Cerita Erotis Hasrat di Sekolah Part 3
“Assalamualaikum, Jaka.” Bu Farhah menyapa
“Waalaikum salam, Bu Farhah. Cantik banget pagi ini.”
“Apa ihh, gombal-gombal. Gak suka ah.” kata Bu Farhah tersipu malu.
“Kenapa bu?”
“Nanti setelah jam mengajar kamu tolongin saya bisa gak, Jak?”
“Tolong apa?”
“Tolong bantu masukin nilai UH1-3 sama UTS.”
“Nanti sore?”
“Iyaa.”
“Oke dehh.”
Gw pun meninggalkan Bu Farhah di depan kelas 4. Lalu Gw penasaran, bagaimana keadaan Bu Nisa setelah kejadian kemarin. Setelah dia merasakan pipis enak karena Gw mainin memeknya.
“Assalamualaikum, Bu.”
“Waalaikum salam, Jak.”
“Anak-anak pada kemana, Bu?”
“Lagi istirahat, Jak. Palingan pada ke kantin.”
“Oohh. Ibu tetap masih mau saya anterin pulang kan?”
“Ya masih doong. Malah saya mau dianterin kamu terus.”
“Serius, Bu?”
Bu Nisa hanya menjawab dengan mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.
Ternyata, hal itu malah membuat Bu Nisa semakin dekat dengan Gw.
__–__
“Saya yang masukin ya.” kata Gw.
“Iya. Tapi pelan atau cepet nih.” tanya Farhah.
“Sedang saja. Takutnya nanti gimana gitu.”
“Okedeh. Mulai nih?”
“Iya.”
“80, 78, 92, 91, 79, 87, 88, 95, … ”
Seperti perjanjian kami tadi, Gw membantu Bu Farhah memasukkan nilai ke Excel. Setelah anak-anak pulang, kami memulai pekerjaan kami. Guru-guru sudah banyak yang pulang, bergelut dengan urusannya yang lain. Pak Hendra dan Bu Sinta sepertinya belum pulang, tapi yang saya tau mereka sudah tidak pernah ngentot lagi. Bu Sinta yang bercerita kepada Gw. Bukan karena Pak Hendra yang tidak mau, tetapi Bu Sinta yang sudah berani menolaknya.
“Assalamualaikum.” Bu Nisa mengucapkan salam saat memasuki ruang guru.
“Walaikum salam.” jawab kami berdua.
“Kalian lagi apa?” tanyanya.
“Ini, saya minta tolong Jaka buat masukin nilai ke Excel. Ini udah rapih tinggal saya hitung pake rumus.” jawab Bu Farhah.
“Ohh, gitu. Abis ini kamu mau langsung pulang, Far?” tanya Bu Nisa.
“Iya bu, selesai ini langsung pulang.”
“Yaudah deh saya tungguin dulu, biar bareng kita pulangnya.”
“Boleh, deh. Aku juga takut sendirian disini. Hehehe.”
Lalu Bu Nisa duduk disebelah Gw. Bu Farhah yang sedari awal duduk di depan Gw pun tetap melanjut pekerjaannya.
Lalu karena iseng, gw mulai melakukan permainan itu lagi. Dengan pelan, tangan gw bergerak menuju memek Bu Nisa. Karena sadar, Bu Nisa melotot kaget ke Gw. Tetapi Gw masih tetap melanjutkannya.
Tangan Gw sudah berada di dalam CD Bu Nisa, Gw sudah merasakan garis lipatan memek Bu Nisa di jari tengah Gw. Perlahan Gw meraba-raba memek itu hingga jari Gw bisa masuk ke dalamnya. Bu Nisa terlihat menggigit jari tengahnya. Nafasnya mulai tidak teratur.
Karena takut dicurigai, Bu Nisa menidurkan kepalanya di atas meja. Setelah menemukan benjolan kecilnya, Gw memaju mundurkan jari Gw di dalam memek Bu Nisa. “Mphh .. ” Bu Nisa mendesah pelan.
“Ehh, Bu Nisa kenapa, Jak?” tanya Bu Farhah.
“Ngantuk mungkin.” jawab Gw sambil tetap menggesek-gesek jari Gw di dalam memek Bu Nisa.
“Ihh, kenapa enggak pulang aja. Enggak enak aku sama kalian.”
“Enggak apa-apa. Lagi pula kalo kami pulang nanti kamu disini sama siapa? Nanti kamu takut.” kata Gw sambil membenamkan seluruh jari tengah Gw ke dalam memek Bu Nisa.
