Cerita Erotis Hasrat di Sekolah Part 25

Kini Gw mencoba untuk membenamkan kembali kontol Gw ke dalam memek Hanna. Gw dorong masuk perlahan sambil menatap mata Hanna. Hanna pun menatap mata Gw sambil menggigit bibir bawahnya sehingga menambah keseksiannya saat itu.


Saat sudah hampir masuk seluruhnya, mata Hanna terpejam.

“Hanna!! Hannaaa!!” panggil Gw.

“Buka matanya, liatin akuu.” ucap Gw.

Hanna kembali menatap mata Gw. Dalam matanya terlihat sedikit kesedihan yang tersisa. Gw lanjut mendorong masuk kontol Gw dalam memeknya sambil menatap matanya. Hingga sudah masuk seluruhnya, Hanna pun kembali memejamkan matanya.

“Hannaa.” panggil Gw lembut sambil memeluknya.

“Lupain yaa. Liat aku sekarang.” ucap Gw sambil mencium pipinya.

Hanna membuka matanya kembali, dengan tetesan air mata meluncur melewati pipinya. Melihat hal itu Gw pun melakukan kekonyolan yang tadi dia tertawakan, mungkin akan membantu. Gw gesekkan hidung Gw dengan hidungnya beberapa kali hingga dia tersenyum.

“Jakaaaaa.” ucapnya sambil tertawa kecil.

“Kenapaa?? Hahahaha.”

“Gapapaaa, lucu ajaaa. Hahahaha.”

Kini Gw sudah merasakan memek Hanna sudah tidak tegang. Otot-otot liang senggamanya beberapa kali menyedot kontol Gw hingga kontol Gw pun merasakan kenikmatannya.

“Udah rileks yaa.” ucap Gw.

Hanna hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya.

Gw pun mulai menggerakkan pinggul Gw maju mundur dalam ritme pelan. Gw keluarkan kontol Gw hingga tersisa kepala kontol Gw yang masih berada di dalam memeknya lalu menekan masuknya lagi. Begitu terus Gw lakukan hingga Hanna mulai mengeluarkan desahan desahannya.

“Mmmppphhh.”

Kontol Gw sudah sangat mudah keluar masuk memek Hanna karena sekarang dia sudah merasa relaks. Tetapi, memeknya masih terasa sangat rapat karena hanya baru beberapa kali melakukan hubungan seksual dan sekarang sudah dihantam oleh kontol sebesar punya Gw.

“Udah enggak sakit lagi kan?” tanya Gw berbisik di telinganya.

“Enghakkk. Udah enakkk.” jawabnya.

“Aku cepetin yaa.”

*Srett srettt srettt

Gw pun mempercepat hujaman kontol Gw pada memek Hanna ditambah dengan cairan memeknya yang mempermudah Gw dalam menggenjotnya sehingga pergelutan kami mengeluarkan suara seperti itu.

“Aahh, Jakaaaa.”

Lehernya tak luput dari sasaran Gw. Sambil menggenjotnya, Gw ciumi lehernya dan sesekali Gw jilati seperti pada saat penetrasi tadi.

“Ssshhhhhh. Mmppphhhhh.” desahnya.

*Plokkk plokk plokkk plokk

Kini Gw semakin mempercepat sodokan kontol Gw. Hanna semakin meracau sejadi-jadinya. Tangannya mencengkram sprei kasurnya sehingga toketnya terekspos jelas.

*Slurpp slurppp slurppp

*Plokkk plokkk plokk plokkk

Suara dari jilatan Gw pada toketnya bersatu dengan suara pertemuan paha Gw dan paha Hanna sehingga menjadi sebuah irama seksual yang membuat nafsu orang yang mendengarnya menjadi semakin tinggi.

“Aahhhh, aaahhhh. Mppphhhhh, uhhhhh. Jakaaa.”

Suara vokalnya ikut mengiringi lantunan irama seksual kami sehingga pergulatan nafsu kami bagaikan sebuah karya simfoni yang mengagumkan.

“Ahhh, Jakaaaa. Aku mau keluarrr.”

*Seeerrrrrr

Gw pun menghentikan genjotan kontol Gw pada memek Hanna hingga Gw merasakan otot-otot vaginanya berkedut-kedut mencengkeram keras kontol Gw seakan menarik untuk masuk lebih dalam.

