe tau nggak, Cuma loe yang manggil gw gle”
“bisa aja loe, trus yang lain manggil loe apa?”
“Ya lengkap aja Gladys”
“hahahaha… gk percaya”
“Ya udah, minum apa loe?”
“kopi ada?”
“ada, pake gula gk?”
“gk usah”
“kan pahit? Pake gula ya, jangan minum yang pahit lagi, hiduploe udah cukup pahit xixixixi”
“suwek loe, tau aja hahahaha”
“ndree.. di kamar aja yuks..”
“Hah?! Mo ngapain?”
“jangan mesum ya, itu kamar udah jadi ruang kerja gw”
“Oohh.. Okey”
Aku lihat sebuah ruangan ukuran 4×5 dengan meja kerja modern tapi luar biasa berantakan dengan dokumen yang bertumpuk sampai di lantai. Ada sofa didalam kelihatannya untuk Gladys tiduran kalau lelah, aku duduk di sofa itu.
“bentar ya ndre… gw cariin datanya…”
“Nih” katanya membawa sebuah ordner besar dan tebal dalam keadaan terbuka dan menghempaskan pantatnya di sebelahku
“Ini loe perhatiin deh, ini data empat tahun lalu. ada 371 karyawan semua terdaftar di jamsostek, jamsostek itu kan social security gitu kan?”
“Iya..”
“nah kemudian liat data ini, sebentar….” katanya sembari membalik setumpuk dokumen dalam ordner itu.
“Udah gw tandain nih. Ini cuma ada 146 aja yang terdaftar di jamsostek, make sense gk?”
“Bisa aja kalau mereka resign trus digantiin dan penggantinya gk di daftarkan?”
“wait… nih loe pegang dulu…”
Gladys kemudian berdiri dan mengambil ordner yang lain dan membuka lalu meneliti isinya sebentar.. lalu kembali duduk disampingku
“NIh… ini payroll mereka bulan lalu, loe lihat deh..”
Aku segera meneliti data tersebut… hhhmmm..
“ini nama-namanya masih ada koq?”
“aneh gk sih?”
“nggak juga sih, soalnya gini.. ini real estate company kan, mereka biasanya hire orang based on project. Bisa aja saat project selesai mereka dilepas trus pas mulai project baru di rehire. Nah yang di rehire ini gk dimasukkan dalam program jamsostek”
“hhhmmm… i got it.”
“jadi kalau menurut gw yang karyawan inti ya cuma 146 ini.”
“tapi emang mereka lagi ada project sekarang?”
“Ya itu harus loe cek ke lapangan, gle..”
“issh.. gue suka banget cara loe ngomong gle..”
“Heh fokus! Hahahaha”
Gladys tampak berpikir sambil ketuk-ketuk kertas di order yang dipegangnya.
“Eh tunggu.. ini payrollnya berapa orang?”
“Coba.. 731 orang, ndree”
“hhhmmm smell fishy tapi gw gk tau apa”
“makanya gw juga ngerasa begitu…”
“Tapi apa ya, Gle?”
“hhhmmmm… mau gk loe kalo kita cek lapangan?”
“what?!”
“ntar gue mintain akses sama auditornya, tapi mau cek apa ya ndre?”
“bisa, loe minta update struktur organisasi termasuk yang di properti management dan di project”
“Okey..”
“trus kita headcount audit”
“hhhmmm… bisa juga, tapi kan kita gk orang tau itu beneran dia atau bukan? Bisa aja mereka sakit atau gk masuk?”
“udah loe minta dulu aja datanya, trus kita cek lapangan. Pasti dapet koq. Gk mungkin kan 731 orang sakit semua”
“ya udah, bentar gw catet dulu”
Gladys kemudian berdiri dan menaruh begitu saja ordner yang di pangkuannya kemudian sibuk mencatat pada kertas yang terletak di lantai sambil nungging. Annjiiirrrr… tuh pantat.. koq nggak ada nyeplak celana dalem?
“Oh ya ndre.. nih kerjaan loe udah gw pisahin.” Gladys menunjuk tumpukan ordner di sampingnya sambil masih sibuk catet catet sambil nungging
“Giling banyak banget”
“Ntar gw minta security bawah bantuin bawa pake troley, gw sering koq.”
“thanks ya…”
“apanya?”
“Dokumennya lah Gle..”
“oohh.. kirain thanks buat gratisan dari gw barusan”
“maksudnya?”
“Loe pikir gw gk tau loe perhatiin pantat gw udah kayak mau copot tuh mata? Xixixixi”
“yah namanya cowok, dikasih gratisan didepan mata..”
“Makanya bilang makasih dong…”
“makasih ya… gle..”
“Buat apa?” Gladys berbisik di telingaku
“buat pantat imutnya..” bisikku gantian
“itu gk gratis tau.. bayar..” bisiknya lagi
“Pake apa?”
“pake ini..”
Sama seperti waktu di kamar Lidia, Gladys langsung nyosor bibirku. Kami kembali berciuman, kali ini lebih hot karena situasinya lebih private. Cewek imut berkacamata mirip IU ini beneran agresif. Kissing stylenya pun bagus, tekanan kuat dan lembut bergantian dimainkannya, aku mencoba mengikuti alurnya. Mata kami terpejam, menajamkan indera perasa di bibir kami beradu untuk selanjutnya mengirimkan sinyal pembangkit hormon ke otak kami. Beberapa menit kami saling menjelajahi luasan tak seberapa di bibir, tiba tiba gladys menghentikan semuanya.
Kacamatanya di letakkan di meja, kemudian tangannya meraih ordner yang ada dipangkuanku melemparkannya begitu saja dan segera duduk di pangkuanku,
”xixixi not bad… actually quite good lho ndre..”
“take a lead, I’ll folow”
“really? Yeay!! Xixixi i want more”
Gladys segera membebaskan kaos kecil itu dari badannya dan melepaskan penjepit bra untuk membebaskan toketnya yang ternyata emang hampir rata seperti yang aku kira. Ada bulu ketiak halus di sana, terlihat begitu sexy tumbuh diantara putih halus kulit ketiaknya.
Ia lalu melepaskan kaosku dari tubuhku dan kembali bibirku disambar, kami segera saja terlibat dalam percumbuan yang lebih panas, dengan lidahnya mulai menjelajah dalam rongga mulutku untuk bertemu dengan lidahku. Nafas kami segera saja mulai memburu seiring desahan kami berdua terdengar bersahutan. Tangannya sibuk memilin putingku sementara tanganku juga mulai memainkan puting coklatnya dengan pentil imut yang tampak hanya seperti tonjolan kecil dipucuk payudaranya.
Kami terus bercumbu dibarengi gerakan lembut pantat gladys maju mundur di atas kontolku.
“Ssshhhh… ndree. Its getting hard down there”
Bersambung