Cerita Erotis Hasrat di Sekolah Part 24
“Yaudah. Kita pulang aja deh yuk. Daripada begini-begini doang.” ajak Hanna.
“Oke dehh. Saya anterin nih?”
“Boleh.”
Selama diperjalan, Hanna hanya diam saja. Dia hanya berbicara saat Gw menanyakan arah rumahnya.
“Yang ini Han rumahnya?” tanya Gw saat kami sudah sampai.
“Iya, Jak. Kecil ya?” tanyanya.
“Emang kenapa kalo kecil? Kalo gede malah capek nyapuinnya.” jawab Gw.
“Hahaha. Iya juga, ya.”
“Yaudah deh, aku pulang ya.” ucap Gw.
Lalu tiba-tiba Hanna menarik lengan Gw.
“Jak. Aku berubah pikiran.” ucapnya.
“Kenapa?” tanya Gw.
“Ayuk. Bikin aku percaya kalo enggak semua cowok itu pengen enaknya doang.” ucapnya.
“Dimana?” tanya Gw.
“Di rumah aku aja. Kosong kok.” ucapnya.
“Orang tua kamu enggak curiga nanti?”
“Ortu ku lagi siap-siap jualan pecel lele jam segini. Mereka pulangnya nanti jam 12an.” jawabnya.
“Tetangga kamu?”
“Kamu liat aja sekeliling rumah aku. Kanan tanah kosong. Kiri rumah orang kaya. Depan juga. Sepi disini.” ucapnya.
“Yaudah deh.”
Gw pun langsung memarkirkan motor Gw dan masuk ke dalam rumahnya.
“Enak ya, sejuk hawanya.” ucapnya.
“Iya doong. Siapa dulu yang selalu ngebersihin.”
Hanna pun mengajak Gw masuk ke dalam kamarnya. Lalu di kuncinya dari dalam.
“Ehh, nanti dulu Han. Bersih-bersih dulu. Kamar mandi dimana?” tanya Gw.
“Eh iya. Tuh keliatan dari luar kamar aku.” katanya sambil membuka pintu kamarnya.
Setelah Gw selesai membersihkan tubuh, Gw kembali ke kamarnya. Dia pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya juga. Setelah selesai, dia masuk ke kamarnya lalu mengunci pintunya lagi.
“Udah?” tanya Gw.
“Hm’m.” jawabnya sambil menganggukkan kepala.
“Mau mulai dari mana?” tanya Gw.
“Gatau aku juga.” jawabnya.
“Waktu kita berapa lama nih?” tanya Gw.
“Sampe jam 12 nanti.” jawabnya.
“Ortu kamu enggak pulang-pulang sampe jam segitu?” tanya Gw.
“Iyaa.”
“Beneran? Takutnya kalo lagi ada perlu apa mereka pulang dulu gitu.”
“Enggak. Kalo ada bahan yang habis paling mereka nyuruh aku anterin kesana.” jawabnya.
“Ohh. Oke deh, aku tenang.”
Lalu Gw merebahkan tubuh Gw di kasurnya.
“Sini, Han. Santai aja.”
Hanna pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Gw tetapi masih bertingkah canggung.
“Cowok kamu sering kesini waktu pacaran?” tanya Gw memulai obrolan di atas ranjang.
“Iya, sering.” jawabnya.
“Semua gara-gara kemudahan ini ya?”
“Maksudnya?”
“Ya gini. Kalian punya waktu punya tempat yang cocok untuk pacaran. Jadi malah mudah untuk ngapa-ngapain. Jadi deh setan lewat. Hihihi.” jelas Gw.
“Ya gitu, Jak. Awalnya ciuman doang. Lama2 pas ciuman dia megang-megang aku. Terus ya, gitu deh.” jawabnya.
“Kenyamanan ya yang menjerumuskan kamu ke arah sana?” tanya Gw.
“Dibilang nyaman juga enggak sih. Iya, awalnya. Tapi setelah dia ngerasa bebas untuk berbuat yang dia mau malah enggak membuat aku nyaman.” jelasnya.