“Ihh, kamu baik banget sih. Yaudah ini hampir selesai.”
Lalu Gw menggerakkan jari Gw masuk dan keluar memek Bu Nisa dengan cepat. Hingga Bu Nisa bisa pipis enak lagi. Gw tau itu karena Gw merasakan ada air hangat yang keluar dari dalam memek Bu Nisa. Dan juga Bu Nisa merapatkan kedua pahanya dengan kencang.
Gw pun mengeluarkan tangan Gw dari dalam CD Bu Nisa. Lalu mengelap jari Gw yang basah ke celana Bu Nisa. Melihat hal itu, dia mencubit paha Gw. Lalu dia pura-pura sudah bangun tidur.
“Ehh, udah bangun, Bu?” tanya Bu Farhah
“Enggak tidur sih sebenernya, cuma memejamkan mata. Hahaha.”
“Aku udah rapih nih. Pulang yuk, atau masih mau disini?”
“Ayo pulang bu, kangen rumah saya.” ajak Gw ke Bu Nisa
“Ayo deh.”
Udah dua kali Gw membuat Bu Nisa merasakan kenikmatan seperti itu. Dan ternyata dia sangat menyukai itu. Tapi, apakah Gw bisa meminta Bu Nisa untuk menikmati tubuhnya dia? Gw masih perjaka, belum pernah merasakan itu semua. Jadi Gw harap Bu Nisa bisa membuat Gw jadi tau semuanya.
“Kamu naik ojol, Far?” tanya Bu Nisa.
“Iya, ibu sama Jaka kan?”
“Jadi ojek saya nih Jaka sekarang. Hahaha.”
“Itu ojol aku. Aku duluan ya Bu, Jak.”
“Iyaa.” jawab kami bersamaan.
Gw mengantarkan Bu Nisa ke rumahnya seperti biasa. Tetapi si tengah perjalanan, Bu Nisa bilang …
“Jak, kamu udah bikin aku orgasme dua kali.”
“Orgasme itu apa bu?”
“Pipis enak gitu.”
“Ohh. Terus kenapa bu? Saya salah ya? Maaf ya bu, maaf.”
“Enggak kok. Malah, saya yang merasa salah karena belum ngasih apa-apa ke kamu.”
“Jadi ibu mau traktir saya lagi?”
“Bukan gitu maksudnya. Kita ke hotel yuk?”
“Hah? Terserah ibu deh. Hotel mana?”
“Yang deket-deket sini aja. Pintu Merah deket sini.”
Gw enggak nyangka Bu Nisa ngomong kayak gitu. Dengan blak-blakan Bu Nisa mengajak Gw buat check in untuk membalas perbuatan Gw.
“Dimana bu?” tanya Gw.
“Kamar nomer 3. Itu.”
Kami pun masuk ke dalam kamar yang kami sewa. Aku tidak tahu harus berbuat apa selain duduk-duduk grogi di kasur. Dan Bu Nisa pun membuka obrolan.
“Aku ngajak kamu kesini untuk membalas kebaikan kamu, Jak. Selain kamu bantuin aku dalam hal kerjaan, kamu juga bantuin aku dalam hal syahwat. Udah lama aku enggak ditiduri sama suami aku, dia selalu aja judi dan mungkin uangnya digunakan untuk mabuk sama ngentot dengan lonte.”
“Jadi, biarkan aku yang ngelayanin kamu ya, Jak.” lanjut Bu Nisa.
Lalu Bu Nisa membuka pakaiannya satu per satu. Dimulai dari jilbabnya, ikat rambutnya dilepas sehingga rambutnya jatuh menjuntai sepunggung. Lalu kancing kemejanya dicopot satu persatu hingga semuanya terbuka. BH ungu bercoraknya terlihat jelas, Gw tidak tahu ukurannya berapa. Yang pasti Gw suka ukuran toket segitu. Lalu Bu Nisa membuka celananya dan memperosotkannya kebawah. Perlahan Bu Nisa menghampiri Gw. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Gw untuk berbisik.
“Sisanya kamu yang buka, yah.”
Lalu gw bangun dan memeluk Bu Nisa. Gw cium lehernya, dadanya, lalu Gw membuka kaitan BH nya. Jatuhlah benda penutup itu ke lantai dan terpampang jelas toket indah itu dihadapan Gw. Gw pegang dengan kedua tangan Gw dan menciuminya satu persatu.