Gw melihat Hanna yang terpejam dengan nafas yang tidak teratur. Saat Hanna membuka matanya, dia tersenyum melihat Gw lalu memeluk Gw erat.

“Ehh ehh, kenapaa?” tanya Gw.

“Makasihhh.” ucapnya.

“Sama samaa.” jawab Gw.

Hanna pun mengendurkan pelukannya sehingga Gw bisa kembali menatap matanya lagi. Raut wajahnya pun kini menjadi ceria, beda dengan raut wajahnya di awal tadi atau waktu kami mengobrol berdua di coffee shop.

“Lanjut lagi ga?” tanya Gw.

“Iyaa, terusin ajaa.” jawabnya.

Gw kembali menggenjot memeknya dengan kontol Gw yang sedari tadi berada di dalam memeknya. Kini memek Hanna sudah terasa sangat basah. Bukan, bukan basah lagi untuk mendeskripsikan kondisi memek Hanna saat ini. Mungkin lebih tepat kalau dibilang banjir.

*Srettt srettt srettt sretttt

*Plokkk plokkk pllokk plokkk

Irama pergulatan kelamin kami pun berubah. Ibaratnya desahan-desahan waktu penetrasi adalah intro, dan tadi sebelum Hanna orgasme adalah verse. Bisa dikatakan sekarang adalah chorus atau reff nya.

“Aahhh, Jakaaa. Mppphhhhhhh. Enakk bangettt anjiiingggggg.”

Suara vokal dari Hanna kembali terdengar juga dia mengeluarkan kata-kata kasar sebagai pelampiasannya.

“Kontol kamu enakk bangettt bangsaatttttt.” racaunyaaa.

“Aahhhhh ahhhhhhhh. Anjingg enak bangettt.”

Semakin Gw mendengar kata-kata kasar dari dia juga membuat Gw sangat bergairah hingga semakin lama semakin Gw mempercepat goyangan pinggul Gw agar kontol Gw lebih cepat menyodok memeknya itu.

“Hann. Akhuu mau keluarrr.”

“Iyaaaa, aku jugaaaaa.”

Jepitan memeknya semakin membuat Gw tidak bisa menahan semburan peju Gw lagi untuk keluar. Setelah beberapa saat mencoba untuk memaksa agar tidak keluar,,

*Croottt crotttt crootttt

Hanna menekan pinggul Gw dengan kedua kakinya hingga kontol Gw masuk ke dalam memeknya jauh lebih dalam.

Badannya bergetar kecil, pupilnya tidak lagi terlihat yang kini matanya hanya terlihat putihnya saja. Tangannya keras mencengkeram lengan Gw. Setelah beberapa detik seperti itu, tangannya terlepas dari lengan Gw, kakinya juga tidak lagi menekan pinggul Gw dan tubuhnya terkulai lemas.

Gw memeluknya tanpa melepaskan kontol Gw dari dalam memeknya. Kedutan-kedutan itu masih bisa Gw rasakan dari dalam memek Hanna.

Kini Gw cabut kontol Gw dari memek Hanna lalu mengucurlah cairan kenikmatan kami berdua yang menyatu menetes ke arah lubang anus Hanna.

“Gimana, Han?” tanya Gw ke Hanna sambil merebahkan tubuh Gw disampingnya.

“……” Hanna tidak mengucapkan sepatah kata pun dari mulutnya. Dia hanya menatap kosong ke langit-langit kamarnya.

“Han?” panggil Gw.

“Hanna?” Gw mulai merasa panik takut terjadi apa-apa dengannya.

“Han, Hanna.” panggil Gw sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.

“Tar dulu ahh.” ucapnya.

Huft. Syukurlah dia masih menjawab.

“Jangan diem gitu ah. Nakutin tau.” ucap Gw.

“Lagi enak nih.” jawabnya.

Gw lalu memeluk tubuh telanjangnya bagaikan sebuah guling lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

“Awass ketagihannn.”

Tidak ada jawaban dari Hanna atas ledekan Gw itu. Dia masih saja menatap kosong ke langit-langit entah apa dia hanya menikmati sisa orgasmenya atau memikirkan sesuatu. Hingga tak beberapa lama Hanna pun berkata.

“Aku kepikiran deh.” ucapnya.

“Kepikiran apa?”

“Enak kali ya kalau ngentot sambil diiket.” jawabnya.

“Yang bener aja kamu ahh. Jangan ngadi-ngadi.”

