Cerita Erotis Hasrat di Sekolah Part 2

Esoknya…

Di sekolah…

Bu Nisa menawarkan aku untuk mengajar di kelas, soalnya dia ingin memasukkan nilai-nilai anak kelas 6 ke aplikasi yang kemarin kami kerjakan. Tetapi, Gw masih malu buat ngajar, jadi Gw menawarkan diri ke Bu Nisa untuk memasukkan nilai saja. Sedangkan Bu Nisa tetap mengajar di kelas.

Pukul 12.30 siang, anak-anak berbondong-bondong meninggalkan sekolah setelah selesai sholat dzuhur berjama’ah.

“Gimana, Jak? Udah selesai? Duh, ibu jadi ngerepotin lagi.” kata Bu Nisa.

“Kan emang saya ditugasin Pak Sulai untuk direpotin Bu Nisa. Hahahaha.”

“Udah selesai berapa, Jak?”

“24 dari 31 nih, Bu.”

“Hahh, kok cepet banget, Jak?”

“Emang yah??” tanya Gw heran karena bingung dengan respon Bu Nisa. Padahal input ini gampang-gampang aja bagi Gw.

“Hebat kamu, Jak. Nanti saya traktir deh.”

“Wahh, okedehh. Jadi semangat nih.”

“Hahahaha. Ayo sini saya bantu.”

Hingga pukul 2 sore, Gw melakukan input nilai bersama Bu Nisa. Selesai juga pekerjaan itu dalam satu hari. Padahal, Bu Nisa bilang kalau guru kelas 6 sebelumnya kasih tau input ini bisa-bisa selesai dalam 4 hari. Tapi karena Gw yang kerjain, bisa cuma sehari saja selesainya.

“Ya ampun, Jak. Ini mah saya harus traktir kamu yang mahal-mahal nih.”

“Ya enggak gitu juga dong, Bu. Santai aja.”

“Kamu mau pulang, Jak?” tanya Bu Nisa.

“Kalo udah selesai, ayo aja deh, Bu.”

“Udah sih ini mah. Orang gara-gara kamu kerjaannya jadi cepet banget selesai.”

“Yaudah deh, ibu mau pulang juga? Ayo bareng.”

“Ayo deh. Sebentar ya, saya beresin dulu.”

Setelah selesai berberes, Bu Nisa berpamitan pada guru-guru yang masih berada di Ruang Guru.

“Pak Rizki, Bu Farhah, Bu Muti, Bu Putri. Saya pulang duluan, ya.”

“Ibu udah dijemput?” tanya Bu Putri. Guru Agama kedua setelah Pa Basyir yang juga adalah ayahnya.

“Ini bareng Jaka. Ojek baru saya.”

“Wihh, ojeknya berondong. Hihihii.” ucap Muti.

“Ehh, jangan digituin. Nanti Bu Putri cemburu.” jawab Bu Nisa.

“Enggak dong. Bu Putri kan hatinya udah buat saya, Bu.” timpal Pak Rizki. Memang, rumor berkata bahwa Pak Rizki akan menjalin hubungan dengan Bu Putri, bahkan akan melamarnya tahun ini.

“Wuss, emangnya hati aku sate di bubur apa bisa kamu milikin.” ucap Bu Putri.

“Aku enggak ikut-ikut yaa. Lagi fokus.” saut Bu Farhah.

“Iyaa, kamu mah mana pernah mau dideketin sama cowok. Nanti jadi perawan tua loh. Hahaha.” kata Muti membalas perkataan Farhah.

“Aku sih mau-mau aja kalo cowoknya datengnya bukan ke aku, tapi ke ibu aku. Hahahaha.” jawab Farhah.

“Udah udah, jangan ribut gara-gara ngerebutin Jaka. Saya pulang dulu yah, assalamualaikum.”

“Iya, semuanya. Assalamualaikum.”

“Waalaikum salam.” jawab mereka serempak.