“Kamu suka, Jak?”
“Iyaa.”
Gw jilatin pentil coklatnya yang mengacung itu. Seperti seorang anak yang kehausan meminta susu kepada ibunya.
“Kamu belum pernah kayak gini yah, Jak?”
“Iyaa bu.”
“Kamu mainin pakai lidah, Jak. Terus gigit-gigit kecil.”
Gw pun menurut. Gw gerakkan lidah Gw ke atas dan ke bawah lalu memutari pentil Bu Nisa. Lalu sedikit Gw gigit dan Gw tarik diikuti desahan Bu Nisa.
“Aahhhh, iya Jaka, begitu. Mpphhhh,, ahhhh.”
Lalu tanpa disuruh, Gw melorotkan CD Bu Nisa ke bawah. Bu Nisa pun mengangkat kakinya lalu menendang CD nya itu entah kemana. Sambil menyedot-nyedot toket Bu Nisa. Tangan Gw kembali memainkan memek Bu Nisa. Kali ini Gw masukin jari tengah dan telunjuk Gw kedalam memek Bu Nisa.
“Iyaaa Jakkk. Enakk banget ihhhh.”
Lalu Gw ciumi wajah Bu Nisa. Dari pipinya, lalu hidungnya, dagunya, lalu lehernya. Gw enggak bisa pindah dari lehernya Bu Nisa. Aromanya dan rasanya lebih enak dari yang lain.
“Jak, kamu udah nemuin G Spot akuuu.”
“G spot itu apa, Bu?”
“Daerah di tubuh yang paling bikin nikmat.”
“Bukannya di memek, Bu?”
“Iyaa, tapi di tempat lain ada. Dan setiap manusia beda-beda G Spot nya.”
Dengan begitu gw kembali menciumi leher Bu Nisa. Dengan tangan kanan mengobok-obok memek Bu Nisa dan tangan kiri meremas-remas toket Bu Nisa. Dia pun memeluk Gw dengan mata terpejam dan mulut terbuka.
“Nikmat banget, Jak.”
Lalu Bu Nisa mengeraskan pelukannya dan menyandarkan kepalanya ke bahu Gw.
“Aaahhhhhhh, aku keluar Jak.”
Gw pun melepaskan tangan Gw dari memek dan toket Bu Nisa. Bu Nisa menatap Gw sambil tersenyum. Lalu entah kenapa Gw mencium keningnya.
Bu Nisa kaget, lalu dia tersenyum sambil meneteskan air mata.
“Jaka, tau gak?”
“Kenapa Bu?”
“Kamu telah melakukan kesalahan. Kamu cium kening aku, aku jadi cinta sama kamu Jak.”
Gw kaget. Ternyata Bu Nisa suka sama Gw.
“Aku juga cinta sama ibu. Tapi sayang ibu udah punya suami.”
“Sekarang aku lagi enggak punya suami.”
“Jadi aku bisa milikin ibu?”
“Iyaaaaa.”
Lalu Bu Nisa mencium bibir Gw, tidak lupa dengan permainan lidahnya.
“Sekarang giliran aku yang puasin kamu.” kata Bu Nisa sambil membuka kancing baju Gw.
“Ajarin aku ya, Bu. Saya belum pernah beginian soalnya.”
“Kalo dosa kenapa kamu lakuin, Jak?” lanjut Bu Nisa membuka kaos Gw.
“Karena nikmat dan aku melakukannya sama ibu.”
“Ibu kamu?” tanya dia bercanda. Lalu Bu Nisa menjilati dan menyedot pentil Gw.
“Bukan. Tapi Ibu Annisa Putri.”
Bu Nisa mulai berlutut. Dia membuka gesper Gw. Lanjut dengan celana serta kolor Gw.
“Kamu enggak pake CD, Jak?”
“Enggak suka, Bu.”
“Tuh kan bener, gede.”
“Apanya, penis aku bu?”
“Kontol, Jak. Kontol.”
“Iya, Bu. Kontol aku gede?”
“Iyaa. Lebih besar dari rata-rata kontol orang lain.”
“Emang ibu pernah ngeliat kontol siapa aja?”
“Baru suami aku sama kamu doang. Tapi dari bokep-bokep asia, kontol kamu lebih besar.”
Lalu Bu Nisa berdiri dan melangkah maju untuk menuntun Gw agar tiduran di kasur.
“Di kasur aja, Jak.”