“Atau di tampar-tampar gitu. Di tetesin lilin di toket aku.” ucapnya lagi.

“Hannaaa.”

“Kenapa sih, Jak? Bukannya itu seru?” tanyanya.

“Aku enggak suka sih begitu. Aku enggak tega soalnya nyiksa orang lain.” jawab Gw.

“Kalo aku nya yang minta?” tanya Hanna.

“Hmmmm. Aku bingung dehh.” jawab Gw.

“Lagipula, ini kan kamu baru sembuh dari trauma kamu. Baru sekali ini kan kamu mulai hubungan seksual lagi. Tadi aja otot vagina kamu masih kaku.” lanjut Gw.

“Makanya aku mikir, mungkin tadi aku kaku karena enggak terlalu nikmatin, Jak.” jawabnya.

“Aku pernah diperkosa tiga orang. Mungkin udah tercetak di otak aku kalau aku lebih suka dikasarin seperti itu.” lanjutnya.

“Tapi aku enggak bisa langsung ya. Mungkin nanti setelah beberapa kali kita main.” jawab Gw.

“Gapapa, Jak. Aku juga enggak mau maksa kamu kok. Syukur-syukur kamu udah mau bantu aku.” ucapnya.

*Cupsss

Gw mencium pipi Hanna yang masih terdiam.

“Aku pulang yah?” ucap Gw.

“Oh, yaudah Jak. Makasih banget yaaa.” jawab Hanna sambil memeluk Gw. Hingga kami pun berpelukan beberapa saat sebelum kami kembali mengenakan pakaian masing-masing.

_____—–_____

Esoknya, sore hari setelah anak-anak pulang sekolah.

“Ehh, Bu Ros udah main ke atas sekarang.” ucap Gw sambil memasuki ruang guru.


“Iya tuh, Jak. Nyamperin kembarannya.” timpal Muti yang sedang mengganti channel TV di ruang guru.


“Siapa kembarannya, Mut?” tanya Gw.

“Haniyah Syafa’ah. Siapa lagi emang.” jawabnya.


“Ehh ni anak manggilnya sopan sekali.” ucap Bu Nisa.


“Loh. Emang bener kan namanya ituu.” jawab Muti.

“Jak. Nanti kayaknya kamu bakal dipanggil ke ruang Pak Sulai deh.” ucap Bu Nisa.

“Emang kenapa, Bu?” tanya Gw.

“Bu Lena lagi disana. Sama Sinta juga.” jawabnya.



“Emang ada apa, Bu?” tanya Farhah.


“Ada deh. Sesuatu.” jawab Bu Nisa.

“Biang gosip udah tau belom nih?” tanya Bu Nia ke Muti.

Muti hanya diam saja sambil memperhatikan TV.

“Hehh, Mut!!” panggil Bu Nia.

“Iyaa, apaaa.” jawabnya.

“Orang ditanya ihh.” ucap Bu Nia.

“Lahh, nanyanya kan ke biang gosip. Udah pasti bukan saya kaannnn.” jawabnya meledek.

“Ya biang gosip udah pasti kamu lah Mutiii.” timpal Bu Ros.

“Ihh, orang belum ada serah terima jabatan. Wleeee.” jawabnya.

“Assalamualaikum.” ucap Kak Sinta memasuki ruang guru.

“Waalaikum salam.” jawab kami semua yang berada di ruang guru.

“Kenapa, Sin?” tanya Bu Nisa.

“Jaka. Dipanggil Pak Sulai.” ucap Kak Sinta.

“Nahloh Jaka mau di mutasi.” ledek Farhah.

Saat Farhah mengatakan hal itu, otomatis membuat Bu Nisa, Bu Ros, Bu Nia, Muti dan Kak Sinta terdiam.

“Loh kok pada diem?” tanya Farhah.

“Pada takut kehilangan orang baik, Far. Makanya pada begitu. Hahahaha.” jawab Gw.

Lalu Gw pun menuju ke ruang Pak Sulai bersama Kak Sinta. Disana Bu Lena sudah terlebih dahulu berbicara dengan Pak Sulai yang sudah Gw tebak pasti membicarakan tentang Pak Hendra.

Benar saja. Mereka langsung tanpa ba-bi-bu menanyakan perihal bukti yang Gw miliki tentang Pak Hendra dan Kak Sinta. Melihat hal itu, Pak Sulai tertunduk malu dan terdiam terpaku tidak menyangka bahwa seorang Pak Hendra telah melakukan perbuatan keji seperti itu dan memakan korban seorang Kak Sinta.