“Seekor domba akan berubah menjadi serigala jika diberi pakan daging.” lanjutnya.
“Juga kalau terpapar sinar bulan purnama.” timpal Gw.
“Heyy, bedaaa.” ucapnya.
Gw pun memeluknya bagaikan sebuah guling seperti yang Gw lakukan kepada Bu Lena. Hanna semula kaget dengan yang Gw lakukan, tetapi dia mencoba untuk membiarkan Gw.
“Kamu nyaman Jak begini?” tanya Hanna.
“Ini yang paling aku suka.” jawab Gw.
“Ini apa?” tanyanya.
“Bukan cuma sex, tapi bisa tau perasaan satu sama lain. Sebagai pelarian dari masalah. Sebagai relaksasi gitu deh.” jawab Gw.
Lalu kami berdua terdiam. Tidak ada yang bisa diobrolkan lagi. Hanna mungkin masih mencoba untuk membuat dirinya nyaman ketiga Gw peluk.
“Kamu udah lama VCS gitu?” tanya Gw disela-sela keheningan kami.
“Lumayan.” jawabnya.
“Kenapa mau emang?” tanya Gw.
“Ya. Gimana ya.”
“Aku masih bingung. Soalnya kamu kan ada trauma, tapi kok malah begitu.” ucap Gw.
“Emang trauma sih. Aku kadang masih takut sama cowok kecuali cowok-cowok yang udah aku kenal. Kayak Rudi, makanya aku minta anterin dia karena takut kalo naik ojol.”
“Sebegitunya ya.”
“Berat, Jak. Makanya jangan jahatin perempuan ya.” ucapnya.
“Iya, iya. Terus yang VCS itu?”
“Itu karena aku bertanya-tanya gitu. Apa iya sex itu enggak menyenangkan. Pas aku cari tau cara menyenangkan diri sendiri, aku ketagihan. Dan lama-lama penasaran deh sama yang namanya penis laki-laki. Ya gitu jadinya.”
“Aku boleh pegang toket kamu?” tanya Gw meminta izin.
“Iya, Jak. Pegang aja.” jawabnya.
Gw pun kini menggenggam toketnya. Meremas-remasnya pelan.
“Terus sekarang kamu masih teringat kejadian itu atau udah move on?” tanya Gw sambil memainkan toketnya.
“Masih, Jak. Gak akan bisa lupa kayaknya walaupun aku berharap bisa lupa kejadian itu. Makanya, aku mohon sama kamu untuk bikin aku merasakan ini sex terbaik aku. Biar aku lupa.” jawabnya.
“Aku sebenernya enggak suka dibilang have sex sih. Aku lebih pilih kata make love.” jawab Gw.
“Apa bedanya?” tanya Hanna.
Gw pun mengangkat kepala Gw lalu penopangnya dengan tangan Gw agar bisa lebih tinggi dari kepalanya sehingga bisa melihat raut wajahnya yang cantik itu.
“Bagi aku, have sex itu cuma menuntaskan nafsu aja. Tapi kalo make love, ada feel yang menyatu. Kayak gini, aku enggak mau langsung main sama kamu. Aku mau bikin kamu nyaman dulu, biar kamu dapet feel nya bukan cuma dapet nafsunya aja.” jawab Gw.
Dia terdiam mendengar jawaban Gw. Hanya tersenyum tipis sambil menatap mata Gw. Lalu matanya bergantian menatap mata dan bibir Gw yang membuat Gw peka bahwa dia ingin dicium saat ini.
*Cuppsss
Gw mencium bibirnya.
*Cupppsss
Sekali lagi Gw mencium bibirnya sehingga membuatnya tersenyum.
“Aku belum terlalu kenal kamu loh. Kita belum pernah ngobrol sebelumnya. Tapi baru sekali ngobrol langsung begini. Hehehe.” ucap Gw.
“Aku juga belum terlalu kenal kamu tapi udah aku minta buat ngilangin trauma aku.” jawabnya.
“Kok bisa sih?” tanya Gw.
“Jalur rekomendasi. Hahahaha.” jawabnya sehingga kami berdua tertawa.