Gw pun naik ke kasur dan merebahkan diri. Bu Nisa berlutut di atas Gw dan menciumi bibir Gw.
“Kita mulai ya, Jak.”
” ….. ”
Lalu Bu Nisa berdiri dan melangkah maju untuk menuntun Gw agar tiduran di kasur.
“Di kasur aja, Jak.”
Gw pun naik ke kasur dan merebahkan diri. Bu Nisa berlutut di atas Gw dan mencium bibir Gw.
“Kita mulai ya, Jak.”
Dia menyedot seisi mulut Gw dengan nikmatnya. Bahkan kadang hingga Gw sesak untuk bernafas. Lalu dia turun ke leher dan dada Gw. Disini Gw mulai mengerti. Disaat Gw ciumin leher Bu Nisa dia merasakan keenakan, tetapi disaat Bu Nisa menjilati leher Gw, Gw merasa biasa aja.
Turun ke dada, dia menyedot puting Gw bergantian. Kontol Gw semakin tegang atas perbuatannya. Mengetahui hal itu, dia pun meraih kontol Gw lalu dikocoknya perlahan.
Gilaa. Ini enak banget. Gw belom pernah ngerasain yang kayak begini. Lanjut Bu Nisa turun menjilati perut hingga ke bawah. Dan akhirnya sampailah Bu Nisa turun ke kontol Gw.
“Aku sepong ya, Jak.”
Bu Nisa menjilat kepala kontol Gw sekali. Dua kali. Empat kali. Lalu memasukkannya kedalam mulutnya seperti memakan es krim. Dimasukkannya lagi. Lalu yang ke tiga, dia tidak hanya memasukkan, tetapi juga menyedotnya.
“Uhh, Buu.”
Gw pun menggelinjang kegelian. Bu Nisa hanya tersenyum melihat hal itu. Dia kembali menjilati kontol Gw dari kepala hingga bawah lehernya. Dia masukkan lagi ke dalam mulutnya dan menyedotnya sambil menaik turunkan kepalanya.
“Bu, enak banget sih.”
“Hmmmmm phmmmhh.” kata Bu Nisa yang tidak terdengar karena mulutnya dipenuhi oleh kontol Gw.
Selesai dengan itu, dia melepaskan isapannya dari kontol Gw. Lalu dia genggam kontol Gw dan mengangkatnya keatas. Bu Nisa menurunkan kepalanya menuju biji Gw dan dijilatinya.
“Hahahaha. Gelii buuu.”
Lalu dia sedot dan masuklah salah satu biji Gw kedalam mulutnya. Dia sedot dan diputar-putarkannya dengan lidahnya.
“Udah, Bu. Udah. Ganti ahh yang lain.”
Lalu Bu Nisa bangkit dan berjongkok di hadapan kontol Gw sambil mengocoknya.
“Kamu masih perjaka kan, Jak?”
“Iyaa, Bu.”
“Perjakanya saya yang ambil, boleh?”
“Malah saya tanya, boleh gak saya lepas perjaka saya sama Bu Nisa?”
Bu Nisa hanya tertawa lalu dia kecup kepala kontol Gw. *cuppss
“Aku masukin ya, Jak?”
Bu Nisa pun memposisikan memeknya agar berada tepat di atas kontol Gw. Lalu dengan pelan dia menurunkan memeknya hingga menyentuh kepala kontol Gw. Perlahan dia gesekkan kontol Gw ke memeknya, terasa basah.
“Gedenya itu loh, bikin deg degan.”
“Emang kenapa, Bu?”
“Saya udah lama enggak ngentot sama suami saya. Jadi bisa kaget kalo baru ngentot lagi langsung ketemu yang kayak gini.”
Dengan perlahan Bu Nisa menurunkan memeknya agar dimasuki kontol Gw. Kepala Gw sudah masuk ke dalam memeknya. Gw merasakan basah dan hangat. Lalu dia membenamkan seluruh kontol Gw kedalam memeknya. “Aaaghhhhkh.” erangnya.
“Enak bangettt buuu.” ucap Gw merasakan kenikmatan itu.
“Kamu udah enggak perjaka sekarang. Wleee” canda Bu Nisa.
“Rasanya gimana, Jak?” tanyanya.
“Enaakkk, Buu. Anget, basah, gelii. Gitu deh.”
“Bukan, maksudnya abis aku bikin enggak perjaka itu gimana.”
“Enggak gimana-gimana, Bu. Malah enak.”