Setelah perbincangan panjang antara Bu Lena dan Pak Sulai, Gw dan Kak Sinta diminta untuk kembali keluar ruangan. Dan Gw diminta untuk memanggil satu persatu guru yang masih berada di sekolah.

“Bu Nisa. Dipanggil ke ruang Pak Sulai tuh.” ucap Gw saat kembali ke ruang guru.

“Ada apa, Jak?” tanya Bu Nisa.

“Enggak tau. Kesana aja coba.” ucap Gw untuk membuat suasana tenang.

Bu Nisa langsung menuju ke ruang guru. Bu Ros, Bu Nia, Farhah dan Muti terlihat tegang.

“Ada apa sih, Jak?” tanya Farhah.

“Naik gaji. Hehehe.” jawab Gw ngasal.

“Helehh. Mana mungkin.” ucap Muti.

“Yang masih di sekolah siapa lagi ya?” tanya Gw ke mereka.

“Hanna masih ada di bawah tuh, Jak.” ucap Bu Ros.

“Berarti Rudi masih disini dong?” tanya Gw.

“Itu tuh, di ruang UGD.” ucap Muti.

“UGD? Dimana?” tanya Gw bingung.

“Tempat ngerokok. Kan sekarang namanya smoking room tapi nanti kalo udah kena penyakitnya jadi masuk UGD.” jawab Muti.

“Haahhhh, Mutii. Kirain mah Rudi masuk RS gituu.” ucap Bu Nia.

“Yaa belum aja Buu. Nanti juga mampir ke dokter spesialis paru-paru. Hahahaha.” jawab Muti.

“Ihh, Muti. Gaboleh gituu.” kata Farhah.

“Tuh, Mut. Diomelin kan sama muridnya Bu Putri.” ucap Gw sambil berjalan menuju smoking room.

“Bukan spesialis paru-paru, Mut. Dokter bedah. Hahahaha.” lanjut Farhah sambil diikuti tawa oleh Muti.

“Rud?” panggil Gw ke Rudi yang sedang menyendiri di smoking room.

“Kenapa bre?”

“Kumpul ke ruang guru bre. Nanti satu-satu dipanggil ke ruang Pak Sulai.” ucap Gw.

“Ohh, yaudah. Tar dulu, sebat lagi. Emang ada apaan si?” tanyanya.

“Voting suara buat ngeluarin abang lu bre.” jawab Gw.

“Oke.” jawabnya lalu langsung mematikan rokoknya dan berjalan menuju ruang Guru.

“Abis ini gua aja yang langsung dipanggil. Hahaha.” lanjutnya sambil memasuki ruang guru.

“Ehh. Kenapa ketawa, Rud?” tanya Bu Nia.

“Ingin mengutarakan kebencian yang mendalam, Bu.” jawabnya.

“Abang sendiri di keselin masa.” timpal Gw.

“Bukan abang Gw, Jak. Kebetulan lahir di rahim yang sama aja. Hahahaha.” jawabnya diikuti dengan tawa semua orang yang berada di ruang guru.

Gw tidak kembali ke ruang guru, melainkan menemui Hanna yang masih berada di kelasnya.

“Han?” panggil Gw saat berada di depan kelas melihatnya sedang mengisi jurnal kelasnya.

“Iya, Jak. Kenapa?” tanyanya.

“Di suruh ke ruang guru ya. Ngumpul disana.” ucap Gw.

“Oke, Jaakk.” jawabnya.

Disaat Gw meninggalkan Hanna, dia kembali memanggil Gw.

“Jakk.”

“Ehh, iya. Kenapa?” tanya Gw setelah menghentikan langkah kak Gw.

“Hmm. Yang kemarin.. ” ucapnya terhenti.

“… jangan ada yang tau ya.” lanjutnya.

Gw hanya menjawabnya dengan senyuman yang dibalasnya juga dengan senyuman.

Bersambung

Daftar Part

By Kisah Malam

Kisah Malam adalah sebuah Website yang berisikan Novel Dewasa, Novel Sex, Cerita Sex, Cerita First Time, Cerita Bersambung, Cerina Menarik Lainnya. Dukung Terus KisahMalam.Com Dengan Cara Bookmarks, Dan Nanti Kan Konten Terupdate dari KisahMalam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *