Buku Lawas Part 17
Setelah berdiskusi dengan Paijo, maka Mbak Astridpun membuka buku catatan yang terdapat didalam kotak.
Tiba2 kala membuka buku tersebut jatuh selembar kertas, bertuliskan huruf2 kanji. Merasa kertas selembar itu sangat penting Astrid memfotonya dan kemudian mentransfer foto tersebut kedalam bahasa tulisan dan menterjemahkannya.
Untung teknologi saat ini benar2 handal, ada ggogle translate ada program2 yang bisa mengubah gambar menjadi bahasa tulisan dan sebaliknya.
Sebentar kemudian Astrid dan Paijo bisa membaca apa.yang tertulis dalam kertas di dalam buku catatan.
Waktu sungguh sangat cepat berlalu
Seandainya saja waktu itu aku setuju punya anak, maka mungkin saat ini aku sudah merasa tenteram meninggalkan suamiku.
Penyakitku sungguh keji luar biasa, hanya dalam bilangan minggu aku sudah terkapar tak berdaya.
Kegagalanku mengobati diri sendiri berbuntut panjang sepertinya.
Kini aku dalam hari2 terakhirku.
Akan kutinggalkan dunia ini dan suamiku tercinta.
Namun ada satu hal yang masih mengganjalku sebelum menulis pesan ini.
Pesan ini ditujukan kepada siapa saja yang dianggap mampu dan layak menerima ilmu yang terkandung dalam kitab warisan leluhurku.
Kitab tentang rahasia hidup dan kehidupan.
Kitab tentang kelembutan dan kekuatan besar didalamnya.
Kitab yang sangat menentramkan sekaligus menakutkan
Kitab yang khusus diperuntukkan pada wanita namun harus dipelajari dengan pasangannya.
Pasangan yang setimpal dalam keagungan serta kearifan
Pasangan yang setimpal dalam kemampuan serta kekuatan
Pasangan yang setimpal dalam angan para dewa dewi.
Pasangan yang hanya hati yang paham siapa gerangan dirinya.
Pasangan yang paham akan dirinya dan pasangannya.
Buku kitab ini bukan kitab tentang hubungan suami istri, namun lebih dari itu tentang hubungan manusia juga.
Kitab tentang hubungan antara baik dan buruk
Kitab tentanh hubungan diri dan alam
Kitab tentang hubungan yin dan yang
Lelaki dan perempuan.
Air dan api
Keindahan dan keburukan
Cinta dan benci
Kasih dan penghianatan.
Kitab yang bisa membolak balikkan dunia.
Yang akan menjungkirkan segala logika
Yang mengutamakan segala daya asmara
Yang mengangkat derajat para sudra.
Yang akan menjatuhkan para dewa.
Kitab ini adalah kitab manusia semata
Gubahan manusia yang papa
Diturunkan kepada manusia yang lemah
Diajarkan melalui bahasa manusia yang akan selalu akan mati dan punah.
Kitab biasa saja yang bisa menjungkirkan mayapada….
Jagadnya para dewa.
Yakinlah akan jodohmu
Yakinlah akan cintamu
Dan temukanlah takdirmu dengan kitab ini.
Itupun kalau kamu mau.
Dariku yang tak bisa menjalankan darma sebagai istri yang mulia
Miyano
Surat dari Miyano sebelum wafatnya ternyata begitu memilukan meneriakkan ketidakmampuannya sebagai seorang istri.
Benar2 kata2 bijak yang penuh permohonan maaf kepada sang suami di akhir hayatnya.
Tentunya ada suatu rahasia besar didalamnya dan Paijo serta Astrid tidak ingin mencoba mencari tahunya.
Dari pesan itu, benar2 seolah ada kesan bahwa kalau tak punya pasangan hidup yang benar2 sudah menjadi Jodohnya, maka janganlah belajar, namun bila sudah memiliki pasangan hidup dan jodohnya, jangan ragu2 untuk belajar.
Entah ilmu apa itu yang dahsyatnya menggoncangkan mayapada para dewa kalau berhasil menguasainya.