“Karena kamu laki-laki, Jak. Coba kalo perempuan, dia bakal ngerasain sakit banget, kayak kamu ngerasain sunat tapi enggak pake suntik bius. Dan juga bakal mengeluarkan darah, karena selaput dara nya robek. Jadi, kalo kamu mau perawanin orang, pelan-pelan ya.”
“Iya Bu Guru Nisa.” ucap Gw.
Lalu Bu Nisa mulai menaik turunkan pinggulnya. Ini baru nikmat rasanya. Dia menaik turunkan pinggulnya dengan tempo yang pelan.
“Huhhh huhhh, enak Jak?”
“Bangettt.”
Lalu Bu Nisa mulai mempercepat gerakannya. Gw pegang pinggulnya lalu dia tersenyum.
“Lakukan aja apa yang kamu mau, Jak.”
Gw pun meremas-remas toketnya dari bawah. Toket yang bergoyang-goyang itu makin membuat Gw bernafsu.
“Bu.”
“Kenapa, mau keluar ya?”
“Enggak tau ini, rasanya enak banget.”
“Iyaa. Saya juga mau keluar nih. Bareng yuk.”
“Ahhh ahhhh, huhh huhhh huhh huhh.” Bu Nisa mengerang keenakan sambil menaik turunkan pinggulnya.
“Kontol kamu enak banget, Jakkk.”
“Memek Bu Nisa enaakk.”
“Aku mau keluar, Jak.”
Bu Nisa semakin cepat menaik turunkan pinggulnya.
“Huh huh huh huh. Aaaagghhhhhhhhh.”
“Bu Nisaaa. Saya keluaar.”
Entah kenapa Gw merasa kenikmatan dan keenakan sekaligus. Tanpa sadar Gw menaikkan pingul Gw menekan memek Bu Nisa keatas. Bu Nisa juga terlihat seperti sedikit kejang menikmati pipis enaknya. Bukan, orgasme yang dia bilang tadi.
“Haahhhhh.” Bu Nisa menjatuhkan tubuhnya ke badan Gw.
“Makasih banyak, Jak.” kata Bu Nisa.
“Enak banget, Bu. Tadi.”
“Kontol kamu enak banget, Jak.”
“Memek ibu juga enak.”
“Main lagi yuk.”
“Sekarang?”
“Nanti, saya masih capek.”
“Iyah, saya juga lemes, Bu”
“Hahahaha.”
Lalu Bu Nisa menidurkan badannya disamping Gw. Bu Nisa memiringkan tubuhnya menghadap Gw dan Gw pun demikian. Bu Nisa membelai rambut Gw sambil tersenyum-senyum.
“Saya enggak nyangka kamu baik banget, Jak.”
“Oo ya jelas. Hahahaha.”
Bu Nisa pun tertawa lalu mencubit paha Gw.
“Baru juga dipuji sedikit udah sombong.”
“Bu Nisa juga baik sama saya. Jadi saya baik sama Bu Nisa.”
“Kamu jadi pacar saya ya, Jak.”
“Hah??!! Gimana, gimana?”
“Bukan pacar beneran sih. Saya tau suatu saat kamu akan punya pacar beneran dan menikah, saya juga masih cinta sama suami saya, hanya butuh sedikit hidayah agar dia sadar. Jadi, selama hanya kita berdua dan suasana mendukung. Kamu jadi pacar saya ya?”
“Iyaaa, sayang.” kata Gw yang diteruskan dengan mengecup bibirnya.
*cupppss
*cuppsss
*cupppsss
*slruurppp
*slruuurpp
Bu Nisa memainkan lidahnya di dalam mulut Gw. Gw pun membalasnya, Gw sedot lidahnya naik turun seperti saat di bioskop kemarin. Bu Nisa menyedot seluruh air liur Gw hingga Gw sesak. Gak mau kalah, Gw pun menyedot air liurnya. Hingga kamu bertukar air liur secara bergantian.
*Glukkk Bu Nisa menelan air liur kami bedua
“Main lagi, yuk.”
“Ayoo Bu.”
“Tapi kamu yang diatas ya.”
“Okeee.”
Gw pun bangkit berlutut diatas tubuh Bu Nisa. Sebelum Gw mulai mengentoti Bu Nisa, Gw memandangnya cukup lama. Bu Nisa tersenyum sambil memainkan toketnya. Gw tertawa melihat tingkahnya.
Karena gemas, Gw pun menciumi toketnya yang lumayan besar itu. Gw jilat, Gw sedot, Gw mainin pakai lidah, lalu Gw gigit-gigit kecil pentilnya.