*Cuppss cupppsss cupss
Kami pun kembali berciuman bibir tapi kini dalam waktu yang lama.
*Cuppsss cupps slurrpp
Gw mencoba menyedot lidahnya yang juga disauti oleh Hanna yang ikut menyedoti lidah Gw bergantian.
“Jago banget kamu, Jak. Udah sering ya?” tanya Hanna.
“Ya kamu tau sendiri Bu Ros gimana.” jawab Gw.
*Slurppp slurpp
Tangan Hanna kini meraih kepala Gw sehingga tidak bisa bergeser kemanapun. Dia seakan mengunci kepala Gw agar terus menerus mencium Gw.
“Han. Aku duduk terus kamu duduk di atas aku ya.” ucap Gw.
Lalu Gw pun bersandar di tembok yang menempel dengan kasurnya. Hanna kini duduk di atas paha Gw lalu kami kembali berciuman sambil berpelukan.
*Slurppp slurppp
Tangan Hanna mendekap tubuh Gw seakan tidak ingin Gw pergi. Gw pun juga memeluk Hanna sambil memegang kepalanya.
*Cuppsss
“Enak bibir kamu mainnya, Jak.” pujinya sambil menjuruskan beberapa ciuman ke bibir Gw.
“Aku buka baju kamu ya.” ucap Gw.
Gw pun membuka bajunya juga BH nya sehingga kini dia bertelanjang dari pinggang ke atas. Tak mau sendirian, dia juga menanggalkan pakaian Gw sehingga kami berdua bertelanjang dada. Lalu Hanna kini memeluk Gw.
“Suka banget ya kamu Han pelukan gini.” ucap Gw.
“Enak, kulit ketemu kulit. Hehehe.”
“Bukannya kamu udah ngerasain?” tanya Gw.
“Ahh, boro-boro. Abis dibugilin langsung ditancepin.” jawabnya.
“Terus sekarang begini kamu suka?” tanya Gw.
“Bangeettt.” jawabnya.
“Makasih yaa, Jak.” tambahnya.
“Loh, kok makasih? Aku belum ngapa-ngapain loh.” ucap Gw.
“Udah, tauuu. Ini aku jadi enggak trauma lagi.” jawabnya.
“Kalo puasin aku, baru itu belum. Hahaha.”
Mendengar itu Gw langsung membuka jilbabnya lalu menciumi lehernya sehingga menengadahkan kepalanya ke atas agar mempermudah Gw menjilati lehernya sambil dia mendesis kenikmatan.
“Sshhhhh. Aahhhhh.”
*Cuppss cuppsss slurrppp
Gw menciumi leher Hanna yang putih itu sambil sesekali Gw jilati lehernya hingga basah.
Lalu setelah puas menjilati lehernya, Gw turun menuju toketnya. Dia pun merubuhkan tubuhnya ke belakang dengan ditopang kedua tangannya.
*Slurppp slurpp
Kedua toketnya bergantian Gw hujani dengan ciuman dan jilatan. Pentilnya yang mengacung pun seakan menantang Gw untuk Gw jilati.
“Anjingggg. Enak bangettt.” ucapnya kasar.
Kaget mendengar kata-kata itu dari mulut Hanna, Gw menghentikan jilatan Gw pada toketnya.
“Han?” panggil Gw.
“Kenapa, Jak?” sautnya.
“Kamu gapapa?” tanya Gw.
“Gapapa. Emang kenapa?”
“Itu kamu ngucap kasar, gak ada apa-apa kan?” tanya Gw.
“Gak tau kenapa. Kalo ngucap kasar kayaknya enak gitu. Hehehe.”
“Ohh. Yaudah, tetep kayak gitu ya.”
“Kamu gapapa kan aku begini, Jak?” tanyanya.
“Gapapa. Senyamannya kamu ajaa.”
Gw pun kembali menjilati toketnya yang membuat dia kembali meracau.
“Anjiiingggg. Enak bangettt bangsaatttttt.”
Gw hanya bisa menjilati kedua toketnya saja sambil tersenyum lucu melihat guru kelas satu yang kalem itu mengeluarkan kata-kata kotor sambil melakukan perbuatan tak senonoh.
“Jak. Udah, Jak. Aku mau ngerasain kontol kamu.” ucapnya menghentikan jilatan Gw.
“Mau langsung main?” tanya Gw.
“Mau sepongin kamu. Hehehe.” jawabnya.
Hanna pun langsung bangun. Dia duduk berlutut lalu membuka ikan pinggang lantas ditariknya celana Gw sehingga kini Gw telanjang sepenuhnya.
“Ihh, gedee.” ucapnya.
“Tapi suka kan?” tanya Gw.
Hanna tidak menjawab pertanyaan Gw. Dia langsung saja menjilati kontol Gw yang sudah mengacung keras itu dengan lidahnya.
Bagaikan sebuah sosis hangat, Hanna melahap seluruh penis Gw hingga dia sedikit tersedak.
“Hhookkk.”
“Ehh, Hann. Pelan-pelan.” ucap Gw.
“Hehehe. Penasaran.” jawabnya sambil mengocok kontol Gw yang sudah basah dengan liurnya.
“Pelan-pelan aja, Han. Kamu nikmatin, jangan demi aku seneng kamunya malah jadi enggak nikmatin.” ucap Gw.
Hanna kembali menyepong kontol Gw. Kepalanya bergerak naik-turun dengan sedotan mulutnya yang terasa hangat menyelimuti kontol Gw yang sangat keras itu.
Tak puas hanya menyepong kontol Gw, kini dia beralih untuk menjilati biji Gw. Ditariknya kontol Gw lalu disikatnya biji Gw hingga basah seluruhnya.
*Slurrpp slurppp
Tak hanya dijilati, kini biji Gw disedot dan dikulum bagaikan sebuah ager. Dengan lidahnya, Hanna memainkan biji Gw berputar-putar dalam mulutnya. Kanan kiri bergantian Hanna mengulum biji Gw sambil mengocok kontol Gw yang digenggamnya itu.
“Jak, tolong ambilin bantal itu dong.” ucapnya setelah menghentikan permainannya pada biji Gw.
Gw pun memberikan sebuah bantal yang berada di samping Gw kepada Hanna, lalu dia menyuruh Gw untuk mengangkat pinggul Gw dan meletakkan bantal di bawahnya.
“Mau ngapain, Han?” tanya Gw.
Hanna tidak menjawab. Dia lalu melebarkan pantat Gw dan langsung saja menjilati lubang anus Gw dengan lidahnya.
“Han. Gila kamu, katanya trauma.” ucap Gw.
“Kan trauma dientotin. Kalo ini kan beda. Abis penasaran mau coba, soalnya sering ngeliat di bokep kayaknya asik. Hahaha.” jawabnya.
Hanna kembali menjilati lubang sunhole Gw. Disapunya keatas bawah lidahnya pada lubang anus Gw itu sesekali dia tusuk masuk lidahnya ke dalam sunhole Gw.
“Sshhh.” Gw tak bisa menyangkal bahwa jilatannya itu mampu membuat Gw menggelinjang kenikmatan.
“Cuihhh.”
*Slurrppp slurppp
Hanna meludahi sunhole Gw lalu di sedotnya lubang Gw.
“Han, udah ah gantian kamu sini.” ucap Gw.
Gw pun duduk lalu menarik lengan Hanna agar dia mendekat ke Gw. Gw rebahkan tubuhnya ke posisi rebahan seperti Gw tadi.
“Han, ada tisu basah ga?” tanya Gw.
“Itu di tas aku, ambil aja. Untuk apa emangnya?” tanya dia.
Gw meraih tas nya lalu mengambil tisu basah miliknya, Gw buka dan ambil selembar lalu mengelap mulutnya itu.
“Ehh, ehh. Kenapa?” tanyanya.
“Bau. Hahahaha.” jawab Gw.
“Ihh, jahaattt.”
“Loh, emang bener kan.”
Gw pun memposisikan tubuh Gw di atas tubuhnya dengan menopang menggunakan kedua tangan Gw.
Beberapa kali Gw ciumi kedua pipinya. Dia pun tersenyum melihat tingkah Gw. Karena gemas dengannya, Gw gesekkan hidung Gw dengan hidung Gw.
“Ihh, Jakaaa.” ucapnya sambil tersenyum.
“Kenapa?? Hahaha.”
“Lucu banget sihh. Hahahaha.” jawabnya.
*Cupss
Gw cium bibirnya sekali lalu memandangi wajah tersenyumnya.
*Cupss cupssss
Kami pun kembali mengadu lidah seperti di awal. Tapi kini, Gw yang lebih dominan bermain pada mulutnya. Beberapa kali Gw sedot lidahnya masuk ke mulut Gw lalu Gw gerakkan seperti menyepong lidahnya.
“Haahhhh.” ucapnya tak jelas.
Bibirnya yang atas dan bawah bergantian Gw mainkan dengan bibir Gw lalu setelah itu kami bermain lidah lagi bahkan sampai bertukar ludah.
Kini permainan Gw pada mulutnya terhenti, Gw turun menuju lehernya dan menciuminya hingga dia hanya bisa terdiam menikmati jilatan demi jilatan yang Gw berikan. Hingga beberapa saat setelah Gw puas bermain dengan lehernya, ciuman Gw turun ke kedua toketnya.
“Aahhh.” desahnya.
Bergantian yang kanan dan kiri Gw jilati toketnya hingga basah seluruhnya. Putingnya yang keras Gw sedot seperti bayi yang baru menyusui seakan berharap agar setetes susu keluar dari putingnya.
*Slurrppp slurppp slurpppp
Tangan Gw yang kanan bermain di memeknya. Sudah basah kini lubang kenikmatannya sehingga jari jemari Gw dengan bebas menggerayangi memeknya.
“Aahhhhh, aaahhhh.”
“Basah banget, Han.” ucap Gw.
“Ayu main, Jak” pintanya sambil memejamkan mata.
“Gak mau dijilatin dulu?” tanya Gw.
“Udah basahh.” jawabnya.
Gw pun bangun lalu duduk di depan memeknya menghadap ke arah Hanna.
“Pelan-pelan ya, Jak.” ucapnya pelan.
Gw coba untuk menggesek-gesekkan kepala kontol Gw ke bagian luar memeknya Hanna yang sudah terasa sangat basah. Dengan perlahan Gw masukkan kepala kontol Gw ke dalam memeknya hingga Hanna meringkih.
“Sshhhhhh. Uhhh. Pelan-pelan, Jak.”
Entah seberapa pelan Gw harus mendorong masuk kontol Gw ke dalam liang senggamanya karena Gw sudah mencoba sepelan mungkin memasukkannya.
Akhirnya Gw mencoba untuk memasukkan kepala kontol Gw lalu mengeluarkannya lagi dari memek Hanna seperti halnya saat menjebol keperawanan Muti. Beberapa kali Gw coba melakukan hal itu hingga memek Hanna pun merasa lebih rileks.
“Ahhh, Jakk. Masukin Jakkk.” ucapnya.
Gw pun kini mencoba untuk membenamkan seluruh kontol Gw perlahan agar masuk seluruhnya ke dalam memek Hanna itu.
“Aahhh ahhhh.” Hanna berteriak.
“Kenapa, Han?” tanya Gw.
“Sakiiittt.” ucapnya.
“Kayaknya ini bukan di memek kamunya deh, tapi di pikiran kamu.” ucap Gw.
“Coba kamu tatap mata aku ya, jangan pikirin masa lalu. Inget yang sekarang aja. Ini aku, bukan orang lain.” lanjut Gw.
Hanna hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.
Kini Gw mencoba untuk membenamkan kembali kontol Gw ke dalam memek Hanna. Gw dorong masuk perlahan sambil menatap mata Hanna. Hanna pun menatap mata Gw sambil menggigit bibir bawahnya sehingga menambah keseksiannya saat itu.
Saat sudah hampir masuk seluruhnya, mata Hanna terpejam.
“Hanna!! Hannaaa!!” panggil Gw.
Bersambung