***
Astrid terdiam lama.
Dirinya terasa beku.
Lidahnya terasa kelu.
Jelas terasa olehnya kata2 tuan Nakanishi bahwa satu2nya yang bisa membantunya mempelajari ilmu yang ada di kitab milik Miyano hanyalah Paijo.
Dan pesan Miyano jadikanlah lelaki yang mempelajari bersamanya pasangan hidup.
Astrid dalam kebimbangan yang amat sangat.
Bagaimanapun sebagai wanita dirinya rikuh membicarakan hal ini.
Wajah Astrid memerah mirip kepiting rebus. Astrid mati langkah dalam posisi yang sangat tidak mengenakkan.
Soal Cinta, bagi Astrid, Paijolah pemilik hatinya, bahkan pacarnya sudah dia putuskan karena merasa itu hanya akan melukai perasaan Paijo dan sekaligus ingin menyatakan bahwa dirinya sedang kosong.
Setidaknya dirinya sudah merendahkan dirinya dengan mencium lebih dulu Paijo waktu itu.
Cuma urusan jodoh…
Bukan urusan biasa, harus ada campur tangan orang tuanya.
Itulah yang membuat lidahnya kelu. Bagaimanapun juga Astrid belum tahu reaksi papa dan mamanya bila sampai dia menyatakan akan menikah dengan Paijo dan menjadikan Paijo sebagai suaminya kelak.
Saking khekinya Astrid sampai2 mengeluarkan air mata, menetes dipipinya dihadapan Paijo.
***
Paijo sendiri membaca pesan itu berfikir keras sekali, ada kesan seolah Tuan Nakanishi ingin menjodohkannya dengan mbak Astrid.
Terus terang baginya terbayang juga tidak, untuk hanya sekedar ingin menikahi mbak Astridnya yang sudah jadi panutannya selama ini.
Paijo benar2 sayang dengan mbak Astridnya sayang sekali. Seolah dirinya merasa harus selalu menyenangkan mbak Astridnya dan memenuhi segala inginnya. Tapi jauh dari birahi dan bukan sebagai seorang kekasih.
Tak terbayang tanggapan ndoro tuan dan ndoro putri seandainya dirinya menginginkan mbak Astridnya jadi kekasihnya.
Dunia bakalan kiamat mungkin.
Paijo yang ndeso..
Paijo yang ga sekolah…
Paijo yang melarat..
Yang lugu
Yang selalu dikonotasikan sebagai obyek bahan tertawaan.
Jelas jauh derajatnya dengan mbak Astrid.
Ibarat punguk merindukan bulan.
Seekor katak buduk ingin beristrikan seorang putri kerajaan.
Jelas Paijo tahu dirilah.
Ibaratnya dirinya benar2 cinta dan sayang kepada mbak Astridnya pasti bakalan ditekannya habis2an perasaan itu.
Paijo jelas tahu diri untuk tidak meminta lebih.
Tiba2 dilihatnya air mata mbak Astridnya menetes di pipi.
Paijo seakan akan diremas2 jantungnya, ikut merasa bersalah. Dirinya benar2 kasihan dengan mbak Astridnya, yang seolah dipaksa untuk jadi jodohnya gara2 keinginannya mempelajari suatu ilmu dari istri tuan Nakanishi
Ingin rasanya Paijo memeluk dan menenangkan mbak Astrid, namun dengan kondisi yang demikian ini jelas Paijo menjadi tak berani melakukannya.
“Mmm mbak yuk saya ajari pernafasan dulu biar mbak bisa tenang ya mbak ? Mmm mau khan?”
Ucapan tiba2 Paijo yang jauh diluar konteks permasalahan membuat mbak Astrid bengong tertegun penuh keheranan. Namun entah kenapa Astrid memilih “ikut suami” saja apapun itu.
Segera diikutinya instruksi Paijo untuk berlatih pernafasan.
***
Alih2 membahas masalah yang timbul, Paijo dan Astrid lebih memilih belajar ilmu lainnya sesuai dengan yang dipelajari oleh paijo lewat buku pijatnya, setidaknya untuk saat ini ada hal2 yang bisa dipakai sebagai pelarian dari masalah.
“Mbak coba lihat bagaimana Paijo duduk ditiru ya mbak, mmm tangannya begini mbak, punggungnya mmm agak ditegakkan.”
Banyak sekali instruksi Piajo kepada Astrid, kadang hanya menggunakan kata2 verbal. Kadang dengan memberi contoh gerakan atau posisi tangan dan punggungnya. Namun lebih sering dengan memegang dan menyentuh tanggan dan anggota tubuh lainnya.
Telaten sekali Paijo mengajari mbak Astrid olah nafas. Satu per satu gerakan diajarkan dengan sempurna.
“Nah coba mbak pernafasan Dada, mmm dadanya dibusungkan ya mbak, seluruh udara masuk dan diaimpan di dada, mmm ya begitu mbak, tahan….yaaa tahan terus……mmmmm hebus perlahan mbak coba mulutnya dibuka, hembus lewat mulut ya mbak.”
“Yuk mbak sekali lagi, dah bener kok mbak, ayo latihan mbak”
Paijo terus menyemangati Astrid untuk terus latihan pernafasan. Sekali dua kali, tiga kali terus seperti itu sampai akhirnya Paijo mendampingi Astrid melakukan pernafasan bareng.
Kemudian Paijo teringat bagaimana buku jilid 3 mengajarkan pernafasan bersama dengan saling genggam jemari tangan.
Dan tanpa pikir panjang Paijo mencobanya bersama dengan mbak Astrid.
Segera digenggamnya telapak tangan Astrid diletakkan ke pahanya. Dan satu diletakkan ke paha Astrid.
Astrid tubuhnya tergetar sejenak kemudian diam dan tenang lagi.
Paijo terus memberikan dasar2 teori tentang Perrnafasan dan mbak astrid memejamkan matanya mendengarkan kemudian mempraktekkan.
Begitu Astrid dalam keheningan yang tenang akibat sudah bisa meresapi pernafasannya, Paijo kembali menemani Astrid melakukan pernafasan.
Setelah selang hampir satu jam, Paijo melepaskan perlahan keterikatannya dengan pernafasannya.
Dibukanya matanya perlahan.
Tampak dihadapannya mbak Astrid juga sedang membuka matanya perlahan.
Kemudian mata itu terua menatapnya tajam menghujam dalam relung hatinya seolah sedang menyelidiki isi hatinya.
Lama Astrid menatap mata Paijo dan Paijopun menatap mata Astrid.
Entah bagaimana ceritanya tiba2 keduanya berpelukan dan saling berpanggutan. Awalnya bibir Paijo kaku dilumat oleh Astrid, lama kelamaan Paijo mengimbangi lumatan Astrid dengan lumatan yang lebih kuat.
Kemudian Mbak Astrid melepaskan panggutannya dan kata2 pertamanya adalah
“I love you Jo…..
Aku pengen jadi istrimu Joo”
Paijo membelalakkan matanya lebar2 seolah melotot kepada mbak Astridnya.
Ada rasa tak percaya disana.
Rasa nikmat selam berciuman dengan mbak Astridnya menjadikan Paijo sekali lagi melumat bibir mbak Astrid. Dengan lahap Paijo melumat bibir mbak Astrid dan membelai punggungnya, kemudian baru melepaskan pelukan dan panggutan bibirnya.
“Do you ?”
Paijo bertanya kepada Astrid memastikan kata2 Astrid sebelumnya
“Yes I do”
“Really ?”
Kali ini sekali lagi Paijo bertanya…
Astrid geregetan kembali dipeluknya Paijo dan dilumatnya bibirnya.
Sedikit gemas dirinya dengan sikap Paijo yang seolah tak mempercayai perasaannya.
Paijo melayang tinggi di awan kala menerima ciuman yang terakhir. Hatinya benar2 berbunga2 melihat dan mendengar pernyataan cinta dari mbak Astrid.
