Rich and Violent Part 41
Selama beberapa minggu ketiga pengusaha muda ini dengan segala upaya harus bisa lolos dari jeratan hukum yg akan menjeratnya. mereka masing-masing membentuk tim ahli khusus untuk mencari celah dimana sang tikus telah melakukan keteledoran. Kelvin duduk dengan pengacara kondang di negeri ini, duduk di kantornya sedangkan pengacara membaca semua berkas yg Kelvin berikan untuk transaksi pengelolaan tanah.
“duit apa yg kalian berikan kepada tikus?”, tanya pengacara.
“setelah kita tandatangan, itu duit diberikan untuk membersihkan para penduduk liar disana serta membersihkan preman dengan cara yg dimiliki oleh pemerintah. kalau kita yg bersih-bersih ya tinggal nama doang”, ujar Kelvin dengan luapan emosinya.
memang wajar dalam kegiatan kontrak kerja seperti ini untuk ada fee di depan, namun biasanya fee hanya akan masuk ke kantong tikus dan wakil tikus, tidak sampe ke anggota dewan. yg jadi permasalahan ada bagi-baginya ini yg tidak bisa dibenarkan.
KRINGG..KRINGG..
“Kelv, orangku menemukan fakta bahwa dia sudah tidak memiliki uang yg cukup untuk meraup suara dihadapan anggota dewannya, sehingga ia mau gak mau menggunakan uang kita untuk memuluskan rencana dia. ini bisa kita gunakan di pengadilan saat kita jadi saksi. semakin habis aja dia”, umpat Michael dibalik telepon.
“sama Tim juga udah menduduki beberapa asset dia berupa tanah beberapa hektare di beberapa daerah di kotanya, sudah ada premannya Tim yg menjaga asset dia agar tak bisa diakses”, sambungnya.
“siapa premannya Tim?”, tanya Kelvin.
“orang berseragam, tenang aja”, tutup Michael.
Kelvin sudah sedikit lega karena beberapa kunci si tikus telah di tutup, serta diberi ruang gerak yg sedikit.
BLAAAKK
suara pintu terbuka dengan kencang tanpa ada salam maupun ketukan, nampaknya pria yg memasuki ruangan sedang dalam keadaan emosi.
“gimana perkembangan??”, bentaknya pada pengacara yg sedang membantu mengurusi sampahnya Kelvin.
“eh pak Herry, sudah aman, tenang, kami menemukan beberapa fakta”, ujar pengacara itu.
“kamu berhati-hati kalau mau main dengan tikus selokan”, bentakknya dengan mata tertuju pada arah Kelvin. pria muda tampan ini hanya diam serta mengakui kesalahannya.
tikus selokan adalah pengibaratan yg diberikan oleh para pengusaha bagi politisi daerah, karena tikus ini mau makan apa saja yg dihadapannya. sedangkan, tikus kandang adalah politisi ditingkat negara yg jauh pemilih yg akan dijadikan makanannya. tentunya untuk urusan penepatan janji akan lebih mudah dengan tikus kandang, karena tidak semua makanan akan dimakan kalaupun dimakan akan dinikmatinya.
“bagaimana caranya, itu tikus dibuat menyesal telah berurusan dengan Herry, paham?!”, bentak ayah Kelvin.
“ohh tenang, jelas itu”, tawa sang pengacara sambil menyedot cerutunya dalam-dalam.
“good”, ujar ayah Kelvin walau sudah tua namun masih memiliki kharisma yg luar biasa.
pria tua ini langsung keluar meninggalkan ruangan tanpa memberi sapa apapun atau pamit kepada orang di sekitarnya, nampak juga wajahnya yg sangat emosi dan jika juga ia memakan orang. Kelvin sama sekali tidak menatap wajah ayahnya.
beberapa saat..
“aku kepikiran kalau akan menggunakan jasa tuan Daishi untuk memberi intimidasi kepada tikus itu”, ujar Kelvin dengan tenang dihadapannya pengacara.
“kalau kepada tikus, tidak bisa Kelv, bisanya kepada keluarganya, itupun kalau dia care sama keluarganya”, balas pengacara kondang yg tak ingin disebut namanya.
“itu juga bisa, karena temanku sudah menduduki beberapa assetnya”, lanjut Kelvin.
“thats good, kita punya materi dan power, kita akan menang”, tutup pengacara ini.
“tapi menurut saya mas Kelvin, dengan materi serta bukti yg kita miliki. mas Kelvin maju ke persidangan kan sebagai saksi, nah disitu bisa kita munculkan nih semua fakta yg kita miliki, dia tidak akan bisa mengelak banyak”, terang pengacara.
“tapi ini tikus, dia lihai”, protes Kelvin.
“teman mas Kelvin kan sudah menduduki assetnya, kita bisa menggunakan jasa teman mas Kelvin yg dari Jepang itu untuk lebih memberikan pressure”, jelas si pengacara.
hari demi hari, Michael menjajaki bertemu dengan banyak orang penting dinegeri ini untuk mencari celah keluar dari jeratan yg akan membawanya ke bilik pesakitan. walau masih muda, pria ini jauh lebih berpengalaman daripada Kelvin. jam terbang lebih banyak. ketenangannya juga berbeda. pengusaha yg memang lahir karena talenta didukung oleh keluarga yg juga sangat lihai dan tenang dalam menghadapi cobaan dengan pemerintah.
Tuan Daishi yg berpenampilan sopan menggunakan jas serta tutur katanya sangat sopan berusaha keras menggunakan bahasa Indonesia yg baik. selain Daishi ada lagi dua ajudannya yg hanya diam saja namun memiliki wajah seperti macan yg belum makan manusia. Kelvin bertemu dengan ketiga orang asing ini di restoran Jepang di daerah yg cukup terkenal di Jakarta. Herry dan Daishi memang sering bekerjasama dalam membereskan urusan politik dan gangguan stabilitas perusahaan.
Kelvin sudah menjelaskan dengan cukup detail duduk masalahnya termasuk memberikan dokumen inti mengapa Kelvin pantas untuk di bela. Daishi yg perpenampilan tua berambut putih namun masih menunjukkan wibawa dan keganasannya di sisi yg lain.
“kami paham dengan tugas yg tuan Kelvin berikan, kami akan bekerja sesuai arahan tuan Kelvin”, ujar Daishi dengan bahasa Indonesia yg khas dari mulut seseorang yg bukan asli Indonesia.
“terimakasih, mohon terima bingkisan ini sebagai tanda komitmen saya”, ujar Kelvin sambil menyodorkan amplop berisi uang dollar.
“kami sudah tau mengenai komitmen tuan Kelvin, biarkan kami selesaikan ini dulu, dan yakinkan kalau tuan Kelvin tidak akan dipenjara”, lanjut tuan Daishi.
Tuan Daishi dan ajudannya menyantap sushi yg nampak sangat lezat, begitupula dengan Kelvin. namun ada pemandangan unik dari salah satu tangan ajudannya selain tatto yg menutupi hingga seluruh jemarinya. pemandangan unik tersebut adalah salah satu jari kelingking ajudannya tidak ada satu, alias terpotong di bagian ruas atas. Kelvin terus memandangi jari itu hingga tuan Daishi mengetahuinya.
“jari itu adalah bagaimana cara kami membayar kesalahan”, ujar tuan Daishi.
“hmmm kalau boleh tau bagaimana?”, balas Kelvin lirih.
“intimidasi namun menjadi terbunuh”, ujar singkat tuan Daishi.
ajudannya hanya melihat Kelvin tersenyum, lantas ia berbicara menggunakan bahasa Jepang yg Kelvin tak paham, lalu mengeluarkan sebuah alat untuk memotong ujung cerutu namun ia mempraktikkan untuk memotong ujung jari.
Kelvin hanya membalas dengan senyum namun dalam hatinya ngilu jika jarinya ada di alat pemotong cerutu itu.
**
seorang diri ia duduk di sebuah coffee shop yg cukup terkenal di ibukota. meminum segelas Mochaciatto ditemani dengan HP yg menempel di charger mengawasi seluruh pergerakan asset di bidang saham, Bitcoin, Forex serta uang digital lainnya. wajahnya nampak penuh dengan pikiran yg berusaha memakan usia pria mudah tampan ini.
di meja seberangnya ada segerombolan wanita yg sedang asyik bercengkrama membahas mengenai cowok, mantan, fashion serta make up. dari kelima wanita cantik itu, hanya ada satu yg memperhatikan pria murung sendirian di hadapannya. dengan berani ia beranjak untuk menghampiri pria itu.
“eh, mau kemana lu?”, tanya salah satu wanita.
“ke meja depan, aku kenal pria itu, mau aku sapa”, tutup wanita cantik itu yg hanya dari kalangan biasa, namun pernah bertemu dengan Kelvin dalam suatu acara mendadak.
wanita itu sangat pede dan berani, ia tak langsung duduk, ia langsung memberi sapa pada pria itu.
“mas Kelvin, sendirian aja?”, tanya wanita itu.
“eh kamu….sama siapa?”, tanya Kelvin kembali.
“sama itu haha”, lanjutnya sambil menunjuk ke arah meja yg tadinya dia berada.
“please join kalau mau”, ujar Kelvin meminta wanita itu untuk duduk.
wanita yg cukup cantik, berpakaian lengkap jauh dari unsur seksi namun pakaiannya tetap membentuk tubuh yg cukup bagus. ia menaruh pantatnya dan duduk untuk ngobrol dengan Kelvin.
Bersambung