“Masukin ya, Bu?”
Bu Nisa hanya mengangguk. Gw masukkan kontol Gw ke memek Bu Nisa. Tetapi sulit sekali menemukan lubang kenikmatan itu.
“Kenapa? Enggak ketemu ya? Hahaha.” ledek Bu Nisa.
Akhirnya Bu Nisa menuntun kontol Gw menuju memeknya. Dia menggenggam kontol Gw, menempatkan kepala kontol Gw menuju tepat di depan liang senggamanya. Lalu Gw menyodok kontol Gw masuk ke dalam memeknya.
“Aaihhhhh. Pelan-pelan, Jak.”
Lalu dengan cepat Gw pompa keluar masuk kontol Gw dengan cepat.
*Plok plok plok plok
“Aahhhhhhh, ahhhh, mphh mphhhhhh, ahhhhh Jaaaakkkkkk. Gilaaa kamu Jakkkk.”
“Huhh huhhh, henaakk ghaaakk Bhuuuu??”
“Maaantepppp Jaaakkk. Aaaahhhhh, aahhh. Mpphhhhhh, Jaaakkk.”
Sambil memompa kontol Gw, Gw juga bermain-main dengan toket dan mulutnya. Sekali-kali jua Gw jilati wajahnya.
“Aahhhhh, Jaaakkk. Mheemeekkk,, shayaaaa, bhasaahhhhh. Thookeettt shaamaaa mhuukaaa shaaaayaaa khaamuu bhuaatt bhasaahhh juughaaaaa. Aaahhhh aahhhh.”
“Huhh huhh, henakk khann Bhuu?”
“Jaakk jaaakk, bhentarrr.”
Gw pun menghentikan laju kontol Gw. Terasa sanyat hangat di dalam memek Bu Nisa yang Gw tebak itu adalah orgasmenya.
“Saya keluar, Jak. Haaahhhh, haahhhhh.” Bu Nisa menikmati masa-masa orgasmenya.
“Lagi gak, Bu?”
“Ayo deh.”
Gw pun kembali memaju mundurkan kontol Gw di dalam memek Bu Nisa. Kali ini, sangat basah terasa di dalamnya. Menjadi sangat licin rasanya.
*Cret cret cret cret
“Memek ibu banjir banget. Hahaha.”
“Kamuu abisnyaa bikin saya enak.”
“Langsung aja ya Bu. Saya langsung keluarin.”
“Iyaa.”
*Plok plok plok plok
“Aahh ahhhhh Jaaakaaa.”
“Kenapa Bu. Enak nih, saya lagi enak.”
“Iyaaa Jakkk, saya jugaaaa.”
*Plok plok plok plok plok
“Bu, saya mau keluar.”
“Iyaa Jakk. Keluarin ajaaa.”
Gw pun mempercepat tempo gerakan kontol Gw menghajar memek Bu Nisa. Disaat-saat yang seperti ini terasa sangat enak, kenikmatan yang berdosa besar. Zina itulah namanya.
“Buu, saya keluaaarrr.”
“Iyaaa Jakk, samaaa.”
*Crotttt crottt bressssss.
Semprotan air mani Gw bercampur dengan cairan orgasme Bu Nisa didalam liang kenikmatan itu. Kamu bedua pun merasa lemas, dan berbaring bersebelahan bagaikan pasangan suami isteri.
Bu Nisa menatap hampa ke langit-langit ruangan. Gw hanya bisa tersenyum karena telah menikmati perzinahan ini bersama Bu Nisa.
“Bu?”
“Iya, Jak?”
“Kalo ibu hamil, gimana?”
“Gapapa, Jak. Toh suami saya enggak bisa ngehamilin saya. Hihihi.”
“Ohh, jadi selama ini ibu belum punya anak karena suami ibu … ”
“Mandul. Iya.” Bu Nisa melanjutkan perkataan Gw.
“Terus kalo nanti ibu hamil padahal suami ibu lagi di penjara, gimana bu?”
“Ya enggak dong Jak. Nanti ibu coba minum pil KB atau nanti ibu pasang alat KB supaya kalo ngentot lagi sama kamu kita enggak usah khawatir.”
“Oke dehhh.”
*Slurppp slurppp
“Ehh, masih haus apa Jak? Hahahaha.” Bu Nisa menertawakan Gw yang masih saja netek padahal baru selesai ngentot dengannya.
Bersambung