Ada rasa tak percaya …
Ada rasa sangsi akan kebenaran ucapan itu.
Namun ciuman atau tepatnya lumatan Astrid membuatnya yakin bahwa tak mungkin Astrid memalsukan perasaanya.
Paijo merasa semuanya hanya mimpi semata, dipejamkan matanya rapat2 takut kalau terbuka nanti dilihatnya semua ternyata mimpi.
Ternyata setelah dibukanya matanya, tetap tampak jelas terlihat bagaimana Astrid begitu damai dan tenang wajahnya kala berciuman dengannya.
***
“Lantas bagaimana ini mbak ?”
“Duh Jo kok mbak yang suruh mikir kamu dong sebagai lelaki yang mikir”
Astrid tersenyum melihat kekasihnya kebingungan dengan kondisi yang ada. Ada rasa haru di dalam dadanya melihat bagaimana bingungnya Paijo dalam mengambil keputusan soal keinginannnya menjadi istri Paijo.
Jelas Paijo kebingungan lah, ini ada anaknya juragan ngotot mau jadi istrinya khan mumet dianya. Namun berbeda dari biasanya, kali ini Paijo menunjukkan kedewasaanya dengan diam dan berfikir sejenak bagaimana dan apa yang sebaiknya dilakukannya.
Setelah berfikir agak lama kemudian Paijo berkata
“Mbak percaya sama Paijo kah ?”
“Mmm iya Jo”
“Kalau begitu, mbak diam saja ya, nanti Paijo yang bilang sama tuan Nakanishi dan Papa Mbak”
“Eh Paijo mau bilang apa ??”
“Mmmm nanti Paijo ceritain deh mbak sekarang yang penting mbak sabar saja dulu ya mbak”
“Nanti kalau tuan Nakanishi bertanya bagaimana ?”
“Bilang saja terserah Paijo, sama papa mbak juga bilang begitu ya mbak”
“Mmmm iya deh, jo mbak sayang dan cinta sama kamu Jo”
“Iya mbak iya Paijo percaya meskipun aneh juga kok bisa2nya mbak jatuh cinta sama Paijo, khan Paijo ndeso, ga berpendidikan tinggi apalagi bukan orang kaya mbak”
“Jo…. Kamu sayang dan cinta sama mbak ?”
“Ya mbak”
“Kenapa berani wong ndeso kayak kamu jatuh cinta sama juragannya, yang cantik pinter sexy dan berpendidikan tinggi Jo?”
“Ya pastilah mbak, semua kriteria yang masuk akal sebagai pilihan seorang istri ada semua di mbak kok, cuma yang paling Paijo suka dan harus berterima kasih adalah karen Mbak lah Paijo bisa baca macem2 dan bisa berguna ke banyak orang. Di mata Paijo mbak itu bagaikan dewi pujaan dan impian yang tak tergantikan”
“Hi hi hi gombal kamu Jo. Nanti kalau ada cewek cantik yang sexy dan pintar serta cerdas dan jago masak kamu juga jatuh cinta Jo?”
“Mmmm mungkin mbak tapi rasanya Paijo ga bakalan berani deh, takut disunat habis soalnya sama mbak ”
“Hi hi hi, sini Jo, mbak pengen pegang kontolmu Jo”
“Iih ga ah mbak takut disunat”
“Hi hi hi sini sayang, ayolah Paijoku yang gagah ganteng”
Dirayu macam itu sama mbak Astrid, Paijo akhirnya luluh juga dan mendekat.
Lagi2 Mbak Astrid yang masih kangen pada pelukan dan ciuman memeluk Paijo dan melumat bibirnya.
Paijo kali ini, tidak canggung lagi, dibalasnya pelukan Astrid dan membalas ciumannya tak kalah ganas.
Lidah mereka saling membelit, saling memberikan rangsangan pada psangannya. Tangan Paijo tak diam saja.
Segera diremasnya susu Astrid sekalipun dari luar pakaiannya.
“Aaaashhhh jooooo kamu apain mbak Jooo”
“Aaaaah mbak jadi pengen Jooo”
Dengan pengetahuannya yang luas tentang titik2 simpul syaraf kewanitaan Paijo terus membelai Astrid sehingga Astrid terdongkrak birahinya.
Masih terbungkus pakaian dan bahkan celana dalam, memek Astrid berkedut2 mengeluarkan cairannya deras. Apalagi kalau Paijo menekan nekan memeknya begitu rupa, maka sampailah Astrid mengalami orgasme hebat dalam dirinya meskipun dirinya masih berpakaian utuh.
“Aaaaaachhhhhh Joooooossshshhhhhh”
Astrid terkejat2 sambil memeluk erat Paijo. Tubuhnya seakan melayang2 diangkasa akibat rasa nikmat yang menderanya.
“Aaaaaahhhh haaaahhhh haaaaah, ddduh Jooi enakanyaaaa joooo”
“Rupanya Paijo masih belum selesai merangsang Astrid melalui titik2 pusat syaraf seksualitasnya. Membuat Astrid mengalami orgasme beruntun berturut2 hingga akhirnya Astrid terhempas melemas dalam pelukan Paijo.
“Jooo mbak kamu apain Jooo”
“Enak nggak mbak ? Mmmmm”
“Nikmat banget Jooo…. Duuh mbak lemes Joo”
“Ya sudah mbak tiduran gih di sofa, istirahat mbak, nanti Paijo bangunin deh kalau sudah sejam”
“Paijo mau ngapain ?”
“Paijo nungguin mbak kok disini sambil buka2 buku pijat yang jilid 3 mbak, gih mbak tidur ya mbak”
Paijo mengatur tidur mbak Astrid di sofa, diselumutinya dengan segenap rasa sayang dan dikecupnya dagi Astrid sambil dielus2nya kepala Astrid.
“Terima kasih ya Jooo, aku tidur dulu….”
Sejenak kemudian Astrid sudah terlelap dalam mimpi indahnya dengan dengkuran perlahan.
Paijo kemudian mengambil kitab pijat jilid 3 yang berisi ilmu aneh2 termasuk tadi yang sudah diterapkan pada Astrid. Yaitu bagaimana merangsang wanita tanpa membuka bajunya sama sekali dan memberikan orgasme yang beruntun tanpa kontolnya masuk ke memeknya.
Buku setebal hampir 500 halaman itu benar2 mempunyai banyak spektrum ilmu yang tidak hanya melulu soal pijit memijit saja.
Ada banyak metode pengobatan bahkan yang jarak jauh bisa diterapkan melalui ilmu2 yang terdapat pada buku jilid 3 ini.
Perlahan Paijo membaca dan meresapi kandungan buku itu hingga akhirnya seolah Paijo tenggelam dalam bacaannya.
Tak dihiraukan sekelilingnya, bahkan kala ndoro tuan dan ndoro putri memasuki ruang baca dan menemukan Astrid tertidur di sofa sangat pulas, Paijo masih saja tenggelam dalam bacaannya seolah semua hal disekitarnya lepas dari pengamatannya.
Melihat Paijo benar2 khusyuk membaca seolah seperti patung meskipun ndoro tuan dan ndoro putri berbincang2 di sofa dekat sofa tempat Astrid tertidur, Paijo tak terganggu sama sekali.
Melihat itu, Atmo dan Kinanthi, papa mama Astrid tersenyum arif.
Segera mereka bangkit dan mendekati Paijo yang sedang membaca. Tapi kemudian timbul keheranan pada mereka. Dalam jarak sekitar 2 meter dari tempat Paijo duduk seolah ada benteng kokoh yang menyelimutinya, langkah papa dan mama Astrid tertahan disana.
“Ngger Paijo anakku, kamu ngapain nak?”
Seolah tersadar, Paijo kemudian bangun dari membacanya dan segera berdiri menghadap papa dan mama Astrid.
“Duh maaf pak bu, paijo tadi ga tahu kalau bapak.dan ibu masuk ruang ini, maaf”
“Kamu ini baca apa tho Jo? Kok kayaknya sangat kuat konsentrasinya mmmm?”
“Paijo sedang baca2 mengenai pengobatan yang mau Paijo terapkan buat tuan Nakanishi bu, tadi sekalian diuji coba dengan pernafasan bu. Tapi sepertinya ada yang masih harus Paijo pelajari sedikit lagi sebelum benar2 mengobati tuan Nakanishi bu.
Paijo minta maaf pak, bu karena Paijo mengusulkan tuan Nakanishi pindah kemari tanpa bilang dulu dengan bapak dan ibu, soalnya di rumahnya, tuan Nakanishi sepertinya akan sulit diobati ”
“Ga papa jo, kami sudah lama mengajak dia.tinggal disini jo malah, tapi dia ga pernah mau meninggalkan rumahnya
Terima kasih sudah membuat dia meninggalkan rumahnya dan bisa membuatnya tertawa”
“Mmm pak bu, kalau boleh Paijo nanya2 soal mbak Astrid”
“Mmm kenapa Jo, ada apa ?”
“Tadi Paijo mengajari pernafasan sesuai ilmu pijat dibuku jilid 1 kepada mbak Astrid sebelum belajar ilmu di kitabnya istri tuan Nakanishi, ternyata pada tahap tertentu mbak Astrid seperti kesakitan di kepalanya.
Apa dulu mbak Astrid pernah sakit atau jatuh pak bu ? Atau trauma lainnya ?”
“Haaaissssshhhh Astriddd….. Duhh ndukkk”
Tiba2 mama Astrid mengeluh dan menangis terisak…
Tampak kesedihan yang nyata diwajah papa dan mama Astrid.
Papa Astrid tidak menangis seperti mama Astrid namun nampak air mata nya menetes perlahan di pipinya.
“Duh pak bu, maaf Paijo terima salah telah mengakibatkan bapak ibu menangis, maaf”
“Ngger anakku Paijo, Astrid itu sakit karena ada benjolan di otaknya. Semacam tumor ngger, cuma memang belum pernah kambuh
Sakitnya Astrid itu sama persis dengan sakitnya Miyano istri tuan Nakanishi, duuh anakku Astriid… hiks hiks hiks”
“Duh bapak, maaf mambuat bapak menangis sedih pak….
Paijo ini juga sedang belajar keras mengenali penyakit mbak Astrid bapak…
Maaf Paijo masih terlalu ****** pak, masih butuh waktu yang cukup untuk paham buku jilid 3 yang ruwetnya minta ampun pak”
“Iya nak, bapak dan ibumu paham kok nak kalau itu sulit dilakukan. Cuma bapak dan ibu benar2 minta tolong ya nak, Astrid tolong sembuhkan ya nak,
Soal kitab nya miyano bagaimana nak?”
“Iya pak, Paijo akan berusaha sekuat tenaga pak, Paijo bisa begini karena mbak Astrid makanya Paijo sekarang sedang berusaha memahami dulu penyakit mbak Astrid dan belajar keras dari kitab yang ada
Soal kitab Nyonya Miyano, saya punya kesulitan pak bu….
Kitab itu ditujukan untuk pasangan suami istri, dengan catatan san suami bisa mengarahkan istrinya mendalami isi kitab tersebut….
Paijo ndak berani bermimpi menjadi suami mbak Astrid pak bu, segimana sayangnya Paijo, tetap saja Paijo ini pembantu yang tak sederajat dengan mbak Astrid, pak bu”
“Ngono yo ngger? Mmmm sejatine awakmu ki dudu wong liyo ngger sejatine awakmu kuwi isih ponakanku dewe ngger….
(Sebenarnya kamu ini bukan orang lain, sebenarnya kamu ini masih keponakan ku sendiri)
Kemaren waktu mas dan mbakmu ngantar kamu ke desa, ibumu bercerita banyak, kamu ini anak dari Sukarno, ya teman ya adek sepupuku yang hilang tak tentu kemana dan ternyata telah meninggal nak.
Ibumu itu sahabat ibunya Astrid nak, dulu bapakmu dan ibumu kawin lari gara2 kakekmu ga setuju Sukarno menikahi ibumu, sehingga akhirnya hamil kamu dan Sukarno diusir saking marahnya kakekmu.
Duh ngger cah bagus anakku, kamu itu bukan pembantu disini, kamu tidak pernah diperlakukan sebagai pembantu. Kalau pembantu masa kamu diajari main catur dan membuat bonsai nak ?”
Mendengar cerita papa dan mama Astrid, Paijo menangis dalam diam, air matanya menetes di pipinya mengenangkan segala kesusahan ibunya kala dirinya masih kecil. Sendiri menghidupinya dalam derita. Ibunya memang menghilang ke kaki gunung lawu kala itu sehingga putus hubungan dengan semua kerabat dan kawan2nya demi agar terhindar dari hinaan dan cercaan pada dirinya.
“Aku ki isih pakdhe mu nak (aku ini masih terhitung pakdhe mu) aku dan budhe mu sudah bertahun2 mencari kamu, keluar masuk desa kala masih sempat ke madiun, ternyata ibumu pindahnya ke magetan. Sampai suatu ketika tuan Nakanishi memberitahu kalau dia melihat kamu di magetan sedang bekerja di rumah temannya disana
Melihatmu yang memiliki wajah seperti bapakmu Sukarno, Nakanishi menghubungi pak dhe dan bu dhe mu
Itulah kenapa pakdhe dan budhe mu mengajak kerja disini, ya demi kamu bisa belajar mengejar ketinggalanmu nak
Tidak dengan pendidikan formal karena kamu sudah terlanjur dewasa, melainkan dengan pendidikan informal nak
Itulah kenapa pakdhe dan budhe menyuruh Astrid memaksamu membaca nak, sebab membaca adalah syarat mutlak kamu bisa maju”
“Paijo anakku, budhe juga ga pernah menganggap kamu orang lain ya nak, sejak awal kamu dibolehkan memanggil bapak dan ibu lho nak, itu karena kami sayang sama kamu nak mas Kresna juga sayang kamu, Astrid juga
Jadi jangan kamu merasa seolah derajatmu rendah ya nak.
Soal cinta, pakdhe dan budhe tidak akan melarang Astrid ataupun Kresna utk mencintai siapapun, cukup kisah hidup bapak ibumu menjadi cermin bagi pak dhe dan bu dhe bahwa pemaksaan akkan selalu berakibat buruk.
Kalau kalian berdua memutuskan akan menikah ya akan kami restui, kalaupun tidak hendak menikah sesuai anjuran buku Miyano ya ga papa.
Jangan kamu merasa terbebani ya nak”
Paijo mendengar penuturan pakdhe dan budhe nya segera jatuh tersimpuh mencium lutut pak dhe dan bu dhe nya…
“Hiks hiks hiks, terima kasih pakdhe dan budhe, karena telah mendidik Paijo dan mengangkat derajat Paijo dari kebodohan dan kemiskinan, Paijo sangat berterima kasih pada pakdhe dan budhe”
“Ya nak, kamu baik2 saja belajar ya nak, nanti kalau kamu sukses menjadi pemenang di eksibisi catur nasional ibumu akan pakdhe boyong kemari untuk melihat bahwa putranya bisa hebat nak.
Kamu belajar giat ya nak, jangan lupakan cita2mu nak, sebab bagaimanapun harus kamu sendiri yang berjuang.
Pakdhe dan budhemu hanyalah memberi jalannya semata”
“Sudah Jo, jangan menangis, lelaki pantang menangis sedih, Budhemu titip mbak Astrid ya nak…. Kami tinggal dulu nak”
“Inggih pakdhe budhe…”
Kemudian pakdhe dan budhe nya keluar dari ruang baca itu meninggalkan Paijo yang masih tercengang mendengar semua cerita pakdhe dan budhe nya dan Astrid yang masih tertidur pulas
****
Bersambung…