Lagi, Gw mengantarkan Bu Nisa lagi untuk yang kedua kalinya. Kali ini dia bercerita kalau ternyata kemarin suaminya itu diajak untuk bertanding judi dengan agen judi yang lumayan besar hadiahnya. Makanya suaminya tidak jadi menjemputnya. Kemarin suaminya menang berjudi, dapat uang 10 juta. Tapi Bu Nisa tidak sudi untuk menggunakan uang itu.

Setelah sampai di rumah Bu Nisa, datang berita tidak mengenakkan. Suami Bu Nisa tertangkap sedang berjudi lagi oleh Ketua RT di kecamatan sebelah. Dan sekarang dia sedang ditahan di polsek. Kamipun segera datang ke polsek untuk menemui suaminya. Tapi Bu Nisa menyuruh aku untuk segera pulang saja, biar dia yang mengurus suaminya, dia tidak mau Gw direpotkan nantinya, katanya.

Esok harinya Bu Nisa tidak masuk kerja, Gw menggantikannya mengajar di kelas 6. Dari pagi hingga siang Gw mengisi kegiatan pembelajaran di kelas. Lelah, itu yang Gw rasakan. Karena Ruang Guru pasti ramai, dan Ruang Kepsek tidak mungkin Gw bersantai di sana. Jadi, kayaknya Gw bersantai di Ruang TU saja. Sekalian mau ngucapin terima kasih ke Bu Sinta karena udah ngasih info tentang lowongan di sekolah ini.

“Assalamualaikum.” Gw masuk ke Ruang TU. Dan ternyata Pak Hendra baru saja keluar dari toilet dengan kemeja terbuka sambil mengenakan celananya kembali.

“Ehh, Jaka!!” Pak Hendra terperanjat kaget dengan kedatangan Gw. Dan juga terlihat Bu Sinta berada di dalam toilet tanpa mengenakan pakaian. Sontak, Gw langsung mengeluarkan hp untuk merekam kejadian itu, siapa tau bisa dijadikan alat bukti untuk dilaporkan ke Pak Sulaiman.

“Apa apaan kamu, Jak.” kata Pak Hendra yang kembali masuk ke toilet. Jelas salah, karena makin membuat mereka terlihat seperti benar melakukan hal itu.

“Pak, Bu, keluar. Kalo enggak saya panggil guru-guru biar pada tau semua nih.” ancam Gw. Entah kenapa semua mengalir begitu aja di pikiran Gw.

“Iya, Jak. Iya. Nih keluar.” kata Pak Hendra.

Lalu mereka berdua keluar. Pak Hendra kembali mengenakan celananya dan Bu Sinta juga mengenakan seluruh pakaiannya. Sudah terekam jelas ketelanjangan mereka berdua, terutama Bu Sinta, tubuh bugilnya sudah terekam masuk kedalam rekaman kamera hp Gw.

“Jangan gitu dong, Jak.” ucap Pak Hendra.

Pak Hendra terus-terusan meyakinkan Gw untuk tidak melaporkan kejadian ini, sedangkan Bu Sinta hanya tertunduk malu sambil menangis.

“Jak, kamu mau minta apaan juga Gw kasih. Tapi jangan laporin ya, Jak. Tuh Bu Sinta sampe nangis gitu.” tiada hentinya Pak Hendra meyakinkan Gw.

“Iya udah, video ini tetap saya simpan untuk jaga-jaga tapi ya. Udah Bu Sinta, jangan nangis lagi. Malah nanti yang lain pada curiga.”

“Iya, Jak. Saya mohon jangan ya.” ucap Bu Sinta dengan air mata yang masih membasahi wajahnya.

“Iya Bu, Pak. Saya juga enggak berani macam-macam. Tapi kalo dibutuhkan, saya akan melaporkan hal ini ke Pak Sulai. Kalo begitu saya permisi dulu.”

Setelah kemarin Gw memergoki Pak Hendra dan Bu Sinta yang bugil di toilet ruang TU, sikap mereka ke Gw menjadi berbeda. Pak Hendra yang biasanya tidak pernah negur, tadi dia menegur Gw saat berpapasan. Begitu juga Bu Sinta. Aneh memang, tapi lucu juga. Kira-kira, video ini Gw pakai mengancam untuk ngapain ya?? Bingung deh Gw.

Saat sedang melamun, tiba-tiba Gw dapet notif chat dari Bu Nisa.

Bu Nisa :
“Assalamualaikum, Jak.”

Jaka :
“Waalaikum salam, Bu Nisa.”
“Ibu kemana ajaa. Jadi kangen saya, wkwkwk.”

Bu Nisa :
“Suami saya, Jak.”
“Kena pasal KUHP perjudian.”
“Dia dihukum 1 tahun penjara.”
“Stres aku.”

Jaka :
“Ya ampun, ibu. Yang sabar yah.”
“Ibu pasti kuat.”

Bu Nisa :
“Iya, Jak. Terimakasih.”
“Besok saya udah masuk kok. Tenang aja. Kamu enggak perlu kangen.”
“Besok kita bertemu lagi. Hahaha.”

Jaka :
“Alhamdulillah, akhirnya.”

__–__

“Jaka.” Bu Nisa menyapa Gw ketika berpapasan di lorong kelas pada waktu jam pulang.

“Besok bantuin saya yah.” tambahnya Bu Nisa

“Bantuin apa, Bu?”

“Persiapan US/M BN. Ribet banget ini. Banyak yang harus dikerjain.”

“Emang kenapa enggak minta bantuan TU aja, bu?”

“Pak Hendra mah pelit orangnya. Gak bakal mau bantu. Kalo Bu Sinta, kasian. Banyak kerjaan dia.”

“Loh, emang beda ya kerjaannya?”

“Sama, tapi Pak Hendra selalu nyuruh Bu Sinta yang ngerjain pekerjaannya.”

Sejenak Gw berpikir. Mungkin ini saat yang tepat untuk memanfaatkan video waktu Gw memergoki Pak Hendra dan Bu Sinta.

“Yaudah bu, serahin sama saya. Nanti saya bujuk mereka.” kata Gw meyakinkan.

“Hahaha. Mana bakal bisa kamu, Jak. Enggak bakal mau. Emang gimana cara kamu bujuknya?”

“Mohon-mohon aja buat dibantuin.”

“Gabakal bisa.” kata Bu Nisa meremehkan.

“Ngasih duit?”

“Tetep aja. Kecuali kamu kasih dua juta baru dia mau.” katanya masih meremehkan.

“Yaudah, kalo saya bisa ibu mau kasih apa?”

“Hmm. Ini tantangan?” tanya Bu Nisa.

“Iya. Biar saya semangat mohon-mohon nya. Hahaha.” kata Gw berbohong ke Bu Nisa. Padahal caranya mah tinggal nyuruh aja. Video ada di tangan. Hahahaha.

“Yaudah, kalo bisa saya traktir makan.”

“Kan kemarin udah janji juga mau traktir makan. Yang lain dong bu.”

“Hmmm. Masa nonton?”

“Yaudah kalo ibu maksa mah. Hahahaha.”

“Ehhh,” Bu Nisa tampak kaget.

“Kamu mau nonton sama ibu?” tanya Bu Nisa.

“Ya mau-mau aja. Kenapa enggak. Hehehe.”

“Yaudah deh, belum tentu juga Pak Hendra mau kan. Hahaha.”

“Yehh, jangan salah.” kata Gw sambil menepuk-nepuk dada.

__–__

“Assalamualaikum.”

“Waalaikum salam.” jawab mereka.

“Ehh, ada Jaka.” kata Pak Hendra. Sedangkan Bu Sinta hanya menunduk malu melakukan pekerjaannya.

“Pak, besok tolong urusin persiapan USMBN ya. Sampe kelar.” kata Gw.

“Siap. Gampang.” kata Pak Hendra. Tapi pada saat itu juga Gw melihat ke arah Bu Sinta. Dia terlihat mengerutkan alisnya. Gw ingat kata Bu Nisa kalo semua pekerjaan Pak Hendra dikerjakan sama Bu Sinta, jadi …

“Tapi Bapak yang kerjain sendiri ya, Bu Sinta enggak usah.” kata Gw.

“Hahh?? Kok gitu?” protes Pak Hendra.

“Iya lah, suka-suka saya. Kan saya yang punya video.”

Disaat itu, Bu Sinta terlihat tersenyum kepada Gw. Gw enggak tau maksudnya, tapi Gw yakin itu tanda terima kasih dari dia untuk Gw. Hingga suatu ketika

*Zzttt zzttt

Tanda chat masuk dari hp gw. Bu Sinta mengirim pesan ke Gw.

Bu Sinta :
“Jaka.”
“Terimakasih banyak.”
“Hampir aja saya pingsan karena mikir kalo saya bakal tambah kerjaan. Tapi ternyata kamu ngerti.”
“Terimakasih banyak, Jak.”

Jaka :
“Iya bu, sama-sama.”
“Tenang aja selama masih ada saya. Hehehehe.”
“Saya yakin kalo ibu adalah korban. Jadi ibu kalo butuh apa-apa ngomong aja ke saya.”
“Tapi bu, maaf sebelumnya.”

Bu Sinta :
“Maaf untuk apa?”

Jaka :
“Saya nontonin terus video yang itu. Karena saya bisa ngeliat ibu lagi bugil. Hehehe.”

Bu Sinta :
“Ya mau gimana lagi. Gapapa jak. Kamu kan cowok, wajar demen yang begitu. Lagian juga saya yang salah. Kenapa mau dipaksa sama Pak Hendra.”

Jaka :
“Oke deh buu. Saya lanjutin nonton yaa.”

Bu Sinta :
“Lah, kamu lagi nontonin video aku bugil tadi?”

Jaka :
“Iyaaa. Hehehe.”

Bu Sinta :
“Dasar.”
“Wkwkwk.”

__–__

“Gimana, enak gak?”

“Biasa aja bu.”

“Yeeehh. Tendang nih.”

“Hahaha. Bercanda.”

Hari ini, Bu Nisa mentraktir Gw makan makanan favorit dia di mall yang lumayan dekat dengan rumah Gw. Dekat sama rumah dia juga sih. Mumpung hari minggu, karena sekolah kami tetap masuk di hari sabtu. Wajar, sekolah swasta. Tetapi di hari sabtu kegiatan belajarnya hanya beberapa jam saja. Karena dari pagi hingga jam 9, sekolah mengadakan kegiatan senam bersama.

“Akhirnya ibu bisa traktir kamu makan yah. Hutang ibu udah lunas deh.” kata Bu Nisa.

“Yehh, kata siapa. Belum. Masih ada utang nonton.”

“Yaudah deh, hayuk.”

Setelah kami makan, kami lanjut untuk menggugurkan hutang Bu Nisa yaitu mentraktir Gw menonton. Kalian pasti tau kan kenapa Gw bisa hutang nonton?? Ya, bantuin Bu Nisa mempersiapkan USMBN. Dan kalian tau kan gimana caranya Gw bisa menyelesaikan itu semua?? Ya, nyuruh Pak Hendra. Dan tau kan kalian kenapa Gw bisa nyuruh-nyuruh Pak Hendra seenaknya?? Ya, video ena-ena nya sama Bu Sinta.

“Ibu yakin mau nonton film ini?”

“Hmm. Enggak sih, tapi coba dulu deh.”

“Yaudah deh, saya mah ikutin bos nya aja. Hahaha.”

“Iya, wajib itu nurut sama bos, hahahaha. Tuh bangku kita.”

Kamipun menonton film itu. Film yang buruk bisa dibilang, hanya bagus di poster aja. Gw enggak terlalu menikmati film itu, tetapi Gw memperhatikan Bu Nisa yang sedari tadi melirik-lirik Gw.

“Makasih ya bu traktirannya.” kata Gw mengawali pembicaraan di tengah film yang sangat membosankan itu.

“Saya yang makasih, Jak. Gara-gara kamu saya jadi enggak banyak kerjaan di kelas 6. Tapi malah suami saya yang nambahin kerjaan.”

“Yah ibu. Gapapa, semoga aja suami ibu di dalam sana nemuin hidayah terus jadi berubah.”

“Aamiin Ya Allah. Tapi kenapa enggak kamu aja yang jadi suami saya.”

“Ehh, bu.”

Gila, Bu Nisa ngomong kayak gitu sama Gw di dalem bioskop yang sepi dan film yang boring. Gw enggak tau mau ngapain sampe

“Jak.”

“Iya bu.”

Dengan perlahan wajah Bu Nisa mendekat ke wajah Gw. Gw bingung Bu Nisa mau ngapain. Mungkin Bu Nisa mau bisikin sesuatu ke Gw. Lalu dengan PD nya gw mengarahkan telinga Gw mendekat ke Bu Nisa. Dan dengan sigap dia raih tangan Gw dengan tangan kanannya lalu dia menempelkan bibirnya ke pipi Gw.

*Cuppps
Dia mencium pipi Gw.

“Makasih banyak, Jak.” kata Bu Nisa sambil tersenyum. Senyum yang sangat tulus yang pernah Gw lihat.

Gw deg degan, bingung harus ngapain. Bu Nisa baru saja mencium Gw.

*Cups cuppssss
Bu Nisa mencium Gw lagi. Gila, Gw enggak nyangka hal itu.

“Kamu kok baik banget sih, Jak. Aku enggak nyangka dengan kehadiran kamu masalah aku terbantu. Aku enggak kepikiran, bagaimana nanti kalau kamu enggak ada. Aku yang lagi sibuk di kelas 6, ditambah suami aku bikin masalah kayak gini.” ucapnya.

Gw enggak tau harus membalas apa. Yang bisa Gw lakukan cuma tersenyum ke Bu Nisa.

“Kamu pernah ciuman gak, Jak?”

“Bel,, belum,, belumm bu.”

“Mau coba gak?”

Gw pun mengangguk tanda setuju.

Lalu Bu Nisa kembali mendekatkan wajahnya ke Gw. Dan Gw sambut dengan bibir Gw. Tertutup.

Bu Nisa mengarahkan Gw cara French Kiss. Dia buka bibirnya dan menyapu bibir bagian luar Gw. Kaget, Gw jilat juga bibir luar Bu Nisa. Setelah lidah kami bersentuhan, Bu Nisa memajukan wajahnya lagi dan menempelkannya bibirnya ke bibir Gw sambil memainkan lidahnya di dalam mulut Gw.

*Slurrpss slurrpsss

Gw kaget ternyata ciuman itu seenak ini. Bu Nisa bahkan menyedot lidah Gw dan memaju mundurkan kepalanya. Gilaa, enak banget rasanya.

“Mmmphhhh,”

*slrppsss slrpps
“Mhhh”

*plup
Bu Nisa melepaskan ciumannya

“Kamu suka gak?”

“Iyaa, bu”

*Splurrpss slurppss

Bu Nisa melanjutkan ciumannya ke Gw.

Bibir dan lidah gw dimainkan layaknya dot anak bayi. Suara nafasnya menggebu-gebu, bahkan hingga Gw bisa mencium aroma nafasnya yang menggairahkan itu. Hingga permainan lidahnya diselesaikan dengan Bu Nisa menjilat ujung hidung Gw.

“Enak gak?”

“Iyaa, bu. Enak banget. Baru pernah ngerasain ciuman kayak gini saya.”

“Mau yang lebih enak gak, Jak?”

“Apa bu?”

Bu Nisa membuka dua kancing atas bajunya.

“Kamu boleh pegang susu saya.”

“Hahh??”

Gw kaget enggak kebayang. Baru aja abis dapet rejeki nomplok di kissing mamah muda, sekarang dapet lagi rejeki bisa megang toketnya.

“Bener bu, boleh?”

“Iyahh. Kamu belum pernah ya?”

“Iya, bu.”

“Nih, pegang aja. Saya tau kok kamu orang baik, makanya saya mau berbuat baik sama kamu.”

Lalu dengan perlahan Gw sentuh toketnya. Kenyal, itu yang Gw rasain. Gw enggak tau ukurannya semana, tapi ini tangan Gw enggak muat untuk memegang seutuhnya. Gw hanya menggoyang-goyangkannya aja.

“Hahahaha. Kamu polos banget sih, Jak.”

Lalu tangan Bu Nisa menuntun tangan Gw untuk memasukkannya ke dalam bajunya.

“Kamu bebas mainin, Jak.”

“Kalo sambil ciuman gimana bu?”

Lalu Bu Nisa kembali mendekatkan wajahnya ke wajah Gw. Kami bersilaturahmi bibir dan lidah kembali sambil aku meremas-remas toketnya.

Karena gemas, aku meremas-remas toketnya dengan cepat dan menggoyang-goyangkannya. Lalu aku pilin-pilin pentilnya hingga dia mendesah dalam keadaan mulut yang tertutup mulut Gw.

“Mmpphhh.”

Lanjut lagi gw pilin-pilin pentilnya hingga Bu Nisa memejamkan mata untuk menikmatinya.

“Mmpphhh,, mmpphhhhh, mmphh mmphh.”

Suara nafasnya pun menjadi lebih cepat dibanding yang tadi. Terdengar jelas oleh Gw. Lalu Bu Nisa melepaskan ciumannya.

“Hebat kamu yah, udah bikin ibu basah.”

“Ohh, ini bu tisu.” lalu Gw mengelap mulutnya yang penuh dengan air liur kami berdua yang telah menyatu.

“Bukan basah yang itu, Jaka. Kamu mau ngerasain gak?”

Tanpa persetujuan Gw, tangan Gw dituntun untuk masuk ke dalam rok panjang Bu Nisa. Bukan, ini celana dalamnya!!

“Rasanya apa, Jak?”

“Ada bulu-bulu halus gitu.”

Lalu terus Bu Nisa memasukkan tangan Gw lebih ke bawah.

“Terus?”

“Anget,,, ada jendolan,, ”

“Mmmpphhhhhhhh. Huhh huhhh.”

Teruuus, tangan Gw lanjut mengarah turuh ke memek Bu Nisa.

“Iya, Bu. Basah. Memek ibu basah??”

“Huhh, huhhh. Iya, Jak. Kamu mainin terus yahh memek ibu.”

“Mainin giman… ”

*Slurrrpppppl slurppp
Lalu gw menggesek-gesekan jari tengah Gw di garis gitu. Hanya memaju mundurkan dan memasukkan lalu mengeluarkannya.

“Huhhh, huhhh. Mmmpphhhh.”

“Kenapa, Bu?” tanya Gw bingung.

“Hennhaaakk, Jhaakk.”

Lalu Gw lanjut memasukkan jari Gw dan mengeluarkannya dengan tempo cepat. Semakin cepat Gw menggerakkan jari Gw, semakin cepat pula tempo nafas Bu Nisa.

Hingga Bu Nisa menyedot seluruh isi mulut Gw semuanya, bahkan gigi kami sedikit beradu. “Mmmppphhhhh.” erangnya.

“Lanjutin terus, Jakk. Enak banget inii.”

*Cplokk cplokk cplokk

“Ahhh, Jaakk. Lebih cepet!!” suruh Bu Nisa.

Gw mempercepat gerakan tangan Gw didalam CD nya. Gw enggak tau apa yang membuat Bu Nisa terlihat sangat menikmati ini.

“Dikit lagi Jaaakk.”

Gw terus memainkan memek Bu Nisa hingga Gw merasakan ada air hangat keluar dari dalam memek Bu Nisa. Gw kaget karena mengira itu air kencing sampai Gw mancabut tangan Gw dari celana dalam Bu Nisa.

“Hahhhh, hahhhh. Makhasihh Jhaakkhh.”

Bu Nisa menggenggam lengan Gw lalu bersandar diatasnya. Nafasnya masih terengah-engah. Keringat keluar dari pori-pori tubuhnya. Bu Nisa mencium Gw lagi sambil mengancingi dan membenarkan pakaianku agar tidak ada yang curiga.

“Makasih, Jak. Suatu saat aku akan balas kamu yaa.”

*Mmuachhh

Bu Nisa mencium Gw lagi

Lalu kami lanjutkan menonton film boring itu sambil berpegangan tangan bagaikan pasangan yang baru saja merasakan indahnya jatuh cinta.

Bersambung

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *